E-Book dan Game Gratis

E-book                      Game & Software
Bagi anda yang ingin membaca secara offline, silakan download format e-book-nya di sini!

Cinta Maya [ Bagian I ]


===================================================
CINTA MAYA
===================================================

Sebuah cerita fiksi yang ditulis oleh Bois, penulis copo yang masih harus banyak belajar. Cerita ini hanyalah sarana untuk mengilustrasikan makna di balik kehidupan semu yang begitu penuh misteri. Perlu anda ketahui, orang yang bijak itu adalah orang yang tidak akan menilai kandungan sebuah cerita sebelum ia tuntas membacanya.

Salurkan donasi anda melalui:
Bank BCA, AN: ATIKAH, REC: 1281625336
 ==================================================

Bagian I

Click! Click! Click! Suara mouse terdengar saat Maya sedang mengaktifkan menu status karakter game online miliknya. "Asyik… kini level karakterku sudah memenuhi syarat untuk memasuki dunia gaib," kata Maya bersorak dalam hati.
Sungguh wanita itu betul-betul gembira karena perjuangannya di dunia game selama ini ternyata tidak sia-sia, dan tak lama lagi dia sudah bisa memasuki alam gaib yang lebih seru dan menegangkan. Namun sebelum dia bisa memasuki alam itu, ternyata dia harus mempunyai mantra perpindahan lebih dulu. "Sial… ternyata untuk mendapatkan mantra itu tidaklah mudah," Maya mengeluh.
Maklumlah, syaratnya untuk mendapatkan mantra itu diharuskan mengumpulkan 3 macam jenis bebatuan, yaitu merah delima, jambut, dan safir. Masing-masing harus berjumlah 500 buah. "Huh, ini sih nyiksa diri namanya. Masa harus sebanyak itu. Ampun deh…" Maya lagi-lagi mengeluh.
Kini wanita itu tampak mendudukkan karakternya di bawah pohon yang lebat, saat itu dia mulai putus asa lantaran harus menjalankan tugas yang baginya begitu berat. Di tengah keputusasaannya, tiba-tiba dia mendengar derap kaki kuda mendekat.
"Hmm.. siapa kesatria itu? Sepertinya dia itu level tinggi," duga Maya dalam hati sambil terus memperhatikan karakter kesatria berkuda di layar monitornya.
Tak lama kemudian, si kesatria berkuda itu sudah berdiri di hadapan karakter milik Maya. Dia berdiri dengan gagah sambil memamerkan pedang yang baru didapatnya. "Lihatlah pedangku ini, bagus tidak? Tadi aku mendapatkannya ketika melawan monster Unggara," tanya kesatria berkuda itu.
"Mmm… Bagus juga. Ngomong-ngomong, kakak level berapa?" tanya Maya pada kesatria yang ternyata bernama Harsya.
"Baru 120," jawab Harsya.
"Bohong… Jika melihat dari pakaianmu kau pasti sudah lebih dari 140."
"Hehehe…! Aku level 142. O ya, ngomong-ngomong kenapa tidak berburu?"
"Wah, males…" jawab Maya sekenanya.
"Kok males?"
"Iya nih. Masak aku harus mengumpulkan 1500 buah batu."
"Hehehe…! Syarat untuk mendapat mantra perpindahan kan?"
Maya menganggukkan karakternya.
"Kalau begitu mau kubantu?"
Mengetahui itu, Maya langsung bersorak dalam hati, sungguh kesempatan ditolong oleh level yang lebih tinggi adalah peluangnya untuk lebih mudah mendapatkan mantra perpindahan.
"Tentu saja, Kak. Aku mau sekali," jawab Maya bersemangat.
"Sudah kuduga, kau memang salah seorang kesatria yang manja. Maaf! Aku tidak bisa membantumu, sebab akan membuatmu semakin manja"
Mengetahui itu, Maya langsung memasang tampang geram, "Dasar pembohong… teganya kau mempermainkan aku. Padahal, tadi aku sudah begitu senang karena kau mau menolongku. Sungguh aku membencimu!"
"Kok ngambek…?"
"Sudah sana pergi! Aku tidak mau melihat tampangmu lagi."
"Idih… Ngambek betulan."
"Huh, kalau kau tidak pergi, biar aku yang pergi," kata Maya seraya melangkah menjauh.
"Non…! Mau kubantu tidak?" panggil Harsya tiba-tiba.
Mengetahui itu, Maya langsung menghentikan langkahnya, kemudian segera menghampiri kesatria tampan itu. "Betul kau mau membantuku?" tanyanya penuh pengharapan.
Saat itu Harsya bukannya menjawab, tapi malah cengengesan.
"Huh! Lagi-lagi kau telah mempermainkanku, dasar penipu…" ucap Maya semakin jengkel seraya kembali menggerakkan karakternya untuk melangkah menjauh.
"Eh, Non! Tunggu…!" tahan Harsya tiba-tiba.
Saat itu Maya tidak mempedulikannya, dia terus menggerakkan karakternya melangkah semakin jauh. Mengetahui itu, Harsya segera naik ke pelana kuda dan buru-buru mengejarnya.
"Eh, Non…! Jangan ngambek dong! Tadi itu aku cuma bercanda. Ketahuilah, kalau aku memang mau membantumu."
"Au ah, aku tidak peduli."
"Please, Non! Kau jangan marah padaku! Sungguh aku memang mau membantumu."
Mendengar itu, Maya pun menghentikan langkahnya. "Awas ya…! kalau kau berani mempermainkanku lagi," ancamnya kemudian.
"Hehehe…! Ternyata kau ini wanita yang gampang marah ya. Aku janji tidak akan mempermainkanmu lagi. Ketahuilah, sebetulnya aku tidak mau terlibat dengan membantumu mencari bebatuan itu. Tapi karena suatu sebab, terpaksa aku mau melakukannya," jelas Harsya seraya turun dari atas kudanya.
"Kenapa?" tanya Maya heran.
"Sebab RP-ku bisa turun karenanya."
"Apa itu RP, dan kenapa bisa begitu?"
"Tahu kenapa aku memilih karakter kesatria R-Warrior ini?"
"Tidak. Aku juga heran, kenapa kau memilih karakter itu? Setahuku karakter itu tidak bisa menggunakan atribut sihir, dan karenanyalah tidak banyak orang yang memilihnya, sebab karakter itu tidak akan hebat."
"Siapa bilang tidak akan hebat. Ketahuilah, pada karakterku ini selain ada yang namanya KP (Karomah Point) juga ada yang namanya RP (Religion Point). KP-ku bisa terisi jika RP-ku sudah berada di atas 75%. Kekuatanku sangat bergantung pada RP-ku ini, jika aku mampu mempertahankan RP-ku di atas 75% maka siapa pun sulit untuk bisa melukaiku. Sebab, KP-ku tentu akan senantiasa terisi. Jika sudah begitu, ketika aku sedang terdesak di dalam sebuah pertempuran, maka KP-ku akan bekerja, yaitu dengan mengeluarkan sebuah kekuatan dasyat yang bisa melindungiku. Tapi jika RP-ku lagi turun, maka dengan mudahnya aku bisa di bunuh. Dan untuk mengisi RP ini tidaklah mudah, sebab aku harus sering menolong orang yang mengalami kesusahan. Selain itu, RP-ku bisa juga terisi dengan melakukan berbagai ritual yang sudah ditentukan. Namun RP ini bisa juga turun, tentunya jika aku melakukan tindakan yang bertentangan dengan atribut yang ada di karakterku."
"Hihihi...! Karaktermu itu seperti orang yang beragama saja. Tidak seperti karakterku, yang MP-nya (Mana Point), bisa diisi dengan mudah."
"Ya begitulah. Sebab, atribut R pada R-Warrior adalah singkatan dari Religion. Ketahuilah! Permainan di game online yang satu ini memang agak unik, sebab dibuat oleh seorang programmer muslim yang ulung, dia membuatnya sendiri tanpa bantuan siapa pun, dari pembuatan engine-nya sampai ke-art game-nya, baik itu mesh modelnya, skin texturenya, dan masih banyak lagi. Dia membuat game online ini dengan tujuan untuk memahami arti kehidupan."
"Memahami arti kehidupan? Maksudmu?"
"Subhanallah… Ternyata sistem komputerisasi yang kita kenal sekarang adalah bagian dari skenario Allah guna memberi pemahaman kepada manusia mengenai kitab Lauhul Mahfuzh, dan dengan adanya sistem komputerisasi yang diilhami kepada manusia itu pula, akhirnya manusia bisa memahami berbagai takdir yang mana memang sudah ditetapkan di dalam kitab itu. Karena itulah, si programmer muslim mencoba membuat sebuah perumpamaan yang bisa memudahkan manusia dalam mencerna perihal takdir dengan baik sehingga manusia bisa memahami arti kehidupan. Walaupun aku tahu si programmer tidak mungkin bisa tahu pasti bagaimana dan seperti apa Lauhul Mahfuzh itu sebenarnya, apakah memang bentuk seperti listing pemprograman komputer yang kita kenal sekarang atau tidak. Sebab, listing program yang kita kenal sekarang adalah ciptaan Allah juga, yang mana telah diilhamkan kepada manusia demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Wallahu’alam…

An Naml 75. Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).

Al Hadiid 22. Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Al An'aam 38. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
[472]. sebahagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul Mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam lauhul mahfudz.

Al An'aam 59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"

Demikianlah kitab Lauhul Mahfuz itu, mirip sekali dengan Listing Program Komputer yang kita kenal sekarang, walaupun Lauhul Mahfuzh itu jelas sangat jauh, jauh, jauh lebih kompleks," jelas Harsya Panjang lebar.
"Duh, aku masih belum mengerti, Kak," kata Maya terus terang.
"Baiklah…" kata Harsya seraya menarik nafas panjang, kemudian dia segera melanjutkan kata-katanya. "Begini saja, untuk lebih mempermudah pemahamanmu, marilah kita bandingkan Listing Program Lauhul Mahfuzh itu dengan Listing Program Game Online yang dibuat oleh si programer muslim ini, yang mana setiap objek yang ada di dalam game online ini jelas sudah ditentukan oleh programmernya. Dari keadaannya dunianya, waktunya, skenarionya, berbagai karakternya, hingga sampai ke berbagai perlengkapan karakternya. Dan si programmer-lah yang mengendalikan sepenuhnya mengenai apa yang ada di dunia game, apakah ia akan menambahkan karakter baru, membuat dunia baru, atau membuat skenario baru. Sesungguhnya banyak sekali yang bisa dilakukan oleh seorang programmer guna bisa membuat dunia game seperti yang diinginkannya.
Karena itulah, sebagai penguasa di dunia game, tidak mustahil seorang programmer bisa mengetahui apa yang sudah terjadi. Sebab, semua yang telah terjadi di dunia game akan selalu tersimpan di dalam data basenya. Selain itu, dia juga bisa mengetahui apa akan terjadi kemudian. Sebab, dialah yang membuat data base skenarionya. Namun sayangnya, seorang programmer tidak mungkin bisa mengetahui isi hati seorang gamer (manusia yang memainkan program game buatannya). Sebab, memang bukan programmer yang menciptakan manusia, sehingga mustahil baginya untuk bisa mengetahui isi hati manusia. Itulah hal mendasar yang membedakan antara Dunia Game Online buatan programmer, dan Dunia Kita ciptaan Allah. Karena itulah kita tak usah heran, kalau Allah itu adalah Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segalanya, termasuk isi hati setiap manusia. Sebab, Allah-lah yang telah memprogram dunia kita beserta isinya, termasuk kita, dan semuanya itu telah ditulis-Nya di dalam sebuah kitab yang bernama Lauhul Mahfuzh," jelas Harsya lagi panjang lebar.
"Wah, jadi si progammer itu seperti Tuhan saja. Tuhannya para gamer di dunia game." Maya berkomentar.
"Ya, seperti itulah. Karena itu, para gamer yang bermain game online pun mirip sekali dengan wujud gaib kita yang bernama Roh. Di dalam dunia game, gamer hanya bisa berkuasa sebatas mengendalikan karakter miliknya guna menaikan level karakter yang dimainkannya, yaitu dengan cara mengemban misi pada setiap skenario yang sudah ditetapkan oleh sang programmer. Begitupun dengan diri kita di dunia yang fana ini, yang mana telah ditugaskan untuk menjadi khalifah guna menaikkan level kemuliaan kita, yaitu dengan cara bertakwa kepada Allah.

Al Anfaal 17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Jelas sekali diterangkan dalam ayat tersebut, kalau manusia memang tak berkuasa apa-apa. Sebab, segala aktifitas manusia memang sudah terprogram, termasuk aktifitas yang ada pada ayat itu, yaitu membunuh dan melempar, yang mana keduanya adalah bagian dari ciptaan Allah. Karenanyalah memang sudah sepantasnya Allah berbicara begitu, dengan maksud agar manusia jangan menyombongkan diri terhadap "kemampuan fisik yang dimilikinya", karena sesungguhnya kemampuan itu semata-mata karena Allah yang menggerakkannya. Selain itu, Allah juga telah membantu memenangkan skenario itu dengan mengirimkan malaikat-Nya lantaran adanya usaha manusia yang telah meminta pertolongan-Nya. Karenanyalah, pantaskah manusia menyobongkan diri padahal kemenangan itu semata-mata karena pertolongan Allah? Untuk lebih jelasnya, coba kau perhatikan karakter milikmu itu. Apakah karakter itu bisa bergerak karena digerakkan olehmu?" tanya Harsya pada Maya
"Tentu saja, sebab jika aku diamkan tidak mungkin karakterku ini bisa bergerak," jawab Maya yakin.
"Aku sudah menduga, orang awam sepertimu pasti akan menjawabnya begitu. Namun bagiku, yang mana telah sedikit memahami dunia pemprograman tentu saja akan menjawabnya bukan, sebab pada kakekatnya bergeraknya karakter itu disebabkan adanya program pergerakan interaktif yang dibuat oleh si programmer. Jika programmer tidak membuat program pergerakan interaktif itu, mustahil gamer bisa menggerakkan karakternya. Karena itulah, di dalam dunia kita ini, kita sama-sekali tak berkuasa untuk menggerakkan seluruh anggota badan kita. Jangankan untuk menggerakkan seluruhnya, membuka kelopak mata saja pada hakekatnya kita tidak akan sanggup. Sesungguhnya kekuasaan yang Allah berikan kepada manusia hanyalah sebatas mengendalikan perangkat akal, yaitu manusia diberi hak istimewa untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan oleh sebab itu pula, hakikat kehidupan di dunia ini hanyalah memilih takdir, yang mana telah ditetapkan oleh Allah sebelum manusia diciptakan. Jadi jelas sekali, apapun pilihan manusia merupakan takdir yang memang harus dijalaninya," jelas Harsya panjang lebar.
"Wah, jadi apa yang kita lakukan di dalam kehidupan sehari-hari ternyata sudah diprogram, dan semua itu tak ubahnya seperti kita melakukan berbagai pilihan di dalam permainan game online ini," komentar Maya atas penjelasan Harsya tadi.
"Ya, begitulah kira-kira. Sebab, kehidupan kita di dunia nyata pada hahekatnya memang sebuah permainan."
"Wah wah wah… Jadi, kehidupanku yang selama ini kuanggap nyata ternyata hanya sebuah permainan yang sudah terprogram, dan Tuhan-lah yang memprogramnya."
"Tepat sekali. Karena itulah, peraturan dalam game online ini pun dibuat menyerupai kehidupan nyata, sehingga setiap karakter yang beratribut R tidak bisa seenaknya bertindak, sebab bisa mempengaruhi RP."
"O, kini aku mengerti kenapa pada mulanya kau tidak mau membantuku. Lalu, kenapa tadi kau bilang mau membantuku?"
"Entahlah... aku juga tidak mengerti. Kenapa aku mau saja membantumu yang dari golongan penyihir. Mungkin itu karena..." Kesatria tampan itu tak melanjutkan kata-katanya, dia malah melangkah menghapiri sebuah pohon besar dan duduk di bawahnya.
"Karena apa, Kak?" tanya Maya penasaran seraya duduk di bawah pohon yang sama.
"Sudahlah, aku tak mau mengungkapkannya."
"Kau menyukaiku, ya?"
"Wuih, GR! Maaf ya! Kau itu bukan tipeku."
"Sudahlah…! Aku tidak peduli apakah kau menyukaiku atau tidak, yang terpenting adalah kau mau membantuku mencari bebatuan itu," kata Maya terus terang.
"Kalau begitu, ayo kita berangkat!" ajak Harsya seraya naik ke atas kudanya. "O ya, biar lebih cepat sebaiknya kau membonceng bersamaku," ajak kesatria itu lagi seraya menjulurkan tangannya membantu Maya naik ke pelana."
"Kita akan pergi ke mana, Kak?" tanya Maya yang kini sudah duduk di belakang Harsya.
"Kita akan pergi ke Lembah Hijau, setahuku di sana banyak terdapat batu zambrut," jelas Harsya seraya menghentakkan kekang kendali kudanya.
Kini kuda yang mereka tumpangi tampak mulai menyusuri jalan setapak yang berada di lereng bukit. Kuda itu tampak begitu bersemangat, terus berlari dengan kecepatan tinggi melintasi tebing yang kian mendaki.
Beberapa menit kemudian, kuda yang mereka tumpangi akhirnya tiba di tempat tujuan. Kini Harsya dan Maya sedang asyik menikmati pemandangan indah yang ada di tempat itu. Sungguh pemandangan di tempat itu memang begitu indahnya. Kabut tipis tampak membayang di sela-sela pepohonan yang menghijau dan membuat suasana terasa begitu menyejukkan mata, sedang di kejauhan tampak aliran sungai yang berkelok-kelok, dengan airnya yang tampak jernih menyegarkan. Ditambah lagi dengan kicauan burung yang bernyanyi riang, semakin lengkaplah suasana yang terasa menentramkan jiwa.
Setelah puas menikmati pemandangan lembah yang indah itu, mereka pun segera turun ke dasar lembah. Beberapa menit kemudian, "Itu dia, para Monbahi! Biasanya batu zambrut di pegang oleh mereka. Kalau begitu ayo kita habisi mereka!" ajak Harsya seraya turun dari atas kuda dan segera membantu Maya turun dari pelana.
Tak lama kemudian, kesatria R-Warrior itu sudah bergerak menyerang Monbahi, yaitu monster batu hijau yang bertubuh tambun. Pada saat yang sama, Maya pun tak mau ketinggalan, dia segera ikut menyerang hingga akhirnya beberapa Monbahi berhasil dibunuhnya. Kedua kesatria itu terus bertarung dengan gagah berani, hingga akhirnya. "Berikan item itu padaku!" pinta Harsya ketika mengetahui sebuah item bagus terlontar dari salah satu monster yang dibunuhnya.
"Enak saja, kan aku yang mendapatkannya,"
"Iya… tapi aku yang membunuh monsternya,"
"Tidak bisa, item ini milikku."
"Dasar… Apa kau tidak tahu etika satu team, kalau item bagus itu harus diberikan kepada leader team."
"Tidak," jawab Maya pura-pura bodoh.
"Dasar… kalau tau begitu mending aku tidak membantumu," ucap Harsya jengkel.
"Hallo manis…!" sapa seorang kesatria tiba-tiba. Dia tampak duduk di atas kuda hitam dengan mengenakan baju zirah berjubah hitam dan perak.
"Hallo kakak!" balas Maya pada kesatria yang kini berdiri dihadapannya.
"Boleh aku ikut denganmu?" tanya kesatria yang ternyata bernama Rider.
"Eng… Memangnya Kakak level berapa?" tanya Maya menyelidik.
"Aku level 150."
"Wah, kalau begitu dengan senang hati, Kak. Dengan ikutnya Kakak, itu artinya pekerjaan kami akan menjadi lebih mudah."
"O ya, leader-nya temanmu itu kan?" tanya Rider.
"Benar, Kak. Leader-nya si Harsya," jawab Maya,
"Kalau begitu, keluar dari teamnya! Biar kau saja yang menjadi team leader-nya!"
"A-aku sebagai leader-nya?"
"Ya, dengan demikian kalau ada item bagus bisa menjadi milikmu. Bukankah itu yang dikatakan temanmu tadi?"
"Kau benar, Kak," kata Maya segera keluar dari team Harsya dan membuat team yang baru.
Setelah memasukkan Rider ke dalam teamnya, lantas ia pun segera memasukkan Harsya ke dalam teamnya. Tak lama kemudian, Maya dan Raider tampak mulai berburu. Entah kenapa, pada saat yang sama, Harsya bukannya ikut berburu, tapi malah melangkah menuju sebuah pohon besar.
Beberapa menit telah berlalu, saat itu Maya dan Rider masih terus berburu dan berburu, mereka tampak bersemangat membantai para monster dengan gagah berani. Sementara itu Harsya masih juga belum ikut berburu, kini dia malah asyik tidur-tiduran di bawah pohon besar tadi. Mengetahui itu, Rider pun tampak jengkel dan tidak tinggal diam. "May, kenapa dengan temanmu itu? Dari tadi kulihat dia itu tidur-tiduran saja, dia sama sekali tidak membantu kita. Kalau begitu, sebaiknya kita tinggalkan dia, biar kita berdua saja. Sebab, percuma saja mengajak orang seperti dia."
"Ja-jadi.. Aku harus bagaimana, Kak?" tanya Maya.
"Hmm… Bagaimana kalau sekarang kau kick dia!"
"Ta-tapi, Kak…"
"Sudahlah! Cepat kick dia! Jika tidak, terpaksa aku yang keluar."
Mendapat ancaman itu, Maya pun takut bukan kepalang. Sebab jika Raider tidak lagi bersamanya, bagaimana mungkin dia bisa mengumpulkan batu dan naik level dengan cepat. Maklumlah, Raider memang lebih jago ketimbang Harsya. Dia itu bisa membunuh tiga monster batu hijau sekaligus hanya dengan menggunakan sekali saja ilmu petir berantai yang keluar dari tongkat sihirnya. Sedangkan Harsya, harus menggunakan tiga kali sabetan pedang untuk bisa membunuh satu monster. Sungguh perbandingan yang lumayan jauh. Karena pertimbangan itulah, akhirnya Maya mau menuruti apa yang dikatakan Raider.
"Baiklah, kalau begitu aku akan kick dia," kata Maya setuju.
Sementara itu, Harsya yang ternyata masih kesal lantaran itemnya di ambil Maya tampak terkejut ketika mengetahui dirinya dikeluarkan dari team. "A-apa! Di-dia memang wanita yang sangat keterlaluan, sudah dibantu bukannya terima kasih malah memperlakukanku begini. Awas kau, jangan mentang-mentang sudah ada kesatria lain yang mau membantu lantas kau bisa memperlakukanku dengan semena-mena," gerutu Harsya dalam hati. Lantas dengan amarah yang meluap-luap kesatria itu menghapiri Maya yang saat itu baru saja berhasil membunuh satu monster dengan 20 kali hujaman panah. "Kenapa, May?" tanya kesatria itu pada Maya.
"Siapa suruh kau diam saja," jawab Maya ketus.
"Aku diam karena…" Harsya tidak melanjutkan kata-katanya.
"Karena apa, Kak?"
"Ti-tidak. Aku tidak mau bilang?"
"Aku tahu, kau pasti masih kesal karena tadi aku mengambil item bagus itu! Iya kan?"
"Eng… tidak kok."
"Sudahlah… ayo mengaku saja!"
"Baiklah… Kau memang benar, May. Aku ini masih kesal lantaran kau mengambil item yang seharusnya menjadi milikku."
"Huh, dasar tukang ngambek, pendendam. Kau itu seperti anak kecil tahu."
"A-apa??? A-ku aku seperti anak kecil. Ketahuilah May! Sesungguhnya kau-lah yang seperti anak kecil. Kau itu betul-betul egois dan tak tahu terima kasih."
"Tuh, kan. Baru dibilangan anak kecil saja sudah sekesal itu."
"Ups…! Iya, ya… jika dipikir-pikir aku ini memang seperti anak kecil. Hmm… Sungguh aku betul-betul tidak mengerti. Kenapa aku bisa seperti itu ya? Padahal aku tahu, kalau semua ini cuma permainan."
"Wajar saja kalau kau kesal, Kak. Sebab, kau itu punya perasaan. Dan menurutku yang membuat permainan ini menjadi mengasyikkan karena adanya perasan itu."
"Ha ha ha…!" Tiba-tiba Harsya tertawa terbahak-bahak. "Kini aku mengerti, hal itulah yang membuat permainan ini menjadi menarik dan membuat kita ingin terus bermain."
"Atau malah kepingin berhenti," Maya menambahkan.
"Ya, kau benar. Jika kita dapat memahami perihal perasaan kita, tentunya kita ingin terus bermain karena bisa menikmatinya. Namun jika tidak, tentu kita ingin lekas berhenti. Hmm… barusan aku bisa tertawa karena sebelumnya aku sudah dibuat kesal olehmu."
"Hihihi…!" Maya ikut tertawa. " Kau itu aneh, Kak. Di buat kesal, eh ujung-ujungnya malah tertawa. Memangnya apa yang lucu sih?"
"Gimana tidak lucu, May. Masa aku bisa kesal hanya gara-gara item yang cuma gambar belaka, dan kau pun begitu ngotot cuma buat item yang gambar belaka."
"Eh, Kak. Biar pun cuma gambar belaka, tapi item itu berguna di dalam permainan ini."
"Ya, kau benar. Tapi, bukan itu yang kumaksud."
"Lalu… Apa, Kak?" tanya Maya penasaran.
"Begini May, seandainya penyelenggara game ini tiba-tiba tutup, lantas untuk apa lagi item yang tadi kita perebutkan tadi? Di bawa pulang juga tidak bisa, semuanya akan hilang begitu saja. Contohnya seperti game online yang sebelumnya pernah kumainkan, saat itu aku sudah menjadi kesatria tangguh yang kaya raya, dan ternyata penyelenggaranya menutup game itu begitu saja, alias game itu sudah dinyatakan kiamat. Katanya sih ada kebakaran yang menyebabkan data gamer tidak bisa diselamatkan. Karena itulah tadi aku tertawa, aku mentertawakan kebodohan kita yang telah begitu ngotot memperebutkan item yang tak ada artinya di dunia kita."
"Kau benar, Kak. Aku pun sebelumnya pernah memainkan game tersebut. Saat itu aku sudah level tinggi dan kesatria kaya pula. Tapi, semuanya hilang begitu saja, tidak ada yang bisa kubawa pulang, melainkan hanya kekesalan belaka."
"Kasian sekali kau, May. Untung saja saat memainkan game itu aku sempat menjadi gamer yang baik, yang senantiasa membantu orang, bahkan tidak segan-segan aku memberikan uangku untuk gamer lain yang membutuhkan. Jadi, ketika tutup masih ada yang bisa kubawa pulang, yaitu perasaan bahagia karena sempat berbuat baik bisa menyenangkan gamer lain."
Mengetahui itu, Maya langsung merenung. "Kak, maafkan aku karena telah membuatmu kesal. Dan ini, aku kembalikan item yang sebetulnya memang menjadi hakmu."
"Sudahlah, item itu untukmu saja. Mungkin kau memang lebih membutuhkannya."
"Be-benarkah! Ka-kalau begitu, terima kasih, Kak."
Pada saat itu, Rider tampak sudah berdiri di dekat mereka. "Weleh weleh… Kenapa kau malah ngobrol dengan dia, May?" tanya kesatia itu pada Maya.
"Maaf, Kak. Eng… boleh ya Harsya aku masukkan kembali dalam team!" pintanya pada kesatria tangguh itu.
"Tidak bisa, May. Biarlah orang malas seperti dia mendapat pelajaran."
"Tapi, Kak…."
"Sudah…! Biarkan saja dia. Kalau kau terus memaksa, terpaksa aku akan meninggalkanmu."
"Baiklah, Kak. Aku tidak akan memasukkannya," kata Maya seraya menghampiri Hasya. "Maaf kan aku, Kak. Aku terpaksa tidak bisa menerimamu kembali," ucapnya pada Harsya.
Saat itu Harsya sempat kecewa. Namun karena dia memahami semua itu cuma permainan, akhirnya dia pun bisa menerima . "Sudahlah, May. Tidak apa-apa, Kok. Sampai bertemu lagi ya, May," ucap Harsya seraya naik ke atas kudanya.
"Kau mau kemana, Kak?"
"Aku mau kembali ke kota membeli beberapa keperluan," jawab Harsya seraya memacu kudanya menuju kota. Pada saat yang sama, Maya sudah kembali berburu bersama Rider. Keduanya tampak bersemangat membantai para Monbahi guna mendapatkan 500 buah batu zambrut.



Cinta Maya [ Bagian II ]

===================================================
CINTA MAYA
===================================================
Bagian II

Kletak! Kletuk! Kletak! Kletuk! Di suatu siang yang cerah, terdengar langkah seekor kuda yang berjalan santai menyusuri jalan setapak di sebuah lembah yang bernama Lembah Babi. Penunggangnya adalah kesatria cantik yang senantiasa menggenggam busur panahnya. Dialah Maya yang sedang melanjutkan petualangannya guna mendapatkan matra perpindahan. Tiba-tiba Maya menghentikan langkah kudanya, saat itu kedua matanya tampak memperhatikan seorang kesatria tampan yang sedang berburu sendirian. Dilihatnya kesatria tampan itu tampak begitu gagah melawan Monkeba dengan sabetan-sabetan pedang bulannya yang begitu hebat. Mengetahui siapa si kesatria tampan itu, lantas Maya pun segera ikut bertempur melawan monster-monster buas berkepala babi itu dari atas kudanya. Dengan cekatan dia melepaskan beberapa anak panahnya hingga mengenai sasaran.
"Hah, apa-apaan ini?" Kesatria tampan yang ternyata Harsya tampak terkejut ketika menyadari monster di sekelilingnya tampak bergelimpangan. "Huh, siapa sih yang usil ikut membantai monster-monster buruanku," katanya jengkel.
"Hallo Kak Harsya!" sapa Maya seraya turun dari atas kudanya.
"O, kau rupanya. Apa kabar?"
"Baik, Kak"
"Awas, May!" kata Hasya tiba-tiba seraya mengayunkan pedangnya ke arah Monkeba yang hendak menyerang Maya. "Nanti saja kita lanjutan bicaranya, May. Sekarang ayo kita habisi dulu para Monkeba ini!" ajaknya kemudian.
Lantas tanpa buang waktu, Maya pun segera ikut membantai para Monkeba yang menyeramkan itu. Anatomi tubuh mereka tampak seperti manusia, namun mereka mempunyai tubuh yang kekar dan ditumbuhi dengan bulu yang begitu lebat. Hanya kepala mereka saja yang sangat jauh berbeda, kepala mereka persis seperti babi hutan yang begitu buas. Senjata mereka pun cukup menakutkan, yaitu dua buah gada berduri yang terbuat dari baja. Dan ada juga yang menggunakan panah-panah berapi yang bisa membakar apa pun yang dikenainya. Bahkan beberapa panah itu sempat mengenai Maya dan membuat HP-nya terus turun dengan sangat drastis. Untunglah saat itu ia membawa cukup banyak minuman penambah HP sehingga ia bisa bertahan hidup.
Setelah semua monster habis terbunuh, Hasya tampak menghampiri Maya sambil tersenyum puas. "Wah wah… Kini panah-panahmu semakin mematikan saja. Kau pasti sudah naik beberapa level karena bantuan Rider. Iya kan?"
"Kau benar, Kak. Kini aku sudah level 120."
"Uedan… kau hampir bisa menyusulku," kata Hasya kagum. "O, ya. Ngomong-ngomong, apa kau sudah mendapatkan mantra perpindahan?" tanyanya kemudian.
"Belum, Kak. Kemarin aku cuma online sebentar karena ada keperluan penting. Pada kesempatan online kali ini, aku cuma baru bisa menukar bebatuan yang kukumpulkan itu dengan sebuah kunci peti tua ini. Eng, apa kau tahu dimana petinya?" tanya Maya seraya menunjukkan kunci yang dimaksud.
"Hmm… Setahuku peti itu ada di Gunung Harimau, yaitu di dalam goa yang bernama Goa Taring Harimau."
"Kau pernah ke sana, Kak?"
"Tidak, aku sama sekali belum pernah ke sana. Kau kan tahu, aku ini R-Warrior, jadi aku tidak memerlukan mantra perpindahan itu?"
"Jadi, selama ini Kakak belum pernah berpetualang ke alam gaib?"
"Pernah. Cuma aku tidak menggunakan mantra itu. Melainkan menggunakan special skill yang kudapat ketika mencapai level 100."
"Benarkah kau bisa ke alam gaib tanpa perlu repot-repot seperti yang kulakukan selama ini. Kalau begitu enak juga jadi R-Warrior, begitu mudahnya mendapatkan skill tanpa perlu bersusah payah."
"Siapa bilang mudah? Walaupun karakter R-warrior secara otomatis akan mendapat skill baru setelah mencapai level tertentu, tapi untuk mendapatkannya tetap saja sulit. Kau tahu kan betapa sulitnya mencapai level 100, dan untuk mendapatkan skill perpindahan itu pun aku harus mempertahankan RP-ku di atas 80% selama tiga bulan penuh. Ketahuilah… Selama tiga bulan itu aku harus berbuat baik dan melaksanakan ritual yang sudah ditentukan dengan bersusah payah."
"Kalau begitu, berarti semua karakter yang ada permainan ini mendapat kesulitan yang sama agar bisa mendapatkan kemampuan yang hebat, dan itu artinya semua karakter yang ada di permainan ini bisa hebat dong."
"Ya, begitulah. Karenanyalah, sebaiknya kau ganti atribut S-Archer-mu itu dengan R-Archer. Dengan begitu, kita bisa sama-sama meningkatkan kemampuan tanpa saling merugikan."
"Enak saja. Aku ini sudah terlanjur basah tahu! Kau pikir mudah untuk bisa mengganti S-Archer dengan R-Archer. Ketahuilah! Ada syarat berat yang harus kulakukan, tahu?"
"Menurutku sih, mudah saja. Tentunya jika kau mau bersungguh-sungguh menggantinya."
"Tidak, ah. Aku tidak mau, sebab aku memang sudah terlanjur basah."
"Ketahuilah, May. Karakter dengan attribut S itu akan sulit menang. Sebab setelah level 200 nanti, atribut S-mu akan ditambahkan dengan atribut baru, yaitu B dan W (Black and White). Jika kau condong ke Black Magic, maka karaktermu akan menjadi S-B-Archer. Begitu pun sebaliknya. Perlu kau ketahui pula, mendapatkan White Magic lebih sulit ketimbang mendapat Black Magic. Jadi kalau orang malas sepertimu, sepertinya akan lebih condong ke Black Magic. Jika sudah begitu, bagaimana mungkin karaktermu bisa masuk daftar peringkat terbaik yang hanya dikhususkan untuk golongan putih."
"Benarkah begitu?" tanya Maya ragu.
"Makanya, baca dong web sitenya!"
"Males, ah. Biarlah aku tetap menjadi S-Archer saja, sebab semua ini cuma permainan. Mau jadi S-B atau S-W bagiku sama-saja, yang penting aku bisa bersenang-senang di dalam permainan ini. Kelak jika aku kalah atau menang, bukanlah hal yang begitu penting buatku."
"Ya, kau benar. Coba kalau di dalam permainan ini yang kalah akan dieksekusi mati tentu kau akan berpikir seribu kali untuk mengucapkan itu."
"Ya, kalau memang seperti itu. Tentu aku akan berusaha untuk menang, sebab aku ini memang tidak mau dieksekusi mati."
"Eng… Apa di dunia nyata kau juga melakukan pilihan seperti itu?"
"Maksud, Kakak?"
"Maksudku, apa kau akan memilih takdir sembarangan juga seperti itu, yaitu tanpa peduli mau menang atau kalah? Kau tahu kan, kalau di dunia nyata jelas ada sangsinya, yang menang akan masuk surga dan yang kalah akan masuk neraka. Perlu kau ketahui juga, May. Di dunia nyata, manusia tidak mungkin bisa mengelak dari takdir, dan jika manusia melewati takdir yang buruk itu adalah karena pilihannya sendiri. Sebab, dari awal Allah memang telah menyediakan berbagai pilihan yang bebas untuk dipilih oleh manusia, baik itu takdir yang baik maupun yang buruk. Dan selama di dunia, manusia hanya bisa meminta petunjuk-Nya agar bisa memilih takdir yang baik, yaitu takdir yang akan membawanya kepada kebahagiaan. Jika tidak, dia hanya mengandalkan keberuntungan. Beruntung jika dia benar dalam memilih. Namun jika tidak, tentu dia akan menderita. Karena itulah, manusia wajib memilih berdasarkan petunjuk Allah, yaitu Al-Quran dan Hadits Rasul. Dan jika dia mau melakukannya, maka nilainya adalah ibadah. Namun jika tidak, maka nilainya adalah durkaha. Buah dari ibadah adalah pahala, dan buah dari durkaha adalah dosa. Dan hasil timbangan dari keduanya itulah yang akan menentukan takdir manusia masuk surga atau neraka.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya manusia dan jin itu telah dipersilakan untuk memilih berbagai takdir yang sudah tersedia dan tertulis jelas pada kitab Lauhul Mahfuzh. Dan bukankah kau sudah tahu kalau kitab itu adalah ‘Listing Program’ mengenai kehidupan manusia di alam semesta, dan juga keadaan alam semesta itu sendiri. Sebab, dari awal penciptaan hingga kematiannya, segala tingkah laku dan perbuatan manusia memang sudah ditentukan di dalam kitab tersebut, baik itu segala yang baik maupun segala yang buruk. Begitu pun dengan keadaan alam semesta ini, yang dari awal penciptaannya adalah bermula dari sebuah ledakan dahsyat (Big Bang) hingga akhirnya menjadi alam semesta yang sempurna dan terus mengikuti Hukum Sunatullah (Hukum ketentuan Allah) yang semuanya sudah ditentukan pada kitab Lauhul Mahfuzh. Bahkan dari partikel debu hingga keadaan Jagad Raya seluruhnya, semua sudah ditentukan. Juga dari sebuah huruf hingga ensiklopedia, semuanya juga sudah ditentukan. Subhanallah... Sebuah daun kering yang gugur tampak terbang melayang dengan berliuk-liuk, kemudian jatuh di atas aliran sungai, lalu hanyut bersama aliran air yang terus mengalir, hingga akhirnya tenggelam di dasar sungai, kemudian membusuk dan terurai. Sungguh semua peristiwa itu—dari mulai gugurnya daun hingga sampai mengurainya sudah tertulis jelas di kitab Lauhul Mahfuzh.
Karena itulah, agar manusia bisa memilih dengan baik, lantas Allah pun membekali manusia dengan akal dan hati nurani yang berguna melindungi manusia dari pilihan yang salah. Karena keduanya masih belum cukup, lantas Allah juga menurunkan Nabi dan Rasul yang membawa petunjuk agar diikuti oleh umat manusia. Hingga akhirnya petunjuk itu menjadi kitab-kitab suci yang kita kenal sekarang, yaitu Zabur, Taurat, Injil, dan yang telah disempurnakan yaitu Al-Quran, yang diturunkan sebagai Mukjizat untuk Rasul yang paling dicintai-Nya yaitu Muhammad S.A.W.

Al Baqarah 151. Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Ketahuilah, May… Sesungguhnya Al-Quran itu pun sebenarnya ada di dalam kitab Lauhul Mahfuzh. Dan Allah menjamin, tidak ada seorang pun yang bisa merubah Al-Quran lantaran tidak ada seorang pun yang bisa menyentuh Lauhul Mahfuzh itu, kecuali orang-orang yang disucikan. Karena itulah, Al-Quran di dunia ini pun akan terus terpelihara karena perkara pemeliharan Al-Quran jelas sudah ditetapkan pada Lauhul Mahfuzh. Intinya adalah AL-Quran memang sudah ditakdirkan untuk tetap terpelihara, tidak seperti kitab-kitab lainnya yang telah ditakdirkan untuk tak terpelihara, alias sudah ditakdirkan untuk bisa diubah oleh manusia.

Al Waaqi'ah 77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,
Al Waaqi'ah 78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
Al Waaqi'ah 79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

Sebetulnya Al-Quran itu bukanlah petunjuk yang ditujukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk bangsa jin yang hidup di alam gaib agar tak mengulangi kesalahan para leluhurnya.

Al jinn1. Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,

Bukhari Muslim 251. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Rasulullah s.a.w belum pernah membaca al-Quran dan mengajar agama kepada jin dan belum pernah pula melihat mereka. Kisahnya, baginda berangkat bersama dengan rombongan para Sahabat menuju ke pasar Ukaz Pada ketika itu, tipu muslihat antara syaitan dan berita dari langit dihalangi dan mereka dilempari dengan panah api. Maka mereka pun kembali kepada kaum mereka, lalu berkata: Antara kami dan berita dari langit ditipu daya dan kami dilempari dengan panah api. Kaum mereka berpendapat: Keadaan itu adalah karena ada sesuatu yang luar biasa berlaku. Pergilah ke bumi di sebelah timur dan barat. Telitilah apa yang menghalangi antara kita dan berita dari langit. Mereka pun pergi ke bumi di sebelah timur dan barat. Sekumpulan jin dari mereka menuju ke arah Tihamah yaitu mengikuti Nabi s.a.w. Baginda berada di bawah pokok tamar dalam perjalanan ke pasar Ukaz. Pada saat itu, baginda sedang sembahyang Subuh bersama para Sahabat. Ketika mereka mendengar al-Quran, mereka memerhatikannya, lalu berkata: Inilah yang menghalangi antara kita dengan berita dari langit. Maka mereka pun kembali kepada kaum mereka lalu berkata: Wahai kaumku. Sesungguhnya aku telah mendengar bacaan yang mengkagumkan, yang boleh menunjukkan kita kepada kebenaran, maka aku beriman kepadanya dan tidak akan menyekutukan Tuhanku dengan siapa pun. Maka Allah s.w.t menurunkan kepada nabi-Nya Muhammad s.a.w ayat Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya sekumpulan jin telah mendengar bacaan al-Quran

Ketahuilah, sebelum manusia, Allah telah mempercayakan kalau dunia yang diciptakan-Nya agar ditempati dan dirawat baik-baik oleh bangsa jin, yaitu untuk menguji akal mereka. Namun ternyata bangsa jin justru merusaknya, dan itu karena akal mereka tak mampu mengambil keputusan yang baik. Karena itulah lantas Allah menciptakan manusia untuk menggantikan peran jin di dunia, yaitu dengan menciptakan Adam dan Hawa yang dengan perantara Iblis akhirnya harus tinggal di dunia. Begitulah cara Allah bekerja, yaitu dengan menciptakan berbagai takdir yang harus dipilih oleh makhluk ciptaan-Nya. Perlu kau ketahui pula, bahwa sewaktu di alam roh, setiap jiwa sudah menandatangani kontrak perjanjiannya dengan Allah, yaitu manusia bersedia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini—yaitu menjadi seorang pemimpin yang bisa membuat kehidupan di dunia menjadi seperti keinginan Allah, dengan maksud menguji akal manusia. Jika setiap jiwa tidak melanggar perjanjian itu, maka ia akan dihadiahkan Surga. Namun jika melanggar, jelas akan mendapat sangsinya, yaitu Neraka. Itulah salah satu hakikat tujuan diciptakannya manusia, yaitu menjadi khalifah yang bertakwa kepada Allah—Tuhan Semesta Alam, yang mana manusia dituntut untuk senantiasa beribadah hanya kepada-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, dengan tujuan untuk menguji akalnya. Hakikat lain diciptakannya manusia adalah agar manusia bisa mengenal-Nya dan juga bisa memahami kenapa Allah menciptakan semua yang ada di alam ini, baik yang nyata maupun yang gaib. Allah menyukai manusia yang bisa mengenal-Nya dan juga bisa memahami tujuan penciptaannya, sehingga manusia menjadi tersadar dan akhirnya mau berbuat baik semata-mata karena-Nya.

Al Baqarah 195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Kembali ke masalah takdir. Pada awalnya, takdir manusia sudah di tentukan sama. Namun akan menjadi berbeda setelah dia mulai memilih. Manusia hidup kaya bisa bahagia dan juga bisa menderita, manusia hidup sederhana bisa bahagia dan juga bisa menderita, manusia hidup miskin bisa bahagia dan juga bisa menderita. Semuanya tergantung kepada pamahaman manusia itu sendiri tentang agama dan juga nilai ketakwaannya kepada Allah. Itulah yang akan menentukannya hidup manusia bahagia atau menderita. Sebab dengan adanya pemahaman agama yang baik dan juga nilai ketakwaan yang baik, maka manusia bisa mengambil keputusan dengan cara yang baik dan benar pula. Pemahaman agama yang baik berguna untuk bahan pertimbangan akal (pengambil keputusan), sedangkan takwa berguna untuk membersihkan nurani (cahaya mata hati) yang mana akan melindungi akal dari pengaruh ego (keinginan). Takwa itu adalah mau mengamalkan semua perbuatan baik (Perintah Allah) dan mau menjauhi semua perbuatan buruk (Larangan Allah). Akal manusia membutuhkan yang namanya petunjuk (hidayah), dan petunjuk yang lurus itu adalah Al-Quran dan Hadits, yang mana telah Allah karuniakan kepada para hamba-Nya.
Pada mulanya akal bertanya, manakah yang terbaik dari ketiga pilihan ini, hidup kaya, sederhana, atau miskin. Lantas akal segera menimbangnya. "Hmm... yang mana ya?" tanya akal bingung. Saat itulah ego bermain, ia menganjurkan akal untuk memilih berdasarkan kesenangan dunia. Mengetahui itu, Nurani pun tidak tinggal diam, ia menyarankan untuk memilih berdasarkan pertimbangan akhirat. Saat itu Ego dan Nurani bertarung membenarkan pendapatnya masing-masing. Dari pertarungan pendapat antara Ego dan Nurani itulah, akhirnya akal kembali melakukan penimbangan. Dan disaat itu pula dibutuhkan petunjuk yang berdasarkan kepada Al-Quran dan Hadits.
Jika saat itu nilai ketakwaan manusia masih kurang, maka akal akan lebih condong menuruti ego. Dan jika saat itu nilai ketakwaan manusia baik, maka akal akan lebih condong menuruti nurani. Jika manusia menuruti ego risikonya lebih besar ketimbang menuruti nurani. Sebab jika menuruti ego karena bisikan syetan tentu ia akan celaka, namun jika menuruti ego dan masih dilindungi oleh Allah tentu ia masih bisa selamat. Karenanyalah, lebih aman adalah dengan mengikuti nurani. Namun sayangnya, kemampuan nurani dalam upaya memberi petunjuk tergantung kepada kebersihannya. Ia bisa diibaratkan dengan gelas bening yang berisi air jernih yang secara otomatis bisa menjadi kotor. Jernih dan kotornya air dalam gelas tergantung tingkat ketakwaaan seseorang. Semakin tinggi nilai ketakwaan manusia, maka akan semakin jernih air dalam gelas. Begitu pun sebaliknya, semakin rendah nilai ketakwaan manusia, maka akan semakin kotor air dalam gelas. Jika air dalam gelas sangat jernih, maka setitik pasir pun akan mudah terlihat. Namun jika air dalam gelas kotor, maka segenggam batu pun tak mungkin terlihat. Hal ini berlaku untuk semua manusia, baik muslim maupun non muslim. Karenanyalah, seorang non muslim yang nuraninya bersih sudah barang tentu akan memilih Islam sebagai agamanya. Namun kejernihan nurani non muslim yang baik, masih kalah jauh dengan kejernihan nurani seorang muslim yang baik.

Bukhari Muslim 86. Diriwayatkan daripada Huzaifah r.a katanya: Saidina Umar r.a pernah bertanya aku ketika aku bersamanya. Katanya: Siapakah di antara kamu yang pernah mendengar Rasulullah s.a.w meriwayatkan tentang fitnah? Para Sahabat menjawab: Kami pernah mendengarnya. Saidina Umar bertanya: Apakah kamu bermaksud fitnah seorang lelaki bersama keluarga dan tetangganya? Mereka menjawab: Ya, benar. Saidina Umar berkata: Fitnah tersebut dapat dihapuskan oleh sholat, puasa dan zakat. Tetapi, siapakah di antara kamu yang pernah mendengar Nabi s.a.w bersabda tentang fitnah yang bergelombang sebagaimana lautan bergelombang? Huzaifah berkata: Para Sahabat terdiam. Kemudian Hudzaifah berkata: Aku, wahai Umar! Saidina Umar berkata: Engkau. Lantas Saidina Umar memuji dengan berkata ayahmu adalah milik Allah. Huzaifah berkata: Aku dengar Rasulullah s.a.w bersabda: Fitnah akan melekat di hati manusia bagaikan tikar yang dianyam secara tegak-menegak antara satu sama lain. Mana-mana hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana-mana hati yang tidak dihinggapinya, akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbahagi dua: Sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Manakala sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti bekas tembaga berkarat, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran, segala-galanya adalah mengikut keinginan.

Bukhari Muslim 99. Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah didatangi oleh Jibril a.s ketika baginda sedang bermain dengan kanak-kanak. Lalu Jibril a.s memegang dan merebahkan baginda, kemudian Jibril a.s membelah dada serta mengeluarkan hati baginda. Dari hati tersebut dikeluarkan segumpal darah, lalu Jibril a.s berkata: Ini adalah bahagian syaitan yang terdapat dalam dirimu. Setelah itu Jibril membasuh hati tersebut dengan menggunakan air Zamzam di dalam sebuah bekas yang diperbuat dari emas, kemudian meletakkanya kembali ke dalam dada baginda serta menjahitnya sebagaimana asal. Dua orang kanak-kanak segera menemui ibunya yaitu ibu susuan Rasulullah s.a.w dan mereka berkata: Muhammad telah dibunuh. Seterusnya mereka mengusung baginda, ketika itu rupa baginda telah berubah. Anas berkata: Aku benar-benar pernah melihat kesan jahitan tersebut di dada baginda

Karenanyalah, seorang muslim yang nuraninya bersih, ia akan mudah untuk membedakan mana perbuatan baik dan mana yang buruk, mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan, mana yang jujur dan mana yang bohong, mana yang jahat dan mana yang baik. Begitu pun sebaliknya, jika nurani kotor maka dia akan sulit untuk bisa membedakan. Jika sudah begitu, nurani tidak bisa diandalkan untuk memberitahukan akalnya. Hanya kasih sayang Allah saja yang bisa menyelamatkan manusia dari nurani yang kotor, yaitu Allah menundukkan ego dan memberi kesempatan pada nurani agar mau menasihati akal guna mencari hidayah-Nya.
Nah... begitulah proses akal manusia menentukan pilihan. Jika manusia tidak mau menggunakan akalnya dengan baik dan benar jelas ia akan tersesat. Karenanyalah, jika manusia yakin kalau ia bisa menjadi kaya tanpa menghalalkan berbagai cara dan dengan tujuan yang mulia untuk membantu sesama, maka ia boleh menjadi kaya. Namun jika sebaliknya, maka kaya bukanlah sebuah pilihan yang baik. Begitupun dengan pilihan miskin, jika ia miskin dan menyusahkan orang lain maka pilihan miskin pun bukanlah yang terbaik. Dan sebaik-baiknya pilihan adalah hidup sederhana, sebab Rasullullah pun memang menganjurkan demikian. Sebaik-baiknya pilihan adalah yang pertengahan. Ketahuilah, jika suatu saat ia sudah siap menjadi orang kaya, maka ia akan menjadi orang kaya yang bertakwa dan sangat dermawan. Kenapa bisa begitu? Sebab biarpun dia memiliki harta yang berlimpah ruah, ia tetap akan memilih untuk hidup sederhana dan bersahaja. Dan secara otomatis harta yang berlebihan itu tentu akan ia hambur-hamburkan untuk tujuan yang mulia. Begitupun jika suatu saat dia sudah siap untuk menjadi orang miskin, maka ia akan menjadi orang miskin yang zuhud, yang senantiasa bertakwa kepada Allah dan tidak pernah menyusahkan orang lain," jelas Harsya lagi panjang lebar.
"Hmm… jadi menjadi orang kaya, sederhana, atau miskin itu adalah pilihan takdir? Dan itu artinya, kita sendiri yang menentukan kita mau kaya, sederhana, atau miskin." Komentar Maya yang kian mengerti.
"Benar sekali, sebab Allah menghargai setiap usaha yang manusia lakukan. Karena itulah sistem takdir yang sudah Allah tetapkan adalah, setiap manusia yang mau berusaha memilih takdir dengan baik, maka akan mendapat hasil yang baik pula. Tapi jangan lupa, bahwa pilihan seseorang juga dipengaruhi oleh pilihan orang lain. Contohnya adalah kesalahan seorang presiden dalam mengambil keputusan, bisa mempengaruhi hasil pilihan yang dilakukan oleh rakyatnya, yaitu hal yang sebetulnya mudah bisa menjadi sulit, dan karena kesulitan itulah sehingga membuat orang tidak sabar dan akhirnya terpaksa menghalalkan berbagai cara. Oleh sebab itu, tanggung jawab presiden sangatlah besar. Jika ia salah dalam mengambil keputusan, maka kelak ia akan dimintai pertanggungjawabannya."
"Wah, benarkah yang kau katakan itu?" tanya Maya seakan tak percaya, kemudian dia segera melanjutkan kata-katanya. "Hmm… jika benar begitu, tidak enak dong jadi seorang presiden, sebab jika dia salah mengambil keputusan, itu artinya dia pun harus ikut menanggung dosa setiap rakyat yang telah melakukan dosa akibat dari kebijakannya."
"Tepat sekali. Jika orang sudah betul-betul menyadari hal itu, maka ia tidak akan terobsesi menjadi presiden. Apalagi jika harus mengeluarkan banyak uang dan menghalalkan berbagai cara, tentu dia tidak akan mau. Dia hanya mau menjadi presiden, jika ia didesak oleh rakyat yang memang sangat menginginkan kepemimpinannya. Jika saat itu ia memang mampu, namun menolak keinginan rakyat adalah pilihan yang salah, sebab bisa mematikan harapan banyak orang. Dan pemimpin yang seperti ini, Insya Allah… akan mendapat petunjuk Allah pada setiap keputusan yang diambilnya, dan setiap keputusan yang diambil atas petunjuk Allah tentu tidak akan keliru. Apapun yang terjadi tentu tidak akan diminta pertanggungjawaban, sekalipun keputusan itu bisa saja salah dimata manusia, namun tidak salah dimata Allah. Dan pemimpin yang demikian, tentunya akan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda. Contohnya jika ada seorang pemimpin yang berani mewajibkan hijab misalnya, tentu dia akan mendapat pahala yang banyak karena sudah membantu banyak orang untuk tidak melakukan dosa lantaran tak mampu menjaga pandangan. "
"Wah, ternyata memilih itu tidaklah mudah. Sebab, setiap pilihan pasti akan diminta pertanggungjawaban dan bisa berdampak pada diri sendiri."
"Benar sekali. O ya, ada sebuah contoh lagi mengenai pilihan, yaitu seandainya dihadapanmu ada dua buah jembatan gantung yang melintasi jurang, yang satu masih baru dan tampak kokoh, sedangkan yang satunya lagi sudah lama dan tampak lapuk. Nah, dari kedua jembatan itu manakah yang kau pilih untuk disebrangi?" tanya Harsya menambahkan.
"Tentu saja jembatan yang baru itu pilihan terbaik," jawab Maya.
"Hmm… Jika kau mengira demikian, maka pilihanmu adalah kurang tepat. Sebab, apa yang tampak baik lewat pandangan manusia, belum tentu baik di mata Allah. Coba kau pikirkan, bagaimana jika jembatan yang menurut pengelihatanmu itu kokoh ternyata menyimpan sebuah kelemahan, ada pengikat tali yang kendor, atau dibuat dengan bahan berkualitas rendah misalnya, sehingga saat jembatan itu dilewati, bisa saja tali jembatan itu terlepas dan akhirnya membuat kau celaka. Dan siapa yang mengira kalau jembatan yang tampak sudah lapuk ternyata justru masih kuat lantaran dibuat dengan bahan yang berkualitas tinggi. Karena itulah, sebaiknya tidak menilai sesuatu dengan mengandalkan perangkat indra manusia saja, namun yang terbaik adalah juga dengan berdoa, memohon petunjuk Allah agar bisa memilih dengan baik. Sesungguhnya sikap kehati-hatian itu tidaklah menjamin manusia akan selamat, namun petunjuk dan pertolongan Allah-lah yang bisa membuatnya selamat.
Begitulah takdir. Sebenarnya semua pilihan sama saja. Lantas kenapa semua itu bisa menjadi begitu sulit dan membuat kepala jadi pusing tujuh keliling. Sebab, manusia terkadang memang lebih condong kepada ego dan lebih suka menyombongkan diri. Karena itu, sebaiknya berhati-hatilah dalam memilih! Dan sebaik-sebaiknya pilihan adalah yang berdasarkan petunjuk dari Allah, yaitu Al-Quran dan Hadits. Selain itu, tak lupa untuk selalu bertakwa kepada Allah agar nurani senantiasa bersih sehingga ia mampu menjadi penasihat akal yang bisa diandalkan. Terakhir, tak lupa untuk selalu berdoa memohon petunjuk dan keselamatan hanya kepada Allah, kemudian bertawakal hanya kepada-Nya," anjur Harsya pada Maya.
"Wah wah wah… jika apa yang kau jelaskan itu memang benar, tentu saja di dunia nyata aku tidak akan memilih sembarangan. Sebab, aku tidak mau apa yang kupilih itu salah dan akhirnya membuatku masuk neraka."
"Hmm… baguslah kalau begitu. O ya, May. Ngomong-ngomong, apa boleh aku ikut denganmu ke Gunung Harimau!"
"Lho, apa kau tidak merasa rugi jika RP-mu turun karena membantuku?"
"Aku tidak akan membantumu, May. Aku cuma mau menemanimu saja. Sebab kalau cuma menemani, tidak akan membuat RP-ku turun. Sekalian aku mau tahu suasana di Gunung Harimau, sebab aku memang belum pernah ke sana."
"Baiklah... kalau kau memang mau ikut, aku sama sekali tidak keberatan. Bukankah dengan demikian aku punya teman ngobrol selama perjalanan?"
"O, ya ini ada item untukmu," kata Harsya seraya menyerahkan sepasang sarung tangan dengan defend point lebih tinggi dari yang dikenakan Maya. Harsya memberikan itu karena kebetulan saat itu lagi pas event Valentine.
"Terima kasih ya, Kak. Kau baik sekali," ucap Maya haru. Sungguh dia tidak menyangka kalau di dunia game pun ternyata ada orang yang mau memberi perhatian padanya. Lantas dalam hati dia pun berkata, "Kau itu sungguh pria yang baik, Kak. Tapi anehnya, orang-orang pada memberikan bunga, eh kau malah memberiku sarung tangan."
Kini Maya tampak sedang mengenakan sarung tangan yang baru diberikan itu, tak lama kemudian dia sudah menunggangi kudanya. "Ayo Kak, kita berangkat sekarang!" ajaknya pada Harsya.
"Ups! Sial," keluh Harsya tiba-tiba.
"Kenapa, Kak?"
"Aneh, kenapa tiba-tiba RP-ku turun lima point."
"Apa itu karena…"
"Sudahlah… Lupakan saja! Sebaik ayo kita berangkat!"
Lantas kedua muda-mudi itu segera berangkat bersama menuju ke Gunung Harimau. Saat itu mereka terus memacu kuda masing-masing dengan penuh semangat, hingga akhirnya Gunung Harimau sudah kian bertambah dekat. Pada saat itu, Maya dan Harsya tampak beristirahat dengan duduk di atas sebuah batu besar yang cukup tinggi, sebuah batu besar yang menjadi tanda perbatasan antara Gunung Babi dan Gunung Harimau. Saat itu dari atas batu besar, mereka dapat melihat jelas ke setiap sudut hutan yang ada di lembah Harimau. Sungguh pemandangan yang tampak begitu indah dan menyegarkan mata. Sejauh mata memandang terbentang hutan yang menghijau, berhiaskan latar belakang Gunung Harimau yang berdiri kokoh.
"Lihat Kak! Mereka datang lagi," unjuk Maya tiba-tiba ketika melihat monster-monster berkepala babi datang mendekat.
"Gawat! Padahal HP kita kan belum penuh. Jika harus melawan mereka sebanyak itu, tentu kita tidak akan sanggup. Apa lagi minuman penambah HP kita sudah habis tak tersisa."
"Kalau begitu, ayo cepat kita lari!" ajak Maya seraya berdiri dan melompat turun dari atas batu, kemudian bergegas naik ke atas kuda dan memacunya menjauhi gerombolan Monkeba yang sudah kian mendekat.
Harsya pun segera turun dan menaiki kudanya, kemudian dengan segera memacunya mengikuti Maya. "Kita mau ke mana, May?" tanya Harsya yang kini sudah berada di samping Maya.
"Kita lari ke lembah Harimau!"
"Tapi, May. HP kita kan belum penuh, bagaimana jika bertemu monster kepala Harimau."
"Bukankah dalam perjalanan kita bisa rehat sejenak untuk memulihkan HP. Aku yakin, para Monkeba itu tidak akan berlari lebih cepat dari kita. Lagi pula, setelah kita sampai di Lembah Harimau mereka tidak akan mengejar lagi."
"Tapi, May. Bagaimana jika lembah itu kita dicegat oleh gerombolan Monkeha, dan saat itu gerombolan Monkeba juga masih mengejar. Bukankah kita akan semakin bertambah kewalahan."
"Tidak akan, percayalah padaku! Para Monkeha pasti tidak akan mengejar sampai ke lembah."
"May, kita istirahat sejenak. Para Monkeba itu pasti sudah tertinggal jauh di belakang."
"Iya, ayo kita beristirahat di bawah pohon besar yang ada di depan itu."
Tak lama kemudian, keduanya sudah sampai di pohon besar itu. Kini mereka sedang beristirahat sambil terus memandang ke arah jalan yang semula mereka lalui, khawatir kalau-kalau gerombolan Monkeba sudah kembali mendekat. Benar saja, baru juga mereka beristirahat sejenak dan HP mereka baru naik sedikit, tiba-tiba di kejauhan para Monkeba sudah menampakkan batang hidungnya. "Ayo, Kak! cepat kita lari lagi," ajak Maya seraya menunggangi kudanya dan berlari menjauh.
Tanpa buang waktu lagi, Harsya pun segera menunggangi kudanya dan memacunya mengikuti Maya. Kedua kesatria itu terus berpacu dan berpacu, hingga akhirnya mereka tiba juga di lembah Gunung Harimau. "Nah, benar kan. Di sini pasti aman," kata Maya seraya turun dari atas kudanya dan segera melompat ke atas sebuah batu besar setinggi tiga meter.
Harsya pun segera mengikuti jejak wanita itu. "Kau yakin Monkeba tidak akan mengejar sampai ke mari?"
"Tentu saja, bukankah biasanya para monster tidak sampai melintasi perbatasan."
Kini kedua muda-mudi itu kembali beristirahat hingga akhirnya HP mereka pulih kembali.
"Lihat itu! Para Monkeba. Sungguh aku betul-betul heran, kenapa mereka terus mengejar kita sampai ke sini?" tanya Maya heran.
"Itulah yang sejak tadi kukhawatirkan, sebab setahuku permainan ini adalah program terbaru yang dilengkapi dengan Artificial Intelligent yang cukup canggih. Dengan adanya Tracking System yang dimiliki oleh setiap monster, tentu saja tidak sulit bagi mereka untuk menemukan kita. Sebab, semakin kuat mosternya, semakin hebat pula Tracking System yang dimilikinya."
"Kalau begitu. Ayo cepat kau turun, Kak! Biar aku tetap di sini melindungimu dengan panahku."
"Apa??? Kau enak-enakan aman di sini, sedangkan aku harus berhadapan langsung dengan mereka."
"Kak, dengarkan aku. Dari atas sini aku bisa membidik dengan lebih baik."
"Benarkah itu?"
Maya mengangguk.
"Hmm… Baiklah, kalau begitu lindungi aku dengan baik!" pinta Harsya seraya melompat turun.
Setibanya di bawah, Harsya langsung di sambut oleh serangan-serangan monster yang begitu membabi buta. Sementara itu dari atas batu, Maya tampak menyerang monster-monster yang berada di belakang Harsya, hingga akhirnya satu per satu monster-monster itu jatuh bergelimpangan. Belum habis semua monster mereka bunuh, tiba-tiba "Gawat Kak! Gerombolan Monkeha juga sedang mendekat!" teriak Maya memperingati.
Harsya pun segera melihat apa yang diberitahukan Maya, dilihatnya monster-monster yang berkepala Harimau sudah kian mendekat. Anatomi tubuh mereka hampir sama dengan para Monkeba, hanya saja bulu-bulu mereka mempunyai belang berwarna hitam putih, dan kepala mereka persis sama dengan kepala Harimau Benggala. Sungguh mereka monster yang lebih kuat daripada Monkeba. Senjata mereka pun lebih canggih, yaitu kapak besar bermata dua yang terbuat dari baja. Beberapa dari mereka ada juga yang membawa panah es yang jika mengenai sasaran akan membuatnya beku.
Karena jumlah mereka terlalu banyak, Harsya pun segera naik kembali ke atas batu. "Bagaimana ini, May?" tanya Harsya panik.
"Kenapa kau malah naik, cepat turun dan lawan mereka!"
"Apa kau bilang? Enak saja, HP-ku sudah setengah tahu."
"Awas, Kak!" Teriak Maya ketika beberapa panah mengarah ke tubuh Harsya. Panah api dari para Monkeba dan panah es dari para Monkeha berbarengan meluncur dengan cepat dan sepertinya tidak mungkin untuk dihindari. Jika semua panah itu mengenai Harsya maka tamatlah riwayatnya.
"Aahhh!" teriak Harsya tak mampu berbuat apa-apa karena panah-panah itu tinggal satu jengkal saja mengenai tubuhnya.
Ajaib, belum sempat panah itu mengenai tubuh kesatria tampan itu, tiba-tiba seberkas sinar terang tampak keluar dari tubuh Harsya dan membuat selubung pelindung tipis yang melindunginya dari serangan panah-panah tadi. "Syukurlah, KP-ku telah bekerja. Tapi... Gawat May, KP-ku terus turun. Jika terus begini aku pasti mati. Sebab selubung pelindung ini pasti akan lenyap dengan sendirinya."
"Aduh, Kak. HP-ku pun sudah tinggal setengah dan masih terus menurun. Terus terang, aku tak sanggup menghadapi mereka semua. Sepertinya kita memang akan mati di tempat ini."
"Duh, bagaimana ini. Jika kita mati, level karakter kita akan turun setengahnya. Dan itu artinya kita harus mengulang jauh," keluh Harsya panik.
"Ya, padahal kita sudah bersusah payah menaikkannya," timpal Maya tak kalah panik.
Di saat yang genting itu, tiba-tiba dari atas langit tampak turun hujan es runcing yang amat dasyat. Bukan hanya hujan es runcing, tapi juga hujan bola api yang juga amat dasyat, terus menghujani para monster itu hingga akhirnya semua monster bergelimpangan tak bergeming lagi.
"Kita selamat, May. Ada orang yang telah membantu kita dengan ilmu hujan es dan hujan bola api. Kira-kira siapa orang yang telah membantu kita itu?"
"Di-dia itu Raider, Kak. Lihatlah! Dia sedang berdiri di atas batu besar yang ada di sebelah sana itu!"
"Raider? Sungguh aku tidak menduga, ternyata ilmu sihirnya sudah sehebat itu."
"Ayo Kak, cepat kita hampiri dia," ajak Maya seraya melompat turun dan berlari menghampiri Raider.
Harsya pun tak mau ketinggalan, dia segera melompat turun mengikuti jejak Maya. Hingga akhirnya, "Terima kasih, Raider. Kau sudah membantu kami," kata Maya senang seraya memeluk kesatria tampan yang sudah membantunya.
Pada saat itu perasaan Harsya tampak tidak karuan, sungguh dia benar-benar cemburu melihat wanita yang diam-diam telah dicintainya tampak asyik berpelukan dengan pria lain. Baginya apa yang dilakukan Maya itu sudah sangat berlebihan, sebab ucapan terima kasih yang tadi dilontarkannya menurutnya sudah lebih dari cukup.
"Hmm... jadi kalian mau ke Goa Taring Harimau?" tanya Raider kepada Maya dan Harsya.
"Betul, Kak," jawab Maya.
"Kalau begitu, boleh aku ikut bersama kalian. Barangkali saja aku bisa membantu."
Mengetahui itu, Harsya langsung angkat bicara, "Terima kasih, Raider. Kau sudah banyak membantu kami. Terus terang, kami tidak mau merepotkanmu."
"Eng, kalau begitu baiklah... Aku yakin, kesatria tangguh sepertimu pasti bisa melindungi Maya. Nah, sekarang sebaiknya aku pamit saja. Aku doakan semoga kalian berhasil," kata Raider seraya mulai melangkah pergi.
"Tunggu, Kak!" tahan Maya tiba-tiba.
"Ada apa, May?"
"Kak, aku tidak yakin kalau Harsya bisa melindungiku. Bukankah tadi kami hampir saja mati? Terus terang, sebetulnya kami sangat memerlukan kesatria tangguh sepertimu."
"Benarkah?" tanya Raider seolah tak percaya.
"Betul, Raider. Karenanyalah, aku sangat senang jika kau mau ikut bersama kami," jawab Maya.
"Eng... kalau begitu baiklah. Dengan senang hati aku akan ikut dengan kalian."
Mengetahui itu, Harsya pun kembali angkat bicara. "May... percayalah! Aku pasti bisa melindungimu. Janganlah kita merepotkan Raider! Mungkin saja saat ini dia sedang ada misi penting yang harus segera diselesaikan."
"Benarkah yang dikatakan oleh Harsya itu, Raider. Kalau kami akan merepotkanmu?" tanya Maya.
"May, ketahuilah! Terus terang, aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Dan aku malah senang jika bisa membantu kalian," jawab Raider meyakinkan.
"Nah, Kak. Kau dengar sendiri kan. Kalau Raider tidak merasa direpotkan. Dia justru merasa senang karena bisa membantu kita."
"Eng... kalau begitu baiklah. Sepertinya memang tidak ada salahnya jika dia ikut bersama kita. Lagi pula, dia itu kan sudah pernah ke sana. Jadi dia bisa menjadi petunjuk jalan yang baik," kata Harsya tak punya pilihan.
"Har... Sebetulnya aku belum pernah ke sana. Ketahuilah! Hingga saat ini aku pun belum pernah ke dunia gaib. Maklumlah, pada saat aku memulai permainan ini belum banyak orang yang hebat. Jadi, syarat untuk mendapatkan ilmu perpindahan itu sungguh menyulitkanku. Karenanyalah, baru sekarang aku berkeinginan untuk mengambil mantra itu. Bukankah ketika membantu Maya waktu itu, secara tidak langsung aku sudah mendapatkan apa yang kucari guna memenuhi syarat-syaratnya. Lihatlah, kini aku pun sudah mendapatkan kunci untuk membuka peti itu."
"O, jadi karena itu kau bisa sampai berada di tempat ini. Kini aku mengerti, tujuan utamamu adalah mau mencari mantra perpindahan itu, bukannya mau..." Harsya tidak melanjutkan kata-katanya. "Sudahlah... lupakan saja," katanya kemudian.
"Mau apa, Har?" tanya Rider.
"Kan sudah aku bilang, lupakan saja."
"Hmm... aku mengerti. Pantas saja sikapmu selalu ketus padaku. Rupanya kau mengira aku naksir sama Maya ya? Dan kau merasa aku menyaingimu, iya kan? Hehehe...! Ternyata dugaanku benar, kalau kau itu mencintai Maya. Ayo mengakulah!"
"Kau bicara apa, Raider? Sungguh dugaanmu itu keliru. Ketahuilah, aku hanya mau berteman dengan Maya. Tidak lebih dari itu."
"Terserahmu, Har. Mulutmu memang berkata begitu, tapi dari gelagatmu aku bisa membaca kalau kau itu memang mencintai Maya."
Maya yang sejak tadi diam, tiba-tiba ikut bicara, "Benarkah yang dikatakan Raider itu, Kak?" tanya Maya pada Harsya.
"Tidak, itu tidak benar. Mana mungkin aku bisa mencintai wanita sepertimu. Kau itu kan S-Archer, sedangkan aku ini R-Warrior. Pokoknya selama kau belum menjadi R-Archer, aku tidak mungkin bisa mencintaimu."
"Itu artinya, kau akan mencintaiku seandainya aku mau mengikuti anjuranmu untuk menjadi R-Archer. Iya, kan? Kalau begitu, jangan sampai kau mencintaiku, Kak. Sebab, aku tidak akan pernah mau untuk menukar atribut karakterku ini."
"Kau dengar sendiri kan, Raider. Aku memang tidak mungkin bisa mencintainya, sebab…."
"Tapi, Kak." Potong Maya tiba-tiba. "Jika kau memang tidak mencintaiku, lantas kenapa kau begitu perhatian padaku? Buktinya saat event Valentine kau telah memberikan hadiah sarung tangan padaku."
"Lho, apa seorang teman itu tidak boleh memberi perhatian kepada temannya."
"Benarkah perhatianmu itu hanya sebatas teman?"
Harsya mengangguk. Namun pada saat itu, Maya tidak percaya kalau anggukan itu adalah sebuah kebenaran. "Kau memang pandai berkelit, Kak. Tapi ketahuilah, saat itu aku justru tidak merasa demikian. Dari tingkahmu aku bisa membaca, kalau perhatianmu itu lebih dari sekedar seorang teman," kata Maya kemudian.
"Wew! GR. Dasar wanita, baru diberi sedikit perhatian saja sudah menyangka yang tidak-tidak. Sudahlah, kau tidak mau membahas soal itu lagi. Sebaiknya, ayo kita lanjutkan perjalanan!"
Tak lama kemudian, ketiga kesatria itu tampak sudah berkuda–bersama-sama menuju ke Goa Taring Harimau. Di dalam perjalanan, mereka tampak berbincang-bincang mengenai gosip terbaru yang disampaikan oleh Raider, yaitu mengenai busur pusaka yang bernama Busur Halilintar. Sebuah Busur yang bisa melepaskan anak panah yang disertai dengan halilintar dan bisa mengenai lima orang musuh yang berada di dekatnya sekaligus. Busur itu berada di dalam goa yang ada puncak Gunung Halilintar. Mengetahui gosip itu, Harsya sama sekali tidak tertarik. Namun tidak demikian halnya dengan Maya, dia yang seorang S-Archer justru sangat tertarik sekali. Andai dia bisa memiliki busur itu, tentu dia akan menjadi seorang pemanah yang ditakuti banyak kesatria.





Cinta Maya [ Bagian III ]

===================================================
CINTA MAYA
===================================================
Bagian III

Dredep! Dredep! Dredep! Terdengar langkah kaki kuda milik Maya, Harsya, dan Raider yang baru saja tiba di lokasi Goa Taring Harimau. Keadaan di sekitar tempat itu sungguh sangat menyeramkan, di mana-mana banyak tulang-belulang manusia yang berserakan. Maya sempat merinding melihat semua itu, dalam hati dia sempat menduga-duga mengenai penyebab kematian mereka. Belum sempat Maya mendapat jawaban, tiba-tiba dari dalam goa terdengar suara auman harimau yang menyeramkan, kemudian disusul dengan munculnya seekor monster sebesar truk tronton. Monster itu persis seperti harimau, berwarna hitam putih dengan sepasang sayap di punggungnya.
"Itu Monhaber. Ayo cepat kita naik ke atas tebing itu!" teriak Raider memerintahkan.
Lantas ketiga kesatria itu segera melompat menaiki tebing yang cukup terjal, kemudian bersembunyi di balik pilar-pilar yang meruncing. Pada saat yang sama, Monhaber tampak sudah mengepakkan sayapnya, kemudian terbang mendekati ketiganya.
"Ayo serang dia!" Perintah Raider kepada Maya dan Harsya.
Saat itu Maya langsung melepaskan anak panahnya ke dada Monhaber, sedangkan Raider tampak menggunakan ilmu bola api yang juga diarahkan ke dada Monhaber. "Har, kenapa kau tidak ikut menyerang?" tanya Raider kesal melihat Harsya yang cuma menonton saja.
"Bagaimana mungkin aku bisa menyerang dia, aku kan tidak punya senjata atau ilmu jarak jauh."
"Kalau begitu, pakai busur api-ku ini," kata Raider seraya memberikan busur itu kepada Harsya.
"Apakah aku bisa menggunakannya?" tanya Harsya ragu.
"Tentu saja bisa, sebab syarat penggunaannya hanya memerlukan nilai DEX dan STR saja, dan level setinggimu pasti sudah mempunyai nilai DEX dan STR yang mencukupi."
Mengetahui itu, lantas dengan segera Harsya mengambil busur yang dimaksud dan menggunakannya untuk menyerang Monhaber. Pada saat itu, panah-panah api tampak melesat mengenai dada monster yang menakutkan itu.
"Gawat... RP-ku terus turun," kata Harsya tiba-tiba. "Raider, aku tidak bisa menggunakan busur ini, sebab mengandung unsur magis," sambungnya kemudian.
"Benarkah? Kalau begitu, berikan saja pada Maya! Sebab, busur itu lebih hebat ketimbang busur yang digunakannya. Biarlah kau menjadi penonton saja."
Mengetahui itu, Harsya pun segera memberikan busur tadi pada Maya. Tak lama kemudian, Maya sudah kembali menyerang Monhaber dengan menggunakan busur api milik Rider yang memang lebih dasyat dari miliknya.
"Raider, bagaimana kalau Harsya kita jadikan umpan?" saran Maya menemukan ide.
"Kau benar. Jika Harsya bisa memancing Monster itu ke tempat yang lebih terbuka, tentu aku bisa menggunakan ilmu hujan bola api dan hujan es runcing untuk menyerangnya."
"A-apa??? Kalian mau mengorbankan aku. Tidak, aku tidak mau," tolak Harsya.
"Har! Apa kau hanya mau menjadi penonton saja? Hanya dengan cara itulah kau bisa membantu kami," kata Raider meyakinkan.
"Betul, Kak. Dengan demikian kau juga akan ikut berjasa, dan aku akan bangga sekali mempunyai teman sepertimu. Sebab aku yakin, kau pasti mampu melakukannya," timpal Maya memberi semangat.
"Hmm... Kalau begitu baiklah. Demi kalian berdua, aku rela mengorbankan jiwa ragaku," kata Harsya seraya melompat turun. "Aduh, bagaimana ini? Padahal KP-ku baru naik 45%, apakah itu cukup untuk melindungiku. Andai waktu itu RP-ku tidak turun karena sebab menolong Maya, tentu KP-ku akan lebih cepat naik. Aku bertekad, jika nanti selamat aku akan lebih rajin menjalani ritual. Dengan begitu, tentu RP-ku bisa penuh seperti semula," keluh Harsya dalam hati seraya berlari ke arah lokasi terbuka.
Saat mengetahui ada mangsa empuk, Monhaber pun langsung mengejarnya. Mengetahui itu, Harsya semakin mempercepat larinya menuju lokasi terbuka.
"Cepat serang dia, Raider!" pinta Maya cemas karena melihat Monhaber sudah begitu dekat dengan Harsya.
"Sebentar lagi, May. MP-ku masih belum cukup," kata Raider sambil terus berusaha memulihkan MP-nya karena telah terpakai untuk mengeluarkan ilmu bola api.
"Cepat Raider!" pinta Maya semakin cemas lantaran sebentar lagi Monhaber sudah akan menerkam Harsya.
"Iya, May. Sebentar lagi," kata Raider masih juga belum menyerang."
"Awas, Kak!" teriak Maya ketika Monhaber tampak begitu buas hendak menerkam Harsya.
Saat itu Maya hanya bisa pasrah, dia mengira Harsya pasti langsung mati jika sampai terkena cakar Monhaber. Sungguh ajaib, ketika cakar besar Mohaber hampir mengenai Harsya, tiba-tiba tubuh kesatria tampan itu kembali dilindungi oleh sinar putih yang waktu itu juga pernah melindunginya dari panah-panah Monkeba dan Monkeha. Akibat dari menerkam perisai pelindung itu, membuat tubuh Monhaber langsung terjengkang dan terhempas ke bumi. Mengetahui itu, Raider pun tak mau menyia-nyikan kesempatan. Dia segera menyerang monster itu dengan ilmu hujan bola api dan hujan es runcing dengan kekuatan penuh. Tak ayal, saat itu tubuh Monster yang belum sempat bangkit itu langsung dihujani oleh ratusan bola-bola api dan juga ratusan es-es runcing yang begitu dasyat sehingga membuat HP-monster itu langsung terkuras hingga tinggal 10%. Karena mengetahui dirinya sudah lemah, lantas monster besar itu segera melarikan diri.
"Horeee!!! Kita menang," teriak Maya senang seraya melompat turun dan berlari menghampiri Harsya. Pada saat yang sama, Raider tampak mengikuti Maya, hingga akhirnya kedua kesatria itu sudah berhadapan dengan Harsya. Saat itu Harsya tampak marah pada keduanya. "Kalian ingin aku mati, ya? Untung saja tadi KP-ku masih bisa diandalkan, kalau tidak aku pasti mati," kata Harsya kesal.
"Maaf, Kak. Tadi Raider memulihkan MP-nya dulu," jelas Maya.
"Betul yang dikatakan Maya, Har. Kalau tidak begitu, seranganku tidak akan maksimal," tambah Raider.
"Ah, itu paling cuma alasanmu saja, Raider. Aku yakin, kau menginginkan kematianku kan? Untung saja tadi persentase KP-ku masih cukup untuk membuat perisai pelindung, kalau tidak pasti aku sudah mati. Dan akibat dari itu, kini KP-ku sudah betul-betul tak tersisa, dan jika ada bahaya lagi aku pasti akan mati."
"Sudahlah, Kak. Kau jangan marah padanya! Kau lupa kalau dia pernah menolong kita, dan tanpa pertolongannya kita pasti sudah mati."
"Aku yakin, saat itu sebetulnya dia cuma mau menolongmu, May. Andai saat itu kau tidak berada di sana, aku rasa dia tidak akan mau menolongku,"
"Kau bicara apa, Har? Waktu itu, aku memang berniat menolong kalian berdua."
"Benarkah begitu?" tanya Harsya meragukan.
"Tentu saja. Aku heran, kenapa kau bisa berpikiran serendah itu padaku?"
"Kak Harsya, apa mungkin... semua itu karena kau cemburu?" tanya Maya.
"Ya aku rasa begitu," timpal Rider.
"Tidak, itu tidak benar. Ketahuilah… Sebetulnya aku pasti masih kesal padanya lantaran waktu itu dia menyuruhmu mengeluarkan aku dari team," elak Harsya.
"Apa! Kau masih kesal padaku hanya karena aku berbuat begitu? Ketahuilah, Har. Semua itu karena kesalahanmu sendiri yang menjadi orang malas."
"Kau kenapa, Kak Harsya? Bukankah kau tidak mempermasalahkan hal itu karena menyadari kalau semua ini cuma permainan?"
"Ya, sebetulnya aku memang sudah tidak mempermasalahkannya, namun karena tadi Raider telah membuatku kesal, lantas aku pun terpaksa mengungkitnya kembali. Hmm... baiklah, kali ini aku memaafkannya. Tapi awas, lain kali jangan seperti itu! Nah... sekarang ayo kita masuki Goa Taring Harimau itu!"
Lantas dengan segera ketiga kesatria itu mulai memasuki Goa Taring Harimau yang tampak agak gelap. "Hmm… Tempat ini ternyata cukup menyeramkan," gumam Harsya sambil melihat dinding gua yang ditumbuhi lumut dan dipenuhi oleh kerangka manusia yang membentuk relief di dinding goa, juga stalagtid dan stalagmit yang terus meneteskan darah."
Ketiga kesatria itu terus melangkah dan melangkah semakin dalam, hingga akhirnya, "Lihat itu! Di sebelah sana ada cahaya matahari," unjuk Maya tiba-tiba.
"Ya, itu pasti perut goanya," timpal Harsya.
"Kalau begitu, ayo lekas kita ke sana," ajak Rider penuh semangat seraya berlari menuju tempat itu.
Kini mereka telah tiba di perut goa yang berdiameter kira-kira 20 meter dan mempunyai tinggi 5 meter, dari bagian atas gua tampak berkas-berkas cahaya yang memancar hingga memenuhi perut gua yang ditumbuhi oleh berbagai tumbuhan yang menyegarkan mata, sedangkan di bagian tengah perut gua terdapat sebuah kolam dengan airnya yang jernih dan berwarna kebiruan. Di tengah kolam itulah terdapat sebuah pulau kecil yang di tengahnya berdiri sebuah altar batu. Dan di atas altar itulah peti mantra perpindahan berada. Sungguh pemandangan indah yang berbeda dengan jalan masuknya.
"Hmm… bagaimana cara menyeberang ke pulau kecil itu? Lihatlah kolam itu dipenuhi dengan ikan piranha" tanya Maya bingung.
"Kau benar. Andai kita mempunyai ilmu meringankan tubuh atau ilmu yang bisa membuat kita terbang, tentu menyeberang ke sana bukanlah hal yang sulit," timpal Raider.
"Aneh... Kau itu kan sudah level tinggi, Rider. Masa sih tidak mempunyai ilmu seperti itu," komentar Harsya heran.
"Har, syarat untuk bisa mengusai ilmu itu tidaklah mudah. Salah satunya adalah harus sudah mencapai level 200."
"Benarkah? Kalau begitu, pasti ada cara lain."
"Maksudmu?" tanya Raider ingin tahu kejelasannya.
"Mmm... bukankah mantra perpindahan itu untuk mereka yang baru mencapai level 100. Jadi, tidak mungkin kan dengan mengandalkan ilmu seperti itu. Aku rasa pasti ada jalan rahasia."
"Jembatan rahasia maksudmu?" tanya Maya tiba-tiba.
"Ya, mungkin saja. Coba kalian perhatikan keempat tugu yang ada di sekeliling kolam ini. Tadi aku sempat memperhatikan kalau pada masing-masing tugu mempunyai simbol yang berbeda-beda. Kalau begitu, ayo kita selidiki salah-satu tugu itu," jelas Harsya seraya menghampiri sebuah tugu yang terdekat. Tugu itu berbentuk obelisk dengan warna hitam pekat. "Nah, lihatlah! Sepertinya simbol ini adalah sebuah tombol," lanjut Harsya seraya menekan simbol itu. "Nah, benar kan. Simbol ini memang sebuah tombol, buktinya simbol ini bisa ditekan layaknya sebuah tombol. Aku yakin, pada ketiga tugu yang lainnya pasti juga seperti ini."
"Kau benar, Kak. Jika kita berhasil menekannya sesuai dengan urutan yang benar pasti akan terjadi sesuatu," timpal Maya.
"Kalau begitu, apalagi yang kita tunggu. Mari kita pecahkan teka-teki simbol-simbol itu!" ajak Harsya bersemangat.
Lantas ketiga kesatria itu segera mempelajari simbol-simbol itu dengan antusias. "Hmm... ini mudah sekali," kata Harsya dengan mata berbinar. "Ya, tidak salah lagi. Semua simbol itu merupakan simbol empat musim. Aku rasa urutannya adalah musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Atau bisa juga musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Pokoknya tinggal ditukar-tukar saja hingga urutannya benar-benar pas."
"Ya, aku rasa memang demikian. Sebab teka-teki ini adalah teka-teki pertama yang harus dipecahkan oleh golongan penyihir yang ingin ke dunia gaib, jadi tidak mungkin dibuat sulit. Bukan begitu, Kak Raider?" tanya Maya.
Raider tidak menjawab, saat itu dia tampak seperti orang kebingungan.
"Kau kenapa, Kak Rider?" tanya Maya lagi setelah melihat gelagat Rider yang demikian.
"Hmm… Aku tahu kenapa Rider bersikap begitu, May," kata Harsya tiba-tiba. "Ya, aku yakin sekali kalau Raider tidak tahu menahu soal teka teki itu. Bukan begitu Raider?"
Lantas dengan agak malu, akhirnya Raider mau juga mengakui. "Kau benar, Har. Aku memang tidak familiar dengan teka-teki. Itulah alasan yang sebenarnya kenapa aku belum pernah mengunjungi tempat ini, sehingga sampai saat ini aku masih belum mempunyai mantra perpindahan. Ketahuilah… Setelah mendengar gosip kalau untuk mendapatkan mantra perpindahan harus memecahkan sebuah teka teki, maka aku pun menjadi putus asa. Maklumlah, kalau aku ini memang tidak pandai dalam memecahkan teka-teki."
"Jika benar begitu, kenapa kau tidak meminta tolong dengan gamer lain, Rider?" tanya Harsya bingung.
"Itulah susahnya. Kebanyakan para gamer yang sudah berhasil memecah teka-teki ini tidak mau memberitahu. Andai pun ada yang mau memberitahu, pasti akan meminta bayaran yang tinggi sekali."
"Hmm… kini aku semakin mengerti kalau tujuanmu menyelamatkan kami waktu itu sebenarnya karena kau membutuhkan kami untuk memecahkan teka teki itu. Iya, kan?"
"Benarkah itu Raider. Ja-jadi… kau menyelamatkan kami waktu itu karena… ada maunya?"
"Tidak! Itu tidak benar. Jujur saja, walaupun sebenarnya aku memang memerlukan bantuan kalian untuk mendapatkan mantra perpindahan itu, namun niatku menyelamatkan kalian waktu itu bukanlah semata-mata karena itu, tapi lebih kepada rasa ingin membalas budi."
"Membalas budi. Apa maksud kata-katamu itu, Raider?" tanya Harsya heran.
"Har. Setelah kejadian di Lembah Hijau, dan setelah aku ingat-ingat, ternyata kau adalah orang yang telah menolongku. Sungguh kau itu gamer yang suka menolong sesama gamer, dan karenanyalah sejak di Lembah Babi sebetulnya aku sudah mengikutimu dengan keyakinan kalau kau pasti akan memecahkan teka-teki itu untuk Maya. Eng.. Masih ingatkan kau ketika kita pernah bertemu di kota Misteri."
"A-apa? Kita pernah bertemu di Kota Misteri…? Tapi, kenapa aku tidak ingat?"
"Wajar saja kalau kau lupa. Soalnya itu sudah lama sekali. Ketahuilah, Har. Saat itu kau pernah memberitahuku perihal teka-teki kamar rahasia di Istana Naga Tidur. Kalau tidak salah, saat itu kau sedang dalam misi mencari pena emas."
"O… kini aku ingat. Kau adalah orang yang tak tahu terima kasih itu? Kau tinggalkan aku begitu saja di tempat terpencil tanpa membantuku mencarikan kuda lebih dulu. Padahal saat itu kudaku mati karena sebab membantumu."
"Maaf, Har. Saat itu aku terpaksa meninggalkanmu. Sebab, saat itu aku tidak mungkin bisa menolak keinginan Wina yang saat itu minta segera diantar untuk menyelesaikan misinya. Karena itulah, tadi aku mau menyelamatkan kalian berdua, demi untuk membalas kebaikanmu dulu. "
"Benarkah begitu?" tanya Harsya ragu.
Raider mengangguk.
"Baiklah kalau begitu. Walaupun saat itu sebetulnya aku kesal sekali lantaran kau meninggalkanku dalam keadaan susah. Sungguh aku tidak menyangka, hanya demi gadis yang bernama Wina itu kau sampai tega melakukan itu."
"Kau tidak mengerti, Har. Sebab Wina itu…"
"Sudahlah… kau tak perlu mengatakannya. Aku paham kok, Wina itu pasti orang yang kau cintai, dan karenanya kau lebih mementingkan dia daripada aku. Seperti halnya diriku, yang entah kenapa mau saja menemani Maya hingga kemari. Ups! Lupakan kata-kataku barusan, Rider!"
Raider tersenyum. "Hmm… Kini aku semakin yakin. Rupanya memang karena itu kau selalu tampak kesal jika Maya berada di dekatku. Hehehe…! Rupanya kau memang betul-betul cemburu. Eh, Har… Aku harap, mulai sekarang kau tidak perlu khawatir lagi. Bukankah kini kau sudah semakin bertambah yakin kalau tujuan utamaku sebenarnya bukan untuk mendapatkan Maya melainkan untuk mencari mantra perpindahan itu."
Mengetahui itu, Hasya segera berbisik pada Rider. "Kau benar, Rider. Sebetulnya aku memang mencintai maya. Kini aku sudah bertambah yakin kalau kau bukan mau mengejar dia. Namun, siapa tahu masih ada udang di balik batu."
"Ya sudah kalau memang masih mau terus mencurigaiku. Kini aku sudah tidak mau ambil pusing lagi. Hmm.. bagaimana sekarang kita aktifkan obelisk-obelisk itu!"
Tak lama kemudian, Maya mulai mengaktifkan obelisk itu satu per satu, dan setelah simbol pada obelisk terakhir ditekan, tiba-tiba dari dasar kolam tampak menyembul bebatuan hingga akhirnya membentuk sebuah jembatan.
"Kita berhasil, Kak!" seru Maya bersorak kegirangan.
"Wah, akhirnya aku bisa juga mendapatkan mantra perpindahan itu," kata Rider tak kalah senang.
"Sial… kenapa RP-ku kini turun lima point? Padahal bukan aku mengaktifkan obelisk itu."
"Aku tahu, Kak. RP-mu turun karena kaulah yang memecahkan teka-tekinya, yang mana secara tidak langsung sudah membantu kami."
"Uedan…! Sungguh aku tidak menyangka, kalau program permainan ini mampu mendekteksi ucapan gamer sebagai triger rutin penilaian. Kalau begitu, mulai sekarang aku tidak akan berucap sembarangan, sebab segala ucapan yang bertentangan dengan atribut karakterku bisa mengurangi RP. "
Setelah berkata begitu, Harsya pun tidak berkata-kata lagi. Saat itu dia hanya menyaksikan kedua temannya mengambil apa yang mereka cari. Tak lama kemudian, ketiganya sudah berangkat untuk kembali ke kota.



Semenjak Maya memiliki mantra perpindahan, wanita itu sering sekali berkelana di alam gaib yang begitu menyeramkan. Seringkali andrenalinnya terpacu karena harus berhadapan dengan monster-monster alam gaib yang dua kali lebih kuat. Saat ini pun Maya sedang bertarung dengan monster merah bertanduk yang begitu menyeramkan. Tubuh monster itu dua kali lebih besar dari tubuh manusia, matanya berwarna merah menyala. Dan jika dia menyeringai, maka tampaklah gigi-giginya yang runcing dan panjang. Sedang pada lengan dan betisnya terdapat duri-duri tajam yang mematikan. Jarinya pun tampak panjang, berkuku lancip seperti cakar harimau.
"Inneka talia faste de gora!" teriak Maya mengeluarkan ilmu tali es yang langsung mengikat monster itu dan membuatnya beku. "Fi sense bajia druka nemo!" teriak Maya lagi mengeluarkan ilmu jarum baja yang jumlahnya ratusan dan langsung menghujam ke tubuh monster yang sedang membeku itu. Tak ayal, seketika itu tubuh si monster langsung hancur berkeping-keping.
"Berhasil!" teriak Maya senang seraya mengambil sebuah item yang terlontar dari monster itu. "Asyik...! Ini kan sarung tangan api," kata Maya senang karena sarung tangan itu dapat meningkatkan kemampuan busur panah api.
Ketika Maya hendak melangkah pergi tiba-tiba, "Harsya..." kata wanita itu senang karena mengetahui Harsya baru saja online. "Kak, kau sedang di mana?" tanyanya dengan memanfaatkan fasilitas komunikasi whisper.
"Aku sedang di gerbang hutan bidadari, mau mengambil apel cinta," jawab Harsya.
"Benarkah? Kalau begitu, tunggu aku ya! Aku juga mau mengambil apel cinta."
"Baiklah... Aku akan menunggumu di sini."
Beberapa menit kemudian, Maya sudah tiba di gerbang hutan bidadari.
"Wah, cepat sekali kau tiba di sini," komentar Harsya kagum.
"Ya itu karena kudaku sudah kulengkapi dengan tapal kuda kilat yang kudapat dari lembah petir yang ada di dunia gaib."
"O, pantas saja kalau begitu."
"Kak, kau mau kudamu pakai tapal kuda itu? Kebetulan aku masih punya empat,"
"Terima kasih, May. Kau lupa ya kalau aku ini R-Warrior, RP-ku bisa terkuras kalau aku memakai benda seperti itu."
"Hihihi…! Iya, ya Kak. Kau benar."
"O ya, kalau kau mau tahu, RP-ku saat ini sudah berada di bawah 75%, dan dengan begitu KP-ku tidak akan pernah terisi."
"Kenapa kau tidak segera mengembalikannya, Kak?"
"Entahlah... aku juga tidak mengerti. Ketahuilah, belakangan ini aku malas sekali melakukan ritual. Karena itulah aku berniat mengambil apel cinta untuk mempercepat kembalinya RP-ku itu. Hmm... mungkin selama ini kau menjadi malas karena..." Harsya tidak melanjutkan kata-katanya.
"Karena apa, Kak?" tanya Maya penasaran.
"Sudahlah lupakan saja! Sebaiknya ayo kita berangkat sekarang!" ajak Harsya seraya memacu kudanya memasuki Hutan Bidadari.
Mengetahui itu, Maya pun segera mengikutinya, hingga akhirnya kedua muda mudi itu sudah berada di tengah hutan yang begitu lebat. Rimbunnya pepohonan yang ada di tempat itu sungguh tampak menyejukkan mata, kicauan burung dan suara serangga pun terdengar begitu menentramkan, bahkan di sepanjang jalan yang mereka lalui tampak ditumbuhi oleh berbagai macam bunga yang begitu indah.
"Aku senang sekali berada di Hutan Bidadari ini, Kak. Tempat ini adalah tempat paling indah di antara tempat yang pernah aku kunjungi."
"Ya, ini adalah tempat terindah yang ada di dunia gaib. Apa lagi jika berada di perkampungan bidadari, sungguh aku betah berlama-lama di sana."
"Dasar... kau pasti suka melihat para bidadari yang ada di kampung itu kan?"
"Kau betul, soalnya mereka semua cantik-cantik. Namun bukan hanya itu saja, dari tempat itu, aku bisa melihat pemandangan yang sangat indah. Hamparan hutan hijau dengan latar belakang perbukitan yang diselimuti kabut emas sungguh tampak menyejukkan mata."
"Lihat itu…!" unjuk Maya tiba-tiba.
"Aha… para monster kupu-kupu beracun. Kalau begitu, ayo kita habisi mereka!" Ajak Harsya seraya turun dari kuda dan segera menyerang Monkuber yang jumlahnya puluhan.
Maya pun tak mau ketinggalan, dengan panah berapi dia menyerang monster-monster itu dari atas kudanya. "Awas, Kak! Di belakangmu!" teriak Maya memperingati.
Terlambat. Seketika itu juga Harsya langsung terkena semburan ludah beracun. "Gawat, May! HP-ku terus menurun," teriak Harsya panik.
"Kalau begitu, cepat minum anti racun!" teriak Maya sambil terus menyerang para Monkuber yang sudah tinggal sedikit.
"Aku tidak punya!" teriak Harsya sambil terus menyerang hingga akhirnya semua Monkuber terkapar tak bergerak lagi.
Pada saat itu Maya tampak melompat dari kuda dan berlari menghampiri Harsya. "Kak, kau serius tidak mempunyai anti racun?" tanya Maya kepada pria itu.
"Betul, May. Kupikir aku bisa mendapatkannya selama perburuan," jawab Harsya meyakinkan
"Dasar Bodoh. Aku kan pernah bilang kalau mau ke mana-mana jangan lupa beli anti racun sekedar untuk berjaga-jaga. Untung saja saat ini aku masih mempunyai cukup anti racun. Kalau tidak, mau beli di mana kita?"
"Aduh, May. Mana aku ingat?"
"Wah, ternyata memorimu payah juga ya. Berapa Mega Byte sih?"
"Tidak tahu, May. Mungkin cuma 32 Mega Byte."
"Wah, memang payah sekali. Memorymu kalah sama komputer. Komputer saja sudah sampai Giga Byte"
"Kau jangan salah, May. Memoryku memang payah. Tapi harddisk dikepalaku ini mampu menyimpan data yang banyak sekali."
"Iya, tapi tetap saja masih kalah sama komputer. Sekarang aku tanya, berapa banyak kau bisa mengingat no telepon, berapa banyak kau bisa mengingat lagu, berapa banyak kau bisa mengingat... ah, sudahlah. Pokok kalah."
"Iya deh aku kalah, tapi prosesor di kepaku jauh lebih cepat daripada pentium terbaru."
"Masih kalah, Kak. Sekarang seberapa cepat kau bisa menghitung matrix? Aku yakin lambat sekali, bahkan lebih lambat dari PC 286."
"Iya deh aku kalah lagi, tapi software yang ada dikepaku jauh lebih hebat dari windows terbaru sekalipun."
"Tetap masih kalah, Kak. Logikamu yang hanya sendirian saja mana mungkin bisa menang melawan logika para programmer yang dijadikan satu."
"Kau benar, May. Aku memang tidak mungkin bisa menandingi komputer yang tak pernah lupa dan setiap saat semakin bertambah cerdas. Sebab, kecerdasan komputer itu karena logika orang-orang cerdas yang digabungkan dan terus-menerus diperbaharui."
"Hihihi... akhirnya kau mau mengaku kalah juga...."
"O ya, May. Ngomong-ngomong, bagaimana soal anti racunnya."
"O ya, maafkan aku Kak! Aku lupa."
"Tidak apa-apa, May. Aku memakluminya kok, memory-mu kan cuma 16 mega byte. Tidak seperti aku yang mempunyai memory 32 mega byte"
"Iya, biarpun 16 mega byte tapi masih bagus. Ketimbang milikmu yang 32 mega byte tapi sering error."
"Aduh... May. HP-ku tinggal 10% lagi. Kalau tidak buru-buru diobati bisa mati nih."
"Kamu sih yang mulai duluan. Kalau bagitu, ini cepat diminum?"
Lantas dengan segera Harsya meminum Anti racun yang diberikan Maya. Begitu efek anti racun itu bekerja, HP Harsya yang berwarna hijau kini sudah kembali merah. Lalu dengan sangat perlahan, HP-nya tampak mulai berangsur naik.
Setelah mengambil item-item yang sempat terlontar dari Monhaber yang mati, kedua kesatria itu lantas beristirahat di atas sebuah batu hitam tak jauh dari jembatan gantung yang menyeberangi sebuah anak sungai. Mereka duduk di bawah sebuah pohon besar yang begitu rindang, merasakan kesejukan angin sepoi-sepoi yang terus bertiup. Sesekali mata mereka tampak memandang ke arah sungai, memperhatikan riak air yang begitu jernih dan terdengar menentramkan hati. Sungguh pemandangan di sekitar tempat itu tampak begitu indah, bunga-bunga yang berwarna-warni tampak tumbuh dimana-mana. Bahkan dari tempat mereka duduk hingga jauh menghiasi padang rumput yang menghijau, dan di sekeliling padang rumput itu ditumbuhi pohon-pohon yang berjajar begitu teratur membentuk komposisi yang menyejukkan mata.
"May, terimalah bunga ini!" ucap Harsya seraya memberikan setangkai bunga mawar yang baru dipetiknya.
Sejenak Maya terpaku seraya memandang kedua mata pria itu. "Ha-Harsya. Ka-kau memberiku bunga," kata wanita itu dengan wajah bersemu merah.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh memberi perhatian padamu?"
"Te-terima kasih ya, Kak. Aku sungguh tidak menduga, ternyata kau itu orang yang romantis juga."
"Romantis...? Apa iya aku ini orang yang demikian?" tanya Harsya seakan tak percaya.
"Tentu saja. Soalnya selama ini kau begitu aneh dan menyebalkan, kau selalu mau menang sendiri dan sama sekali tidak mau mengerti perasaanku. Dan aku masih ingat betul, saat event valentine kau malah memberiku sarung tangan. Seharusnya saat itu kau memberiku bunga atau coklat. O ya, Kak. Ngomong-ngomong, apa RP-mu turun setelah memberiku bunga?"
"Tidak, kini malah bertambah lima point."
"Lho, kenapa malah bertambah. Bukankah waktu itu turun lima point. Eng, apakah itu karena kali ini kau memberiku bunga."
"Bukan, bukan karena itu. Saat itu RP-ku turun karena saat itu aku memberimu sarung tangan dalam rangka event Valentine. Sebab, menurut web site game ini, karakter beratribut R memang akan kehilangan RP-nya jika ia berpartisipasi mengikuti event Valentine."
"Kenapa bisa begitu, Kak?"
"Entahlah… Mungkin penyelenggara game ini ingin memberi pesan kalau hari Valentine itu tidak layak dirayakan oleh orang yang beragama, khususnya orang yang beragama Islam. Sebab, setahuku Valentine itu cuma adopsi kebudayaan sesat bangsa romawi, yaitu Lupercalia atau kebudayaan berzinah bangsa romawi, yang mana dipercaya sebagai ritual untuk menjadi lebih kuat. Sebetulnya hari Valentine itu adalah hari kasih sayang untuk menggalakkan pernikahan, sebagaimana yang dulu telah diperjuangkan oleh Santo Valentinus. Karena itulah, untuk meneruskan perjuangan Santo Valentinus, akhirnya pihak gereja sengaja mengadopsi Lupercalia menjadi hari Valentine, yaitu hari kasih sayang bagi pasangan yang sedang kasmaran untuk segera menikah. Nama Valentine sengaja digunakan untuk menghormati Santo Valentinus yang dihukum mati lantaran menentang Lupercalia. Perjuangan Santo Valentinus adalah menandingi upacara sesat itu dengan cara menikahkan pasangan muda yang sedang kasmaran. Namun sayangnya, lama-kelamaan makna peringatan hari kasih sayang yang semula baik itu kini telah diselewengkan dari tujuan awalnya, yaitu menjadi hari kasih sayang yang justru mengarah ke perzinahan. Karena itulah, kini hari Valentine sudah tidak layak lagi untuk dirayakan, sebab sudah kembali bergeser kebentuk aslinya, yaitu perayaan perzinahan. Sesungguhnya percintaan yang hak itu adalah setelah terjadinya pernikahan, dan itulah kasih sayang yang sebenarnya. Coba saja kau pikir, apakah saling berbagi dosa itu adalah kasih sayang. Hanya orang bodohlah yang berpikir demikian."
"Benarkah begitu, kak? Kenapa kasih sayang hanya untuk mereka yang sudah menikah, dan apakah orang belum menikah tidak boleh berkasih sayang kepada orang yang dicintainya?" tanya Maya meragukan.
"Pikir saja sendiri deh! Apakah jika kau dan pacarmu merayakan hari Valentine dengan disertai ciuman dan pelukan itu yang namanya kasih sayang, padahal jelas sekali Tuhan membenci perbuatan itu. Apalagi jika kalian sampai berhubungan intim dan membuatmu hamil, apakah itu yang dinamakan kasih sayang. Sudah dibenci Tuhan, masa depan hancur pula, apakah itu yang namanya kasih sayang?"
"Maksudku, apa tidak boleh saling berkasih sayang dengan memberi perhatian kepada orang yang kita cintai hanya sebatas memberi bunga atau coklat misalnya."
"Kalau begitu sih, boleh-boleh saja. Tapi hal seperti itu tidak perlu menunggu hari Valentine kan, contohnya seperti yang baru kulakukan tadi. Dengarkan aku, May…! Tidak mungkin pihak gereja pada saat itu sampai mengadopsi Lupercalia jika yang dimaksud adalah kasih sayang yang kau maksudkan itu. Ketahuilah, sesungguhnya kasih sayang yang dimaksud pada saat itu adalah mengenai hubungan intim dua insan yang berbeda jenis. Lagi pula, apa iya kau merayakannya hanya dengan saling memberi bunga atau coklat, tidak ditambah dengan hal lain yang dibenci Tuhan."
"Hihihi…! Paling cuma dicium pipi atau kening, dan itu sebagai ungkapan kasih sayang, bukannya nafsu."
"Wah, kalau dalam agama Islam, hal seperti itu jelas berdosa. Jangankan hal seperti itu, saling berpandangan saja sudah dianggap mendekati zinah.

Al Israa' 32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Jelas sekali, pada ayat di atas Allah telah melarang manusia untuk mendekati zinah. Dan ayat tersebut diturunkan sebagai pencegahan agar manusia tidak sampai terjerumus ke perzinahan. Pikirkanlah, apa mungkin seseorang akan melakukan perbuatan zinah jika mendekatinya saja ia takut mendapat murka Allah."
"Hmm… tampaknya kau benar, Kak. Kini aku mengerti kenapa saat itu RP-mu bisa turun, rupanya karena event Valentine itu adalah hal yang bertentangan dengan atribut karaktermu. Sebab sejatinya Valentine itu adalah moment untuk mengingatkan betapa pentingnya arti pernikahan, yang mana pasangan muda yang sedang kasmaran dianjurkan untuk segera menikah agar tak sampai melakukan perzinahan, yang mana pada zaman dulu memang sangat efektif lantaran mampu mencegah para muda-mudi untuk tidak ikut Perayaan Lupercalia. Namun karena kini makna sejatinya sudah bergeser, maka Valentine sudah tak layak lagi di rayakan lantaran sekarang justru dipakai sebagai moment mendekati zinah. Maklumlah, kebanyakan pasangan muda cenderung ingin memberi kesan khusus pada hari yang dianggapnya istimewa. Dan hal istimewa di dalam percintaan dua insan yang berlainan jenis tentunya lebih dari sekedar memberi bunga atau coklat, yaitu melakukan kegiatan seks, baik hanya saling berpandangan hingga sampai ke perzinahan."
"Tepat sekali, May. Sungguh aku tidak menyangka, kalau kau itu memang wanita cerdas. O ya, May. Ngomong-ngomong, tadi kau bilang aku ini orang aneh yang begitu menyebalkan, mau menang sendiri dan tidak mau mengerti perasanmu. Tapi, jika kupikir-pikir, kaulah yang aneh dan menyebalkan, mau menang sendiri dan tidak mau mengerti perasaanku. Apalagi jika sudah ada Raider, kau semakin tambah menyebalkan."
"Hihihi... kau cemburu rupanya. Ayo, Kak…! Katakanlah! Kau cemburu kan?"
"Cemburu...! Huh, untuk apa aku cemburu. Kau jangan ke GR-an deh."
"Iya, kan. Kau memang menyebalkan. Dengarkan aku, Kak! Kalau kau memang mencintaiku katakan saja, janganlah kau memendam perasaanmu itu. Ketahuilah, sebetulnya a-aku pun mencintaimu, Kak."
"Ma-Maya… Be-benarkah yang kau katakan itu?" tanya Harsya hampir tak mempercayainya.
Maya mengangguk dengan wajah yang tampak merona.
"May... Eng… se-benarnya a-aku memang mencintaimu. Eng... Ma-maukah kau menjadi pacarku?"
Maya tidak segera menjawab, dia tampak memandang mata pria itu dengan wajah yang semakin merona. Tak lama kemudian, dia sudah menganggukkan kepala dengan disertai sebuah senyum mengembang di bibirnya. "A- aku bersedia, Kak. Sebetulnya aku sudah lama menunggu kau mengatakan ini," ucapnya terbata.
"Sungguh?" tanya Harsya hampir tak mempercayainya.
Maya mengangguk, kemudian dengan segera dia memeluk pria itu dan merasakan kehangatannya .
"Hentikan, May!" pinta Harsya tiba-tiba seraya melepaskan pelukannya dan duduk agak menjauh.
"Kenapa, Kak?" tanya Maya heran.
"RP-ku terus menurun, May..." jelas Harsya heran.
"Ke-kenapa bisa turun?" tanya Maya tidak mengerti.
"Hmm... aku sungguh tidak menyangka, ternyata di permainan ini masalah cinta pun bisa mempengaruhi karakter yang kita mainkan. Sungguh aku heran, kenapa hal penting seperti ini tidak di jelaskan di web sitenya. Wah, kini RP-ku tinggal 25%. Gawat betul kalau begitu, kini aku akan semakin bertambah sulit untuk bisa mengembalikannya seperti semula. "
"Eng... apakah RP-mu turun karena sebab kita saling mencintai."
"Bukan, bukan karena itu, namun karena barusan kita telah berpelukan tanpa ikatan suci yang semestinya."
"I-ikatan suci?"
"Ya, agar RP-ku tidak turun lagi sebaiknya kita segera menikah."
"Apa??? Kak, ini kan cuma permainan, kenapa harus menikah segala?"
"Permainan ini begitu kompleks, May... Agar karakter R-Warrior-ku ini tidak binasa, rasanya memang harus begitu. Jika tidak, maka mau tidak mau aku harus menjaga diri agar tidak melakukan perbuatan seperti yang kita lakukan tadi."
"Wah, repot juga kalau begitu."
"Repot…? May ini kan cuma permainan. Kenapa mesti merasa repot. Kita kan hanya tinggal menikah saja. Dan setelah menikah kita bebas melakukan apa saja yang berhubungan dengan cinta kita. Ini kan bukan dunia nyata, menikah di sini aku rasa tidak sesulit di dunia nyata, yang mana harus melibatkan banyak orang untuk terjadinya suatu pernikahan, apalagi jika di dunia nyata melibatkan banyak orang yang tak memahami agama tentu akan semakin bertambah repot. Dan aku rasa, di permainan ini pun tidak ada tanggung jawab seperti halnya di dunia nyata. Sebab di sini tidak mungkin kita bakal mempunyai anak yang harus kita biayai kehidupannya, yang mana jika di dunia nyata akan semakin bertambah sulit saja lantaran adanya pihak-pihak yang begitu mencintai materi."
"Hmm... bagaimana kalau ternyata kita bisa mempunyai anak?"
"Kalau itu benar, berarti aku harus lebih serius memainkan permainan ini. Sebab jika aku main-main, tentu aku akan kalah. Ah, sudahlah… itu kan baru perkiraan kita. Lagi pula, di web sitenya sama sekali tidak menjelaskan tentang hal itu."
"Tapi... bukankah perkara cinta yang tadi kita alami juga tidak ada di web sitenya, namun ternyata kita bisa mengalaminya?" tanya Maya ragu.
"Kau benar May, memang tidak mustahil kalau pasangan gamer yang menikah bisa juga mempunyai anak."
"Itulah yang aku khawatirkan, Kak. Permainan ini penuh dengan misteri, dan pengelolanya aku rasa memang sengaja tidak memuatnya di website. Dengan tujuan mereka mau memberi kejutan kepada para Gamer."
"O ya, May. Ngomong-ngomong, apa kau pernah melihat ada Gamer yang sudah mempunyai anak?"
"Belum, Kak. Eng... bukankah permainan ini masih baru. Aku rasa baru kita saja karakter yang saling mencintai. Sebab, selama ini aku melihat para Gamer kerjanya hanya berburu dan mencari kesaktian, mereka sama sekali tidak mempedulikan soal cinta. Kak... ketahuilah, sebetulnya aku pun merasa rugi jika harus mengurusi soal cinta. Pikirkan saja, dari tadi kerja kita cuma ngobrol saja. Seharusnya kan kita sudah kembali berburu mencari item. Kalau begini terus, rasanya kita akan lama naik levelnya."
"Kau betul, May. Tapi... aku mencintaimu. Terus terang, aku lebih senang begini daripada harus berburu dan berburu."
"Kau enak bicara begitu, Kak. Sebab kau mungkin punya uang banyak yang tak membebanimu dalam membayar permainan ini. Tapi aku, selama ini aku harus bekerja keras mencari uang agar bisa terus mengikuti permainan ini. Sekarang aku tanya padamu, apa sebetulnya tujuanmu mengikuti permainan ini?"
"Tujuanku adalah untuk membunuh rasa sepi yang selama ini melanda lantaran aku tidak bisa menyikapi hidup dengan benar. Terus terang, aku sudah bosan hidup di dunia nyata. Setiap harinya yang kukerjakan hanya itu-itu saja. Bayangkan saja, setiap harinya aku harus mengurusi urusan kantor yang membosankan itu. Walaupun aku banyak uang, tapi aku tidak mendapat kesenangan seperti ketika memainkan permainan ini."
"Kak... Apakah di dunia nyata kau tidak mempunyai kekasih?"
Harsya tidak segera menjawab, dia tampak enggan untuk menjawab pertanyaan itu.
"Katakanlah, Kak. Jika kau memang mempunyai kekasih di dunia nyata, cintaku padamu di dunia maya ini tak akan pernah berubah."
"May, sebetulnya di dunia nyata aku masih sendiri. Sebab kekasihku telah pergi meninggalkan aku. Hal itulah yang sebetulnya membuatku kesepian. Ketahuilah, kalau selama ini aku sulit menemukan wanita seperti dia, namun setelah aku mengenalmu aku merasa kau itu seperti dia. Sebab tabiatmu itu sama seperti dia, dan karenanyalah aku mencintaimu."
Mengetahui itu, Maya pun jadi berpikir," Hmm... jangan-jangan dia itu Haris mantan kekasihku?" tanya Maya dalam hati. "Eng... kalau boleh kutahu. Siapa nama wanita itu?" tanyanya kepada Harsya.
"Sudahlah, May. Jangan kau mengingatkan aku lagi dengannya. Terus terang, setelah bertemu denganmu aku memutuskan untuk melupakannya. Sekarang hanya kaulah satu-satunya wanita yang ada di hatiku."
"Kak, ingatlah! Ini hanya permainan. Kau jangan mencintaiku seperti kau mencintai kekasihmu di dunia nyata. Kau kan belum melihat aku seperti apa, jangan-jangan setelah melihat aku kau malah tidak suka."
"Aku yakin, kau itu pasti wanita yang cantik. Sebab dari caramu bersikap selama ini semakin membuatku yakin kalau kau memang wanita yang cantik. Bahkan kau begitu percaya diri kepada setiap pria yang kau temui, layaknya wanita yang cantik."
"Kau betul, Kak. Kata orang aku ini memang cantik, bahkan mantan kekasihku seringkali memuji kecantikanku."
"O ya, ngomong-ngomong kenapa dia sampai memutuskanmu?"
"Bukan dia yang memutuskan, tapi akulah yang memutuskannya. Sebab, dia itu begitu menyebalkan. Sama persis seperti dirimu yang menyebalkan, namun entah kenapa justru hal itu yang membuatku mencintaimu."
"Hmm... kejadian yang kita alami betul-betul sama. Eng... kalau begitu, boleh kutahu nama pria itu?"
"Sudahlah, Kak. Jangan kau mengingatkan aku lagi dengannya. Terus terang, setelah bertemu denganmu aku memutuskan untuk melupakannya. Sekarang hanya kaulah satu-satunya pria yang ada di hatiku."
"Wah, mau membalas nih ceritanya. Baiklah… kalau begitu aku pun tak mau kalah. May, ingatlah! Ini hanya permainan. Kau jangan mencintaiku seperti kau mencintai kekasihmu di dunia nyata. Kau kan belum melihat aku seperti apa, jangan-jangan setelah melihat aku kau malah tidak suka."
"Aku yakin, kau itu pasti pria yang tampan. Sebab dari caramu bersikap selama ini semakin membuatku yakin kalau kau memang pria yang tampan. Bahkan kau begitu percaya diri kepada setiap wanita yang kau temui, layaknya pria yang tampan."
"Kau betul, May. Kata orang aku ini memang tampan, bahkan mantan kekasihku seringkali memuji ketampananku."
"Sudahlah… Kini aku sudah tidak peduli kau itu tampan atau tidak, kini yang menarik perhatianku adalah kenapa perkara cinta yang kita alami bisa sama? Jangan-jangan kau itu..."
"A-aku apa, May...?"
"Kau itu Haris mantan pacarku kan? Kak Haris, aku ini Maya Angelina¾mantan pacarmu."
Mendengar itu, Harsya seketika menjawab, "Syukurlah...! Semula kupikir kau itu dia, tapi ternyata bukan. Kau adalah Maya... Eng... siapa tadi nama lengkapmu?"
"Maya Angelina."
"Ya itu. Ketahuilah! Nama mantan pacarku adalah Winda Saleha bukannya Maya Angelina. Kini aku benar-benar lega dan yakin sekali, kalau kau bukanlah dia. Sebab memang tidak mungkin jika dia memainkan permainan ini. Dia itu kan gaptek, alias gagap teknologi."
"Benarkah yang kau katakan itu, Kak?" tanya Maya hampir tak mempercayainya.
"Betul, May. Kejadian yang kita alami di dunia nyata memang sama, tapi untungnya kita bukan orang yang sama."
"Kak, aku betul betul-betul senang mengetahui semua ini. Semula aku juga sempat berpikir kalau kau itu adalah mantan kekasihku, namun sekarang aku benar-benar lega."
"O ya, kau punya FS kan. Untuk lebih meyakinkan, apa boleh kutahu FS-mu?" tanya Harsya.
"Eng, tapi aku juga boleh lihat FS-mu ya!" kata Maya bersemangat.
"Tentu saja. Ini FS-ku," kata harsya setuju.
"Dan ini FS-ku," balas Maya. "Sebentar ya, aku mau mengecek FS-mu dulu!" lanjutnya kemudian.
"Aku juga mau segera mengecek FS-mu ah," kata Harsya tak mau kalah.
Tak lama kemudian, Maya sudah kembali di dunia game. "O, jadi nama lengkapmu Harsya Iskandar. Tapi, kenapa fotonya ada tanda tanya. Kau itu curang."
"Maafkan aku, May! Aku belum sempat upload. Tapi jangan khawatir, kau pasti bakal melihat wajahku juga, dan aku yakin kau tidak akan kecewa. Seperti hal diriku yang kini benar-benar bahagia lantaran bisa melihat fotomu yang memang seorang wanita cantik. Nah, duhai kekasihku. Bagaimana kalau sekarang kita melanjutkan perjalanan ke Kampung Bidadari! Bukankah kau bilang, kau merasa rugi jika hanya berdiam tak melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan kemampuan karakter kita."
Mengetahui ajakan itu, Maya pun langsung setuju. Lantas dengan segera sepasang kekasih itu menunggangi kuda masing-masing dan segera memacunya melewati jembatan gantung, hingga akhirnya keduanya tampak saling berkejaran melintasi pandang rumput guna sampai ke Kampung Bidadari.