E-Book dan Game Gratis

E-book                      Game & Software
Bagi anda yang ingin membaca secara offline, silakan download format e-book-nya di sini!

Cinta Buta Sang Penulis Muda [ Bagian V ]

===================================================
CINTA BUTA SANG PENULIS MUDA
===================================================

Bagian V

Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…! Ding Dong…!
Jam sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Saat itu, di atas single bed yang empuk, seorang pemuda tampak merenung. Dialah Boy yang kini sedang merenungi putusan berat yang akan diambilnya. Sebuah putusan yang menurut akal sehatnya sangat kejam, tidak manusiawi, dan tidaklah adil. "Hmm… gimana mungkin gua bisa mutusin Indah. Waktu gua ultimatum aja dia udah nangis, gimana kalau dia betul-betul gua putusin. Gak mustahil kalau nantinya dia bakal bunuh diri. Indah adalah pemuja rahasia gua, tentu cintanya udah dalam banget. Sebetulnya Indah itu cewek yang baik, tapi sayangnya dia belum paham akan arti kehidupan. Dia hanyalah salah satu korban pemikiran, korban pemikiran para kaum materialis yang udah mencuci otaknya sejak dia masih kanak-kanak. Gimana enggak, waktu masih kecil dia udah dicekokin dengan mainan Barbie, yang dengan segala atribut materialistisnya berhasil menciptakan image kalau wanita cantik itu adalah wanita yang mempesona, tampil dengan berbagai atributnya yang wah. Dan setelah Indah pandai membaca, yang dibaca pun berbagai bahan bacaan yang membuat pola pikirnya lebih mengedepankan nilai materialistis, dimana kebahagiaan dan kepuasan hidup cuma bisa dicapai dengan materi. Bacaannya sekarang aja masih seputar gaya hidup materialistis, yaitu berbagai majalah yang lebih mengedepankan nilai-nilai materialisme. Dari soal fashion hingga ke pola makan, bahkan sampai ke pergaulan bebas yang menyimpang.
Hmm… sesungguhnya Indah menjadi seperti itu bukanlah kesalahannya semata, tapi lebih kepada kebijakan pemerintah yang enggak mampu melindunginya, yang atas nama "demokrasi" dan "HAM" terus membiarkan pencucian otak yang menyesatkan itu. Selama ini Indah terpaksa mengikuti derasnya arus kehidupan materialistis yang udah menjadi trend, dimana jika melawan arus maka kehidupannya akan terasa susah dan enggak menyenangkan, bahkan bisa membuat dirinya merasa asing dan terbelakang. Tentu minder rasanya jika punya HP hitam putih, sedang di sebelahnya orang asyik memijit-mijit HP full color dengan suaranya yang terdengar tiga dimensi. Padahal tuh HP sama-sama bisa buat ngobrol dan SMS-an. Malah ada seorang anak SMP yang menjual kehormatannya demi mendapatkan HP terbaru yang paling lengkap fasilitasnya, padahal tuh fasilitas juga gak pernah dipake. Kalaupun dipake paling juga buat yang enggak-enggak. Gengsi… itulah sebuah pertanda kalau orang sudah dihinggapi oleh penyakit materialistis. Orang membeli sesuatu bukan lagi karena kebutuhannya yang mendesak, namun lebih kepada gengsi dan untuk menyombongkan diri. Tentu bangga rasanya jika punya HP full color yang bersuara tiga dimensi, sedang di sebelahnya orang tampak minder memijit-mijit HP hitam putihnya. Sungguh… Banyak uang yang terbuang percuma atas nama gengsi, padahal masih banyak orang yang makan saja harus mengais sampah dulu, layaknya seperti kucing kelaparan. Sungguh sebuah kesenjangan sosial yang memprihatinkan, tercipta karena ulah kaum materialis yang akan terus mencuci otak manusia agar lebih mencintai materi. Seandainya Indah dapat memahami surat Al An'aam 32, tentu dia tidak akan menjadi seperti itu.
Duhai Allah… Berat rasanya jika aku harus menyakiti Indah, yang selama ini kutahu hanyalah sebagai korban pencucian otak. Apalagi jika dia sampai bunuh diri, tentu akan sangat membebani perasaanku. Sungguh anjuran Haris itu sangat menyesatkan dan tak layak kuturuti, sebab Indah memang belum siap menikah, apalagi dengan orang sepertiku yang belum mapan. Sungguh hal itu tidak bisa kusepelekan begitu saja, sebab tidak mustahil jika nantinya Indah memang akan bunuh diri. Duhai Allah… sepertinya aku memang harus mengalah demi orang yang kucintai itu, sepertinya aku memang harus berani mengambil risiko terlibat kepada hal yang syubhat. Mengalah bukan berarti kalah, sebab aku bisa membalik keadaan dikemudian hari. Duhai Allah, berikanlah aku kesabaran, berilah aku kekuatan dalam menjalani ujian ini. Amin…" ucap Boy seraya melanjutkannya dengan doa untuk tidur.
Tampaknya Boy sudah begitu terpedaya oleh cinta butanya, sampai-sampai dia mencari pembenaran untuk berani terlibat di dalam hal yang syubhat. Pemikirannya bukan hanya berpedoman kepada nilai-nilai humanisme, namun juga sudah berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Padahal, jelas sekali Al-Quran dan AL-Hadits sudah memperingati untuk meninggalkan hal yang syubat itu. Begitulah jika manusia sudah berani memahami sebuah ayat dan hadits dengan tanpa pertimbangan yang matang, seenak nafsunya dia mencari pembenaran dengan tanpa mempedulikan konteks lain yang lebih utama. Padahal sejatinya, kepeduliannya itu bukan berarti harus terlibat di dalamnya.
Sungguh, keyakinan Boy yang semula kuat kini mulai goyah, dan itu semua karena dampak dari cinta butanya, yang dengan perlahan namun pasti, kini mulai menyeretnya mengikuti arus. Memang benar apa yang dipikirkannya, memang benar apa yang dikatakannya, namun sayangnya dia tak menyadari kalau kepeduliannya itu justru bisa menjerumuskan dirinya sendiri. Sejak Boy mencintai Indah, cita-citanya yang mulia perlahan mulai bergeser. Kini tujuan utamanya menulis bukanlah lagi untuk berdakwah, melainkan menjadikannya sebagai sumber pendapatan yang bisa mengisi pundi-pundi uangnya, sekalipun itu harus mengorbankan idealismenya dengan tunduk kepada selera pasar. Dan agar bisa lebih cepat mapan, dia pun berniat menjalankan MLM-nya yang dulu sempat ditinggalkan, sekalipun itu harus dijalankan dengan tanpa mempedulikan etika yang islami, yang dengan janji manis membuai merahasiakan rintangan yang ada. Dengan kata lain, kini dia mulai berani menghalalkan berbagai cara yang dia sendiri sangat menentangnya. Tidak mengapa, katanya. Sebab, dia punya satu kata andalan guna bisa menentramkan hatinya, kata itu adalah "darurat", satu kata yang sangat mempuni guna membelenggu hukum atas nama keterpaksaan. Sungguh begitu mudahnya Boy mengatasnamakan keterpaksaan, padahal dia sendiri belum melaksanakan anjuran Haris. Begitulah jika manusia sudah berani mengambil putusan bukan berdasarkan hukum, melainkan hanya berdasarkan praduga dan rekaan yang dia sendiri belum menjalaninya.


Pagi harinya, Boy tampak begitu bersemangat hendak menulis novel terbarunya. Novel ringan yang ditujukan untuk mereka yang malas berpikir, menceritakan tentang kehidupan anak remaja sehari-hari, berisi tentang perkara jatuh cinta, patah hati, persahabatan, permusuhan, dan konflik keluarga. Pesan moral berdasarkan sudut pandang humanisme yang berketuhanan, psikologi ringan tanpa beban. Maklumlah, kini dia menyadari kalau remaja sekarang adalah korban-korban pencucian otak yang tidak menyadari kalau dirinya telah dibodohi. Pola pikirnya pun masih dangkal, hanya memikirkan perkara materi yang sebetulnya semu. Karenanyalah mereka lebih menggandrungi perihal yang sifatnya mimpi dan khayalan. Prilakunya pun penuh dengan kepura-puraan bak wayang yang bergerak menuruti kemauan sang Dalang, walau siapa pun dalangnya. Padahal hakikinya, manusia itu harus menjadi khalifah yang memahami tujuan hidup, dan menjalankan misinya sesuai dengan keinginan Sang Pencipta.
Kini Boy tampak mulai menulis bagian pertamanya, menceritakan tentang seorang cowok yang baru menyadari dirinya jatuh cinta. Bahan ceritanya diambil dari pengalaman pribadi yang dimodifikasi seenak fantasinya.
Kring...! Kring...! Kring...! "Duuuh... telepon lagi. Pasti deh itu dari pemuja rahasia. Dasar gak punya kerjaan. Emangnya enak apa ditelepon melulu, mana gak penting lagi. Mentang-mentang gua ganteng, trus dia bisa senaknya neleponin gua terus. Ah, masa bodolah... pokoknya gua gak mau angkat, biar yang lain aja yang angkat tuh telepon. Dia gak tau kali kalo gua lagi sibuk blajar, soalnya besok kan gua mo ulangan. Tuh kan, lupa deh... Hmmm... sampe dimana tadi ya?" Jekky tampak garuk-garuk kepala yang emang banyak kutunya, lantas spontan melihat ke luar jendela yang saat itu mulai senja. Seketika darah pemuda itu berdesir, dilihatnya seorang cewek kece tampak melintas dengan anggunnya. "Wow...! Makin hari Shifa makin tambah kece aja? Kenapa ya, kok setiap kali gua liat dia perasan gua jadi gak karuan kayak gini. Hmm… jangan-jangan gua udah jatuh cinta. Tapi, masa sih gua bisa jatuh cinta sama cewek berjilbab kayak dia. Padahal, gua kan gak suka sama cewek yang sok alim gitu," kata Jekky memikirkan cewek di seberang jendela tadi.
Boy terus menulis dan menulis, karakter yang bernama Jekky dilakonkan dengan seenak dengkulnya. Hingga akhirnya, dia pun kebelet pipis. Sementara itu di tempat berbeda, Indah tampak baru saja selesai membaca majalah CG. "Huaahh…! Ngatuk," ucap Indah seraya merenggangkan persendiannya. Pada saat itu, dikejauhan sayur-sayup terdengar azan zuhur yang berkumandang. "Wah, udah waktunya makan siang nih," kata Indah seraya bergegas ke meja makan.
Kini gadis itu tampak mengambil sedikit nasi dengan lauk jengkol balado ala Batavia. Begitulah Indah, yang selama ini sering mengaku pada temannya tidak pernah makan jengkol, tapi kalau di rumah ternyata jengkol itu merupakan menu favoritnya. Enak katanya, legit dan gurih. Usai menikmati santap siang dengan lauk kegemarannya, Indah pun segera meneguk segelas air soda, kemudian bergegas ke kamar mandi untuk sikat gigi dan berkumur air kopi. Memang begitulah yang dilakukan Indah setiap habis makan jengkol, tujuannya adalah agar mulut dan pipisnya tidak bau jengkol. Sebuah resep turun-temurun yang katanya sangat ampuh. Benarkah begitu? Entahlah… penulis juga tidak tahu. Sungguh kebiasaan aneh yang penulis sendiri malas untuk mengujinya.
"Mmm… skaranglah saatnya untuk tidur siang," kata Indah seraya melangkah ke kamar dan merebahkan diri.
"In, kamu udah sholat?" tanya Ibunya yang tiba-tiba saja sudah berada di ambang pintu.
"Duuh, kenapa sih Mami nanyain soal itu melulu."
"Mami tuh cuma ngingetin, In. Habis kalau tidak begitu, khawatirnya kamu lupa. Selama ini Mami sudah membiarkanmu tidak sholat karena Mami menganggapmu sudah dewasa, yang mana tidak perlu lagi disuruh-suruh. Tapi sekarang, kamu itu kan sudah jadi pacarnya Boy. Bagaimana coba, kalau orang tuanya Boy tahu kamu itu tidak pernah sholat, bisa-bisa mereka tidak jadi besan sama keluarga kita lantaran tahu calon menantunya tidak taat agama."
"Jangan khawatir, Mam. Tadi juga, aku tuh baru kelar sholat. Udah ya Mam, skarang tuh aku mau tidur siang dulu."
"Ya, sudah. Jangan lupa, sholat ashar jangan sampai kelewatan."
"Iya, Mam…" kata Indah seraya memperhatikan kepergian ibunya. Saat itu dia betul-betul merasa jengkel dengan kebiasaan baru ibunya yang sering mengingatkannya untuk sholat. "Huh, sebel... Ibadah apaan cuma tunggang-tungging begitu, gak ada gunanya. Hal kayak begitu kan cuma ritualnya orang-orang bodoh yang gak punya kerjaan. Padahal, ibadah yang utama itu kan mempelajari ilmu pengetahuan, sehingga dengan begitu terciptalah peradaban maju yang bisa mensejahterakan umat manusia. Buktinya, skarang ini manusia bisa hidup enak dan lebih baik lantaran jasa orang-orang yang mengutamakan ilmu pengetahuan. Pantes aja orang Islam gak pernah maju-maju, itu semua karena mereka telah salah mengartikan perintah sholat. Padahal di Al-Quran gak ada satu pun ayat yang ngajarin supaya sholat dengan cara tunggang-tungging begitu. Cara begitu cuma ada di hadits yang belum tentu benar keasliannya."
Begitulah Indah, yang isi kepalanya sudah diracuni, sehingga dia hanya mampu menggali sebatas itu, yaitu sebatas kesejahteraan umat manusia di dunia, yang tak lain dan tak bukan hanyalah soal materi. Padahal sejatinya, manusia itu diharapkan untuk mampu menggali lebih dalam lagi, yaitu meliputi seluruh ciptaan Allah, baik yang nyata maupun yang gaib. Sesungguhnya, ibadah ritual yang diajarkan Rasulullah adalah sarana untuk penyucian jiwa, sehingga manusia mampu menggali luasnya ilmu Allah bukan berdasarkan panca indra saja, melainkan juga dengan mata batinnya. Hingga akhirnya dia pun bisa mengenal Tuhan dan bisa menyadari hakikat tujuan diciptakannya. Pada suatu hari nanti, akan ada manusia yang bisa mengungkap hal itu dengan sebenar-benarnya. Dialah Al Mahdi, seorang manusia biasa (bukan rasul) yang akan mengajarkan hakikat kebenaran sejati. Kemunculannya adalah pertanda sudah dekatnya hari Kiamat. Al Mahdi adalah bukti bahwa Allah telah menciptakan manusia beserta alam semesta bukanlah untuk main-main, dan karenanyalah setelah kemunculannya, Allah SWT akan segera mengantarkan manusia untuk kembali kepada-Nya, yaitu dengan mendatangkan hari kiamat setelah menghadirkan masa keemasan Islam. Sebuah periode masa akhir zaman, dimana umat manusia akan mengalami zaman perdamaian, keamanan, kebahagian, dan kesejahteraan terbesar yang dikenal sebagai Masa Keemasan.
Allah SWT berfirman, Ad Dukhaan 38. Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main.
Al Mu'minuun 115. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
"In, Indah…! Ada temanmu, nih. Si Lala..!" teriak sang Ibu memberitahu.
Mengetahui itu, Indah yang baru saja ngelayap terpaksa bangun dan bergegas menemui sahabatnya. Dan setelah cipika-cipiki, keduanya pun segera duduk di kursi teras, menceritakan peristiwa yang selama ini mereka alami. "Apa??? Kamu udah jadi pacar Boy?" tanya Lala dengan keterkejutan yang amat sangat,
"Lho, kok kamu terkejut gitu sih, La. Biasa aja lagi, bukankah kamu juga yang bilang kalau dia akan sangat mencintaiku."
"Memang sih. Tapi, kok mau ya dia pacaran sama kamu. Bukankah dia itu orang yang anti pacaran."
"Ya, mulanya sih dia mo ngajak aku langsung kawin. Tapi karena saat ini aku emang belum siap, akhirnya dia mo ngertiin juga. Sungguh dia itu emang cowok yang pengertian banget."
Dalam hati, Lala benar-benar kecewa. "Hmm… aku betul-betul enggak nyangka kalau Indah gak menepati janjinya, dan Boy pun mau aja menuruti kemauannya."
"O ya, La. Ngomong-ngomong, apa kamu udah nulis novel baru?" tanya Indah membuyarkan pikiran Lala.
"Eng, udah sih. Tapi, baru kelar 45 persen. Maklum aja, belakangan ini aku emang lagi gak konsen nulis."
"Emm… ngomong-ngomong, temanya soal apa?"
"Masih soal perzinahan dan busana muslimah yang sempurna."
"O, jadi masih soal kayak begitu. Eh, La. Sekali-kali, bikin dong novel yang bertema emansipasi dan keseteraan gender. Menceritakan cewek seperti aku, yang dengan kegigihannya menuntut ilmu hingga akhirnya sukses dalam berkarir, yaitu bisa menjadi pemimpin perusahaan yang beromset milyaran dan menciptakan banyak lapangan kerja."
"Dan dia akan menjadi perawan tua karena banyak lekaki yang minder mendekatinya. Dan setelah berumah tangga kehidupan rumah tangganya pun akan hancur berantakan. Begitu kan?" tanya Lala menambahkan.
"Ya enggak begitu, La. Dia akan kawin pada usia yang tepat, dan kehidupan rumah tangganya akan menjadi sangat harmonis."
"Mimpi… Emangnya gampang sukses dalam waktu singkat. Seandainya dia emang bisa kawin pada usia yang tepat, emangnya gampang buat seorang istri bisa menjalankan dua peran sekaligus, tentu salah satunya ada yang mesti dikorbankan. Dan gak gampang pula buat suami yang punya istri seperti itu, butuh kesabaran yang tinggi dan nilai keimanan yang kuat. Kalo enggak, bisa-bisa suaminya selingkuh dan melakukan perzinahan. Maklumlah, siklus biologis laki-laki dan perempuan itu kan beda banget, laki-laki emang lebih cepet kangen ketimbang perempuan. Coba aja lu renungin! Gimana suami gak selingkuh jika istri lagi dibutuhin, eh dia malah sibuk rapat diluar kota, apalagi jika sampai rapat ke luar negeri. Gak kebayang deh, gimana dongkolnya suami kalo lagi pas kangen-kangennya istri gak ada di rumah. Dan Kalo udah punya anak, maka anak-anaknya pun harus sabar dan kuat imannya. Kalo enggak, dia bisa jadi anak yang kurang perhatian yang akhirnya melampiaskannya dengan narkoba dan pergaulan bebas yang menyimpang.
Hmm… kini aku ngerti kenapa kamu gak siap kawin sama Boy. Selain Boy itu masih belum mapan, ternyata kamu juga punya cinta-cita mo jadi wanita karir. Pantes aja orang tuamu buru-buru mo ngawinin kamu sama pria beristri tiga itu, sebab mereka khawatir kamu bakal jadi perawan tua. Kasian juga si Boy, harus menunggu sampai berapa lama hingga kamu sukses."
"Percaya deh, La. Itu bukan mimpi, dan aku pasti bisa mewujudkannya tanpa harus menjadi perawan tua, dan kelak bisa membina rumah tangga dengan harmonis."
"Ya udah kalo kamu emang punya keyakinan begitu. Kalo aku sih mending jadi ibu rumah tangga, yang kalo ada waktu luang bisa iseng-iseng nulis novel atau iseng-iseng bikin industri rumah tangga. Jika kegiatan itu terbukti enggak mengganggu kepentingan keluarga, tentunya bisa kuteruskan. Namun jika ternyata mengganggu, ya tinggal dihentikan saja. Pokoknya kepentingan rumah tangga itu harus lebih kuutamakan. O ya, ngomong-ngomong kapan kamu akan buka usaha?"
"Gak lama lagi, La. Kalo kursus kepemimpinan dan kepribadianku udah kelar."
Kedua wanita itu terus berbincang-bincang hingga akhirnya Lala pamit pulang ketika waktu sudah menjelang ashar.


Beberapa hari kemudian, Boy menerima sepucuk surat dari Lala. Sungguh dia tidak menyangka kalau wanita itu mau menulis surat untuknya. "Hmm… ini surat apa ya?" tanya boy penasaran. Lantas dengan segera pemuda itu pun segera membaca isinya.

Dear, Boy! Assalam…

Langsung aja ya. Hihihi…! Aku masih inget banget waktu pertama kali kita kenalan dulu. Waktu itu kita satu bis, duduk berdampingan di kursi yang sama. Kamu yang saat itu lagi nge-drug dengan polosnya mengaku, kalo kamu tuh suka padaku. Hihihi,,,! Saat itu kamu tuh lucu banget. Sok PD gitu, trus banyak ngibulnya lagi. Semula aku tuh sempet takut juga duduk sama kamu, namun setelah aku tau kalau kamu itu baik akhirnya aku gak takut lagi. Saat itu aku betul-betul prihatin, kenapa ya orang sebaik kamu bisa terjerumus kayak gitu. Karena penasaran, aku pun memutuskan untuk berteman dengan kamu, hingga akhirnya kita bisa menjadi teman yang akrab. Terus terang, dari kebiasaan kamu yang suka mabuk-mabukan, akhirnya menginspirasikanku untuk menulis beberapa cerpen dengan tema narkoba. Hingga pada suatu ketika, dari salah satu cerpen itulah akhirnya kamu sadar kalau perbuatan kamu itu salah. Trus terang, aku gak nyangka kalau cerpenku itu bisa membuat kamu sadar. Dan sejak itulah, aku baru menyadari kalau tulisanku ternyata bisa juga mempengaruhi orang yang membacanya. Hingga akhirnya aku pun merasa tertantang untuk menulis tema lainnya, yang barangkali aja bisa juga berdampak positif kepada pembacanya. Salah satu tema yang kuangkat adalah perkara hijab. Namun anehnya, dari sekian banyak cerpen yang kutulis gak satu pun yang berhasil membuat teman-temanku tergerak hatinya.
Hmm… apa yang salah ya? Tanyaku waktu itu. Setelah membandingkannya dengan cerpen bertema narkoba yang membuatmu tersadar akhirnya aku menemukan jawaban, kalau apa yang kutulis itu memang mempunyai latar belakang yang berbeda. Waktu aku menulis tema narkoba, motifasiku adalah kepedulian kepada orang-orang sepertimu yang telah menjadi korban salah pergaulan, dan aku pun saat itu juga bukan seorang pemakai. Latar belakang berbeda itulah yang membuatku tersadar kenapa tema soal hijab itu tidak berpengaruh. Ternyata, motifasiku menulis tema hijab itu adalah atas dasar kesombongan, dan aku pun tidak pernah mengamalkan apa yang kutulis itu. Padahal Allah sangat membenci orang yang demikian.
44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut di atas (S.2: 44) tentang kaum Yahudi Madinah yang pada waktu itu berkata kepada mantunya, kaum kerabatnya dan saudara sesusunya yang telah masuk agama Islam: "Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam) dan apa-apa yang diperintahkan oleh Muhammad, karena perintahnya benar." Ia menyuruh orang lain berbuat baik, tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Ayat ini (S. 2: 44) sebagai peringatan kepada orang yang melakukan perbuatan seperti itu.
(Diriwayatkan oleh al-Wahidi dan ats-Tsa'labi dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Ash Shaff 2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
Ash Shaff 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Karena itulah, akhirnya aku memutuskan untuk berubah, yaitu dengan menjadikan tulisanku sebagai nasihat untukku, dan aku pun segera mengamalkan apa yang sudah kutulis itu. Alhamdulillah,,, akhirnya tulisanku bisa juga berdampak positif kepada mereka yang membacanya, sebab teman-temanku yang dulu menolak akhirnya mau juga mengikuti jejakku. Kini hanya tinggal Indah saja yang belum mengenakannya, dan itu karena dia tidak ikhlas ketika membaca cerpen-cerpenku. Padahal syarat untuk diterimanya kebenaran adalah harus sama-sama ikhlas, baik yang menerima maupun yang menyampaikan. Selama ini Indah bukannya merenungi cerpen-cerpenku, tapi dia malah menjadikannya sebagai bahan perdebatan untuk menyerangku. Namun begitu, aku berusaha untuk tetap sabar hingga kelak dia mau merenungi apa yang telah kusampaikan.
Boy… kamu mau tau kenapa aku menulis mengenai pengalamanku itu. Sebab, aku begitu sayang dan cinta padamu. Ketahuilah! Kalau kini kau sudah menjadi orang yang munafik. Buktinya, apa yang sudah kau tulis ternyata tidak kau amalkan. Kau mengajak orang untuk tidak pacaran, tapi kau sendiri justru pacaran. Aku mohon… Segeralah nikahi Indah! Jika Indah tidak mau, segeralah putuskanlah dia. Ketahuilah! Aku merestui niat Indah yang mau menjadikanmu pacar boongan karena aku percaya kalau kamu itu adalah cowok yang anti pacaran, yang akan langsung menikahi gadis yang kaucintai. Tapi ternyata, kamu telah begitu mengecewakan aku. Sungguh aku tidak menduga, semula kupikir kau itu orang yang memegang teguh prinsip. Tapi ternyata, kamu itu seorang yang masih labil dan mudah sekali terpedaya bisikan syetan. Buktinya, sekarang kamu malah melakukan perbuatan yang dulu begitu kautentang. Boy… sekali lagi aku mohon. Segeralah nikahi Indah atau kamu putuskan dia! Jika kamu sudah menikah dengan Indah, aku doakan semoga kalian bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Amin…
O ya, Boy… Dalam surat ini aku juga ingin memberitahumu bahwa aku akan segera menjalani hukumanku. Sebab, aku merasa taubatku belumlah diterima selama aku belum menjalani hukuman itu. Karenanyalah, aku mohon doa darimu agar aku bisa menjalaninya dengan tabah. Satu lagi permintaanku, Boy. Aku mohon kau mau merenungkan surat berikut: An Nisaa' 16. Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Akhir kata, maafkanlah segala kelancangan dan kekhilafanku selama ini, baik yang sengaja kulakukan maupun yang tidak. O ya, terima kasih karena selama ini kamu sudah menjadi temanku yang baik, dan aku pun berharap kiranya kita akan selalu tetap seperti itu.

Wassalam…


Lala

Usai membaca surat itu, Boy pun langsung merenung. Sungguh dia tidak menduga kalau Lala pun menganjurkan untuk segera menikahi Indah atau memutuskannya, sama persis seperti yang dianjurkan Haris. Lama dia merenungkan hal itu hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembali membicarakan masalah itu dengan Indah.


Css… css… css…! "Nah udah wangi," kata Boy seraya meletakkan botol minyak wanginya di atas lemari. Lantas dengan bersemangat pemuda itu segera melaju ke rumah Indah. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh akhirnya dia tiba juga di rumah kekasihnya. Kini pemuda itu sudah duduk berhadapan dengan Indah dan segera membicarakan perkara surat Lala.
"Apa??? Lala menganjurkanmu begitu?" tanya Indah dengan alis merapat.
"Ya, dan yang menganjurkan begitu bukan cuma Lala. Tapi juga Haris, sahabat terbaik gua."
"Boy mereka itu orang-orang yang sirik sama hubungan kita. Apa lagi si Lala, dia itu pasti mau merebut kamu dariku. Dia menganjurkanmu mengultimatumku karena dia tahu, hal itu emang bagai buah simalakama buatku. Huh, dasar cewek munafik. Dulu dia pura-pura begitu merelakan kamu untukku, tapi sekarang dia malah mau merebutnya."
"In, lu tu bicara apa? Lala bukanlah orang yang kayak gitu. Perlu lu tau, dia bicara begitu karena dia peduli sama gua yang kini emang udah terjerat sama cinta buta. Lagi pula, dia pasti gak bakal mau kawin sama gua."
"Apa??? Lala gak bakal mau. Lho, emangnya kenapa..?" tanya Indah bingung.
"Sebab, dia mau menjalani hukuman itu. Dan itu artinya, dia akan ngerasa enggak pantes kawin sama cowok pezina kayak gua."
"Be-benarkah begitu?"
Boy mengangguk
"Hmm… Baguslah kalau begitu. Jika dia emang cewek yang konsisten, tentu dia akan kekeh sama prinsipnya yang begitu mempersoalkan status."
"In…" kata Boy tiba-tiba. "Skarang kayaknya gua kudu brani mengambil putusan. Lu mau kita segera kawin, apa lu mau gua putusin. Terus-terang, gua gak mau punya istri wanita karir, dan kayaknya gua juga gak sangup kalo mesti nunggu lu sampe sukses."
Kedua muda-mudi itu terus memperbincangkan hal itu, hingga akhirnya Indah menangis karena tak kuasa memberikan jawaban. Sungguh sebuah jawaban yang menyulitkan, di satu sisi dia tidak mau jika cita-citanya berakhir begitu saja, dan di lain sisi dia juga tidak mau jika sampai kehilangan Boy. Saat itu Boy hampir saja terpengaruh, namun karena dia sudah mempersiapkan diri akhirnya dia bisa tegar juga menghadapinya. Kini pemuda itu sudah mohon diri dan sedang melaju dengan sepeda motornya. Dalam perjalanan, pemuda itu terus dihantui perasaan bersalah, bahkan dia sempat membayangkan berbagai peristiwa yang mungkin terjadi. Namun, lagi-lagi dia berusaha untuk tegar, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mampir ke rumah Lala. Dan setibanya di di sana, Boy tampak begitu kecewa. Sungguh dia tidak menyangka kalau Lala ternyata sudah hijrah ke Aceh¾sebuah tempat yang diharapkan bisa menjadi tempat pelaksanakan eksekusinya. Lantas dengan segala perasan yang bercampur-baur tak karuan, pemuda itu pun segera memacu sepeda motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi demi melampiaskan segala kegundahan di hatinya.


Esok harinya, ketika Boy sedang merenung di teras rumahnya, Haris sengaja datang menemuinya. Rupanya pemuda itu ingin memberikan dukungan atas putusan berat yang sudah diambil oleh sahabatnya, juga ingin membantunya agar tidak sampai mengalami goncangan jiwa karena merasa berdosa. "Udalah, Boy… yang loe lakuin itu udah betul. Emang gak enak rasanya mutusin orang yang kita cintai, apa lagi kalo cewek itu udah dalem banget cintanya. Tapi biarpun begitu, pasti ada hikmah yang bisa kita petik untuk kedepannya. Coba deh lu renungin ayat berikut:
At Taubah 24. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Karenanyalah, seharusnya elo itu senang karena udah mampu ngelepasin diri dari cinta buta. Dan mengenai perkara Lala, itu semua terserah putusan loe. Boy… jika loe emang mau menikahi Lala. Kayaknya emang gak ada cara lain. Mau gak mau, elo juga harus menjalani hukuman itu. Dengan begitu, status loe tentu akan kembali sama dengan dia, dan itu artinya dia gak mungkin bisa menolak lamaran elo. Dan setelah menikah, elo bedua Insya Allah bisa bahagia di dalam pengasingan nanti," saran Haris yang kini sudah betul-betul bisa menghormati keyakinan sahabatnya.
Boy dan Haris terus berbincang-bincang dengan penuh keakraban. Hingga akhirnya percakapan mereka terputus karena telepon di rumah Boy yang terus berdering. "Bentar ya, Ris!" pinta Boy seraya bergegas masuk.
Tak lama kemudian, pemuda itu sudah kembali dengan derai air mata yang membasahi pipi, kemudian duduk di tempat semula tanpa berkata sepatah kata pun, hanya terdengar isak tangis yang terdengar begitu memilukan.
"Loe kenapa, Boy?" tanya Haris prihatin.
"I-Indah, Ris… Di-dia…" Boy tak kuasa melanjutkan kata-katanya. Saat itu derai air matanya tampak kian bertambah deras.
"Di-Dia kenapa, Boy?" tanya Haris masih meragukan dugaan di hatinya.
"Di-dia udah gak ada, Ris. Di-dia udah pergi untuk selama-lamanya…" jelas Boy dengan masih terus terisak.
"Innalillah…!" ucap Haris dengan mata yang kini tampak berkaca-kaca. Saat itu dia betul-betul shock karena anjurannya ternyata telah membawa sebuah petaka. Ingin rasanya dia menyalahkan dirinya sendiri, namun akhirnya dia memahami kalau semua itu memang sudah kehendak Tuhan, yang tentunya bisa menjadi hikmah untuk mereka yang mau berpikir. Bukankah anjurannya itu dalam rangka memerangi kemungkaran, yaitu agar Boy bisa memerangi hawa nafsunya agar bisa lepas dari jerat cinta butanya.

Al Baqarah 216. Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

"Ris… A-apa yang gua takutin akhirnya kejadian juga. "

"Udalah, Boy… Lu tuh harus sabar. Semua itu emang udah takdir Tuhan yang gak bisa dibantah."
"Ta-tapi gua merasa berdosa, Ris… Su-sungguh gua betul-betul gak nyangka, ka-kalo gua sampe dua kali ngalamin kejadian kayak gini. Ris ketahuilah… Gua tuh udah cinta dan sayang banget sama Indah. Dan gu-gua bener-bener sedih kalo dia meninggal dengan cara kayak begitu. Gu-gua gak sanggup ngebayangin gimana dia akan tambah menderita di alam sana."
"Boy… Gue bisa ngerasain gimana pedihnya perasaan elo. Terus terang, emang sedih banget rasanya kalo orang yang kita cintai, orang yang kita sayangi terpaksa harus menderita di alam sana. Tapi, apakah dengan ngerasa berdosa dan larut dalam kesedihan yang mendalam lantas Indah akan diampuni dosanya. Gak akan, boy. Cuma amal perbuatannyalah yang bisa membantunya. Baginda Rasulullah pun gak bisa berbuat apa-apa ketika paman beliau yang begitu dicintainya harus meninggal dalam keadaan enggak beriman. Menyedihkan memang, tapi begitulah kehidupan.
Ketahuilah, Boy…! Life is a game, begitu kata para programmer luar negeri. Begitu pun Allah SWT berfirman.

Al 'Ankabuut 64. Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.


Al Hadiid 20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Bukhari Muslim Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya: Sesungguhnya Nabi s.a.w bersabda: Ya Allah! Tidak ada kehidupan yang kekal sama sekali kecuali kehidupan di Akhirat. Maka ampunkanlah orang-orang Ansar dan Muhajirin

Boy… seandainya Indah bisa memahami hal itu, tentu dia enggak akan mau menyerah kalah begitu aja. Bukankah permainan di dunia ini gampang, hanya mengenai takwa yang misinya juga udah jelas ada di dalam Al-Quran. Score-nya pun ada, yaitu pahala dan dosa, yang kelak akan menjadi penentu kita kalah atau menang. Kalau menang kita akan dihadiahkan surga, dan kalau kalah tentu akan dihadiahkan neraka. Karena itulah, seharusnya apapun yang terjadi di dalam permainan takwa ini dapat dinikmati dengan tanpa beban sama sekali, kala suka ia akan bersyukur dan kala duka ia akan bersabar. Karenanyalah, apa yang dilakukan Indah itu seharusnya tidak perlu terjadi. Coba aja loe pikir, untuk apa ngerasa begitu kehilangan dan berputus asa terhadap sesuatu yang cuma bagian dari permainan. Seandainya Indah menyadari kalau elo itu cuma karakter semu, juga perkara cintanya yang juga semu, dan semua apapun yang dimilikinya adalah semu. Tentulah dia bisa menikmati permainan yang diciptakan Allah SWT ini dengan sebaik-baiknya, yaitu berusaha meraih kemenangan dengan cara bertakwa kepada Allah SWT. Karenanyalah, sebagai gamer sejati seharusnya dia itu berusaha untuk menang, yaitu dengan mengumpulkan point pahala sebanyak mungkin.
Perlu loe tau, Boy… Seorang gamer pemula alias masih cupu, sebetulnya bisa dengan mudah mengumpulkan point pahala sesuai dengan tingkatan levelnya. Misalkan ada seorang gamer pemula yang menemukan benda berbahaya di jalan, seperti duri, paku, beling, dan lain sebagainya. Karena khawatir bisa membahayakan gamer lain, lantas dia segera menyingkirkannya dengan niat mendapatkan pahala dari Allah SWT. Dan dari usahanya itu, tentu dia akan mendapat point pahala. Apalagi jika dia mau mengajarkan hal itu kepada temannya, tentu dia juga akan mendapat point pahala jika temannya itu mau melakukan perbuatan yang diajarkannya itu. Dan jika temannya itu mengajarkannya lagi kepada temannya yang lain, dan temannya itu juga melakukan perbuatan baik itu, maka dia akan mendapatkan point pahala yang sama seperti orang itu. Itulah yang dinamakan investasi ilmu, layaknya matrix MLM saja. Intinya adalah, semua perbuatan baik yang dilakukan dan diniatkan semata-mata mendapat pahala dari Allah, maka ia akan mendapatkan point pahala. Baik itu perbuatan ringan hingga sampai ke perbuatan yang mengorbankan jiwa raga. Begitupun dengan perbuatan jahat, akan mendapat point dosa, apalagi jika sampai mengajarkannya kepada orang lain, maka dia udah berinvestasi ilmu untuk meningkatkan point dosanya. Misalkan ada seorang artis yang mempertontonkan auratnya, lantas dia dicontoh oleh seorang penggemarnya. Dan setiap kali si penggemar mempertontonkan auratnya, maka si artis akan mendapatkan point dosa sama seperti yang didapatkan oleh penggemarnya. Sebab, secara enggak langsung si artis udah mengajarkan hal itu kepada para penggemarnya. Beruntung jika si artis mau segera bertobat, sehingga investasi dosanya bisa segera terhapus. Kalo enggak, bisa-bisa tuh point dosa terus mengalir tanpa dia sadari. Rugi banget kan?

Al Baqarah 261. Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[166]. Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain. (Sedangkan Ilmu adalah harta yang tak ternilai harganya).

Bukhari Muslim 448 Diriwayatkan daripada Abdullah bin Mas'ud r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Tidak boleh iri hati kecuali terhadap dua perkara iaitu terhadap seseorang yang dikurniakan oleh Allah harta kekayaan tapi dia memanfaatkannya untuk urusan kebenaran (kebaikan). Juga seseorang yang diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah lalu dia memanfaatkannya (dengan kebenaran) serta mengajarkannya kepada orang lain.

Karenanyalah, hanya gamer bodohlah yang memainkan permainan dengan tidak serius alis cuma main-main, dia tidak mau mengumpulkan point pahala tapi justru mengumpulkan point dosa yang justru bisa membuatnya kalah. Gamer sejati adalah gamer yang produktif yang gak mau menyia-nyiakan waktunya begitu aja. Dengan penuh semangat dia akan berusaha mengumpulkan point pahala sesuai dengan tingkatan levelnya.

Al Baqarah 148. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Al An'aam 70. Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama[485] mereka sebagai main-main dan senda gurau[486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.
[485]. Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
[486]. Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.


Karenanyalah, gamer sejati akan berusaha untuk mengumpulkan point pahala dengan bersungguh-sungguh, baik dengan jalan ibadah ritual (menjalin hubungan dengan Allah SWT), maupun secara sosial (menjalin hubungan dengan sesama gamer). Dan hanya gamer yang bersahadatlah yang akan mendapat point pahala, yaitu gamer yang mengakui Allah sebagai Tuhannya, dan Muhammad SAW sebagai rasul utusan-Nya.


Al Furqaan 23. Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[1062], lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
[1062]. Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia Amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah karena mereka tidak beriman.

Menurut gue, Indah itu bukanlah seorang gamer yang bodoh, tapi dia cuma enggak tau aja kalau dia itu seorang gamer. Karenanyalah dia menyangka kalau kehidupan ini benar-benar nyata, padahal hakikatnya hanyalah sebuah permainan. Sebab, hanya akhiratlah kehidupan yang sebenarnya. Untuk lebih mudah memahami ini, coba deh sekali-kali loe main game online jenis MMORPG. Bayangin kalau dunia kita adalah akhirat, dan permainan game online itu adalah dunia kita sekarang. Loe tentu akan menemukan makna sejati dari sebuah permainan. Lo bisa liat, gimana para gamer sejati begitu getolnya meningkatkan level karakternya, point demi point dikumpulkan dengan bersusah payah agar level karakternya bisa naik. Kenapa kita enggak menjadikannya seperti itu, berusaha menaikkan level karakter kita dengan mengumpulkan point pahala sebanyak mungkin. Sehingga di akhirat kelak kita bisa berbangga hati karena berhasil membuat karakter kita masuk hall of fame alias masuk di dalam urutan daftar rangking terbaik.

Nah, Boy.. karena semua ini cuma permainan, janganlah elo terlalu bersedih terhadap sesuatu yang udah terjadi, sebab semua itu emang udah jadi ketentuan Allah.

Al Hadiid 22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Al Hadiid 23. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Al Hadiid 24. (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Karenanyalah, gue harap loe sekarang udah bisa lebih tenang. Indah adalah seorang muslimah, mungkin aja dia udah pernah berinvestasi ilmu yang bermanfaat, sehingga point pahala yang didapat Insya Allah bisa meringankan dosa-dosanya. Percayalah kalau Allah SWT itu Maha Adil, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Biarlah kita serahkan semua ini kepada-Nya, yaitu dengan berprasangka baik. Boy… kalau apa yang dilakukan Indah itu emang bukan kesalahannya semata, tentulah Allah tidak akan menghukumnya dengan semena-mena. Karenanyalah, kita enggak usah terlalu mikirin apa yang sebetulnya tidak kita ketahui, biarlah Allah saja yang menentukan semua itu menurut kebijaksanaan-Nya. Dan semoga kejadian ini bisa jadi pelajaran buat elo, agar jangan main-main lagi terhadap sesuatu yang subhat."
Usai mendengarkan penjelasan Haris yang panjang lebar itu, akhirnya Boy bisa menjadi lebih tenang. Dia pun bertekad untuk lebih giat lagi mengumpulkan point pahala, yang diyakini kelak akan meningkatkan level karakternya, kalau bisa sampai sekelas wali. Ya, itu kalau bisa… Tapi kalau memang tidak bisa alias tidak mampu, paling dia hanya akan menjadi orang awam yang baik saja. Karenanyalah, tanpa keraguan sedikit pun di hatinya, Boy pun berniat untuk segera hijrah ke Aceh demi menjalani hukumannya dan kemudian segera menikahi Lala.


Setahun kemudian, Haris tampak sedang menyaksikan berita hangat di televisi. Saat itu dia begitu prihatin menyaksikan berita tentang bom yang lagi-lagi meledak di depan sebuah club malam di Bali. Berita tentang bom bali 3 itu sungguh membuatnya tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang muslim begitu tega melakukan hal itu. "Hmm… apa sebenarnya motifasi pelaku hingga sampe nekad begitu, apa mungkin dia udah putus asa dengan keadaan sekarang yang emang sulit diperbaiki. Jika dia emang melakukan itu karena putus asa, jelas tindakannya itu adalah perbuatan bunuh diri yang dilaknat Allah. Jika dibandingkan dengan konsep bom bunuh diri yang sering terjadi di Palestina tentu aja beda banget. Orang palestina melakukan itu karena ingin membela negara, dan dia melakukan itu bukan karena putus asa, melainkan berkorban jiwa raga demi kemerdekaan, sehingga tindakan bunuh diri yang dilakukannya bukanlah bunuh diri, melainkan perjuangan guna meraih kemerdekaan. Merdeka atau syahid fisabilillah. Tapi… Jika pelaku bom bali 3 itu ternyata mempunyai motifasi memerangi kemungkaran, dan dia melakukan itu bukan karena putus asa, melainkan karena kepedulian sejatinya, apakah tindakannya itu dikategorikan bunuh diri? Entahlah… tampaknya hanya Tuhan sajalah yang tau.

Kalo gue sendiri sih gak tega ngilangin nyawa manusia yang gak tahu-menahu demi untuk tujuan yang mulia. Gue masih meyakini pemahaman yang dulu diajarin sama guru gue, yaitu selama air masih bisa buat memadamkan api sebaiknya jangan menggunakan api untuk memadamkan api. Kecuali jika air emang udah enggak mampu lagi memadamkan api, barulah api yang terkendali boleh digunakan untuk memadamkan api. Untuk saat ini, gue sendiri lebih memilih berjuang melalui perang pemikiran yang islami dan juga lewat perang kebudayaan yang islami. Insya Allah, dengan begitu orang akan tergerak hatinya untuk bersama-sama memperbaiki sistem pemerintahan di negeri ini menjadi lebih baik.
Bukankah kita ini bangsa yang berdemokrasi dan menjunjung tinggi HAM? Tapi, kenapa umat muslim yang jumlahnya mayoritas tidak diberikan haknya untuk bisa sepenuhnya melaksanakan keyakinannya, yaitu bisa menjalankan ajaran agamanya dengan secara total? Sungguh… sungguh… sungguh… mengherankan… Tanya kenapaaa?"
Haris terus mengikuti perkembangan berita itu, hingga akhirnya dia terhenyak ketika melihat tayangan si pelaku dan beberapa orang korban yang sebelumnya sempat terekam oleh kamera jarak jauh seorang wisatawan. "Bo-Boy…" ucap Haris dengan air mata yang tiba-tiba saja meleleh. Sungguh pemuda itu tidak menyangka kalau sahabatnya harus menemui ajal dengan cara yang mengenaskan seperti itu.
Siapa sebetulnya yang patut disalahkan atas terjadinya peristiwa itu? Pelakunyakah, organisasinyakah, rakyat negeri inikah, atau pemerintah negeri ini? Mungkin yang patut disalahkan adalah pemerintah dan rakyat negeri ini, sebab bom itu adalah dampak dari ketidakmampuan pemerintah dan rakyat ini dalam menegakkan kebenaran. Wallahu alam…


Selesai…


Assalam….

Mohon maaf jika ada kesalahan di sana-sini, sebab saya hanyalah manusia yang tak luput dari salah dan dosa. Saya menyadari kalau segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, dan segala kesalahan tentulah berasal dari saya. Karenanyalah, jika saya telah melakukan kekhilafan karena kurangnya ilmu, mohon kiranya teman-teman mau memberikan nasihat dan meluruskannya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak.
Akhir kata, semoga cerita ini bisa bermanfaat buat saya sendiri dan juga buat para pembaca. Amin…

Wassalam…

Peace V ^_^

[Cerita ini di tulis tahun 2006-2007]