E-Book dan Game Gratis

E-book                      Game & Software
Bagi anda yang ingin membaca secara offline, silakan download format e-book-nya di sini!

Valentine di Dunia 100

===================================================
KISAH DUNIA PARALEL
===================================================

Valentine di Dunia 100


Srosot!!! Gedebuk!!! Wedew… Sakit? Keluhku seraya berusaha naik kembali ke tempat tidur. "Lho ini tempat tidur siapa? Kenapa bed cover-nya merah jambu?" tanyaku heran seraya memperhatikan sekeliling ruangan. Saat itu aku sempat tercengang karena baru menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ya, ternyata aku bukan berada di kamarku, melainkan berada di kamar yang begitu asing buatku. Desain ruangannya bergaya futuristic minimalist dengan dominasi warna hitam dan perak. Lalu… Sejenak aku terpaku ketika melihat sebingkai wajah gadis yang sedang tersenyum. Potret wajah itu cukup besar, di-close-up seukuran poster. Hmm… Jadi ini kamar Lisa? Dan kenapa pula aku bisa berada di sini? tanyaku penuh kebingungan.
Hmm… jangan-jangan… Saat itu aku langsung teringat dengan kejadian semalam, yaitu saat aku dan teman satu kelasku menggelar pesta Valentine di kediaman seorang teman kami. Ya tidak salah lagi, semalam aku pasti sudah dikerjai sama anak-anak. Pantas saja semalam kepalaku agak pusing, rupanya semalam aku sudah dibuat mabuk lagi. Tapi, kenapa aku tidak langsung dibawa pulang, kenapa malah di bawa ke mari? Hmm… apakah mereka takut dimarahi oleh ibuku. Ya, mereka pasti takut membawaku pulang. Sebab Ibuku memang galak, dan mereka pasti tidak mau disempot lantaran membawaku pulang dalam keadaan mabuk. Dan karenanyalah aku terpaksa dititipkan di sini. Huh, dasar anak-anak memang pada sinting, mentang-mentang orang tua Lisa sedang berada di luar negeri, tega-teganya mereka memaksa Lisa untuk mau menerimaku di sini. Tapi… kenapa kamar ini tampak begitu kosong, di mana lemarinya, di mana meja belajarnya, dan di mana pula meja riasnya? tanyaku heran seraya kembali memperhatikan sekeliling ruangan yang betul-betul minimalist. Heran… Kenapa Lisa bisa suka tinggal di kamar yang seperti ini? Mana tidak ada jendelanya lagi, tanyaku penuh kebingungan.
Belum hilang rasa bingungku, tiba-tiba aku mendengar suara wanita yang cukup keras. "Mohon perhatian…! Matahari telah terbit dan jendela akan segera dibuka!" katanya dengan intonasi yang mirip sekali dengan suara Veronica. Tak lama setelah itu, mendadak di salah satu dinding kamar—persis di bawah AC, kulihat ada bagian yang tampak bergeser dengan sendirinya, dan terus bergerak perlahan hingga akhirnya menjadi sebuah jendela berukuran 2 x 3 meter. "Gila… kamar Lisa canggih juga," komentarku kagum sambil terus merasakan hangatnya mentari pagi yang menerobos memasuki kamar.
Alamak… Indah nian pemandangan di luar sana, komentarku kembali terkagum-kagum. Sungguh sebuah pemandangan yang belum pernah kulihat sebelumnya, sebuah panorama alam yang begitu indah. Di kejauhan tampak bangunan berarsitektur modern—berdiri di sela-sela pepohonan yang beraneka macam, dan di belakangnya tampak perbukitan hijau yang begitu sedap dipandang mata. Hmm… pemandangan di luar sana itu pasti tidak nyata, sebab tidak mungkin ada pemandangan yang seindah itu di sekitar permukiman kami. Tapi, kenapa bukit itu persis sekali dengan Bukit Sentul? Hmm… apakah ini sebuah jendela fantasi, sebuah jendela elektronik canggih yang mampu mencitrakan panorama alam dengan begitu nyata? Tapi, kenapa cahayanya bisa kurasakan juga? Tanyaku seraya mengamati jendela yang tampaknya memang tidak bisa dibuka.
Bip… Bip… Tiba-tiba terdengar suara aneh yang berasal dari sudut ruangan. Seketika aku langsung menoleh ke asal suara, dan ternyata suara itu berasal dari sebuah panel komputer yang menempel di sudut ruangan. Aku pun segera menghampiri dan memperhatikannya dengan penuh seksama, saat itu kulihat berapa icon yang terpampang di layar monitor. Gambarnya lucu-lucu dan tampak bagus. Lalu dengan penuh rasa ingin tahu, aku pun segera menekan sebuah icon bergambar meja belajar. Fantastis, setelah aku menekan icon itu tiba-tiba sebuah meja belajar tampak keluar dari balik dinding. Aku pun terkesima dengan meja belajar itu. Desainnya tampak bagus, bergaya futuristic dengan dilengkapi perangkat komputer yang canggih. Karena penasaran, aku pun segera menghapirinya. "Aneh… Ke-kenapa fotoku bisa ada di sini? A-apakah Lisa juga mencintaiku?" tanyaku dengan hati yang mendadak berbunga-bunga. Maklumlah, selama ini aku memang mencintai Lisa. Namun, aku sendiri belum tau bagaimana perasaannya terhadapku. Sebetulnya sudah lama juga aku ingin menembaknya. Namun, aku takut dia akan menolakku. Maklumlah, dia itu kan cinta pertamaku. Cintaku kepadanya sangatlah besar, melebihi besarnya gunung, eh lebih besar lagi deh, yaitu melebihi besarnya dunia, eh kayaknya masih lebih besar lagi, yaitu sebesar ruang hampa alam semesta. Wew, gombal banget tidak sih? Tapi memang begitulah kenyataannya, aku sudah sangat mencintai Lisa. Sebab, dia itu laksana embun pagi yang menyejukkan, laksana oase di tengah sahara, laksana bintang di angkasa, dan laksana bulan dikala purnama.
"Mohon perhatian…! Lisa menunggu anda di ruang tengah," kata si Veronica lagi-lagi memberitahu.
Li-Lisa menungguku? Kalau begitu, aku harus segera menemuinya, kataku penasaran seraya melangkah menuju pintu kamar. Lha, cara membuka pintu ini bagaimana ya? Tanyaku betul-betul gaptek. Duh, Lisa itu bagaimana sih? Kok bisa-bisanya dia menyuruhku menemuinya, tapi dia tidak memberi tahu cara membukanya, kataku jengkel seraya berusaha keras mencari tahu. Dan setelah berusaha keras, ternyata aku masih belum juga berhasil. Dasar gaptek, makiku dalam hati.
"Sekali lagi, mohon perhatian…! Lisa menunggu anda di ruang tengah," lagi-lagi terdengar suara Veronika yang mencoba memberitahuku.
Huh, au ah gelap. Biar dia saja deh yang datang kemari, kataku pasrah seraya duduk di tepian tempat tidur dan langsung memandangi foto Lisa yang sebesar poster itu, sungguh tampak manis sekali. Sedang asyik-asyiknya memandangi wajah Lisa, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Pintu itu tampak bergeser memasuki dinding layaknya pintu di dalam film science fiction saja. Edan, kataku hampir tidak mempercayainya. Saat itu, kulihat Lisa tampak berdiri di ambang pintu sambil tersenyum kepadaku. "Selamat pagi, Sayang… Bagaimana tidurnya?" tanyanya seraya duduk di sebelahku dan langsung mencium pipiku.
Li-Lisa menciumku. Dan di-dia memanggilku ‘sayang’? Hmm… Apa sekarang ini aku sedang bermimpi? Tanyaku dalam hati seraya mencubit lenganku sendiri. Aduh, sakit juga. Ternyata bukan mimpi, kataku dalam hati seraya berusaha menjawab pertanyaan Lisa tadi. "Lu-lumayan, Lis. Tampaknya aku sudah tidur cukup nyenyak," jawabku dengan agak gerogi.
Saat itu Lisa tersenyum. "Lihat nih, Sayang…!" katanya seraya memperlihatkan sebuah kotak kecil berpita merah jambu padaku. "Selamat Valentine, Sayang…" ucapnya kemudian seraya memberikan kotak itu yang ternyata sebuah kado untukku. Setelah itu dia pun mencium bibirku. Wew, uedan… kenapa anak ini bisa jadi agresif begini. Hmm… Apa semalam aku sudah membuat dia…? Ah, sepertinya tidak mungkin.
"Bukan dong, Sayang!" pinta Lisa kepadaku
Tanpa buang waktu lagi, aku pun langsung membuka kado itu. Dan ternyata isinya adalah benda yang membuat jantungku seketika berdebar keras, yaitu benda yang terbuat dari karet dan berwarna warni, bentuknya pun bermacam-macam, ada yang bergerigi dan ada juga yang berulir. Ya, tidak salah lagi. Benda itu adalah alat pelindung yang katanya bisa mencegah kehamilan, dan konon juga bisa melindungi dari penyakit aids.
Wedew, kenapa Lisa bisa jadi error begini? Tanyaku hampir tak mempercayainya. Wah, gawat. Jangan-jangan betul kalau semalam aku dan dia sudah…" Saat itu aku langsung tertunduk lemas, sungguh aku tidak menyangka kalau aku sudah melakukan perbuatan dosa bersamanya. Duhai Allah… ampunilah segala dosa yang telah kuperbuat, sungguh aku telah melakukan itu dalam keadaan tidak sadar. Dan semua itu karena ulah teman-temanku yang telah membuatku mabuk.
"Ada apa, Sayang?" tanya Lisa merasa heran dengan sikapku.
"Tidak apa-apa, Lis. Aku baik-naik saja kok," kataku berusaha menutupi perasaanku yang sebenarnya. "Eng, dengarkan aku, Lis…" kataku lembut. Saat itu aku mencoba memberi pengertian padanya agar tidak melakukan perbuatan itu lagi. Sebab, perbuatan seperti itu adalah dosa besar. Dan Allah sangat murka kepada orang yang berzina.
"Lho, kenapa kamu bicara begitu, Sayang…? Jangan bercanda ah! Eng, Allah itu siapa ya?" tanya Lisa kepadaku.
Saat itu aku langsung terkejut bagai mendengar petir di siang bolong. Sungguh aku tidak menyangka kalau Lisa akan berkata seperti itu. Sungguh dia sudah berani sekali melupakan nama Tuhannya sendiri, padahal selama ini aku tahu betul kalau dia itu seorang muslim yang termasuk taat. Duhai Allah… apakah kejadian semalam telah membuatnya menjadi melupakan-Mu. Sungguh aku betul-betul merasa berdosa karena telah membuatnya menjadi demikian. Andai semalam aku tidak ikut merayakan Valentine, andai semalam aku tidak ikut-ikutan kebudayaan asing itu, tentu kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Tapi, semua itu sudah terlambat, yang harus kulakukan sekarang adalah bertobat dan berjanji untuk tidak merayakannya lagi, walau dengan cara apapun juga.
Sungguh aku betul-betul menyesal, kenapa selama ini aku tidak begitu mempedulikan peringatan dari saudaraku seiman agar tidak ikut-ikutan merayakannya. Sebab kata mereka, valentine itu adalah perayaan perzinahan, bukanlah perayaan hari kasih sayang seperti yang dimengerti oleh kebanyakan orang. Jika dilihat dari sejarahnya, sebetulnya perayaan Valentine itu adalah adopsi dari perayaan Lupercalia, yaitu kebudayaan berzina bangsa Romawi. Keputusan mengadopsi perayaan Lupercalia itu dilakukan oleh pihak gereja dengan tujuan untuk menghapus kebudayaan yang menyesatkan itu. Nama Valentine sendiri dipakai untuk menghormati seorang pendeta baik hati bernama Santo Valentine, yang di hukum mati karena menentang perayaan Lupercalia.
Namun sayangnya, perayaan Valentine yang semula bertujuan mulia itu perlahan kembali bergeser ke aslinya, hingga akhirnya perayaan Valentine itu sama juga dengan perayaan Lupercalia, yaitu perayaan berzinah. Dan itu terjadi setelah pihak gereja tidak lagi menjadikan Hari Valentine sebagai bagian dari tradisi keagamaan, sebab orang-orang pada masa itu sudah banyak yang melupakan perayaan Lupercalia. Bukan hanya Lupercalia, Valentine pun akhirnya ditinggalkan karena memang bukan bagian dari ajaran kristiani, sebab Valentine itu memang cuma adopsi kebudayaan sebagai pengalih dari kebudayaan sesat menjadi kebudayaan yang lebih baik. Namun entah kenapa, perayaan itu akhirnya muncul kembali dan terus digembar-gemborkan sebagai bagian dari tradisi keagamaan yang layak untuk terus dipertahankan. Dan anehnya lagi, bukan cuma orang kristen saja yang merayakannya, namun juga orang Islam malah ikut-ikutan, dan aku pun termasuk di dalamnya. Maklumlah, selama ini aku betul-betul bingung dengan sejarah yang begitu simpang siur. Sebab, memang banyak versi mengenai Hari Valentine, dan entah mana yang benar. Karenanyalah, dari pada pusing-pusing, mending aku ikut-ikutan saja. Tapi setelah aku mengalami sendiri dampak buruk dari Hari Valentine, barulah aku menyadari dengan sesadar-sadarnya, bahwa Hari Valentine itu adalah salah satu perangkap setan agar bisa menjerumuskanku. Dan terbukti, akhirnya aku pun tidak suci lagi.
"Sayang… apa yang kamu pikirkan? Bukankah seharusnya kamu menjawab pertanyaanku?" tanya Lisa membuyarkan pikiranku.
"Eh, Lis. Barusan aku tuh sedang memikirkan kamu. Sebab, hari ini kamu tuh lebih cantik dari biasanya," kataku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Benarkah, Sayang…? Jika begitu, apa lagi yang kamu tunggu? Lekas sana mandi. A’ll be waiting you here be my valentine"
"Apa? Maaf Lisa, aku tidak mungkin bisa melakukan itu."
"Kenapa, Sayang? Kenapa?"
"Karena aku takut."
"Takut? Hmm… Kamu itu memang paling bisa membuatku penasaran. Ayolah Sayang… aku mohon kamu mau membahagiakanku di hari spesial ini. Ayolah, Sayang… Aku sudah tidak tahan."
Gubrakk! Ini anak memang sudah kelewat parah. Sungguh aku tidak menyangka kalau gadis yang selama ini begitu kucinta ternyata sangat murahan. Sampai-sampai dia rela mengobral dirinya dengan permohonan seperti itu. "Maaf Lisa. Sekali lagi aku tegaskan padamu, aku tidak bisa."
"Bois… apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?"
"Aku akan selalu mencintaimu, Lis. Percayalah…! Aku tidak mau melakukan itu karena aku mencintaimu."
"Bohong. Jika kamu memang mencintaiku, buktikan kalau kamu akan selalu membuatku bahagia. Terus terang, aku akan bahagia sekali jika kamu mau…"
"Cukup, Lis!" potongku tiba-tiba. "Apa kamu masih juga tidak mengerti dengan perkataanku. Dengarkan aku baik-baik, Lis! Sekali tidak tetap tidak."
"Sial, brengsek! Aku betul-betul kecewa padamu, Bois. Ternyata kamu memang tidak mencintaiku lagi. Aku benci kamu, Bois. Terus terang, aku tidak mau melihat wajahmu lagi. Sekarang juga, pergi kamu dari sini!"
"Oke… Oke… Sekarang juga aku akan pergi," kataku seraya bangun dari duduk. "Tapi… ngomong-ngomong, bagaimana cara buka pintunya?" tanyaku sambil garuk-garuk kepala.
"Apa? Kamu jangan bercanda, Bois!" kata Lisa dengan wajah yang tampak begitu heran. "Bagaimana mungkin kamu bisa melupakan hal semudah itu? Bukankah setiap rumah mempunyai pintu seperti itu? Lagi pula, bukankah setiap minggu kamu memang biasa main ke mari?"
Hah, masa sih? Tanyaku dalam hati dengan keterkejutan yang amat sangat. Sungguh perkataannya itu adalah sesuatu yang mustahil. Hmm.. kini aku mengerti. Pantas saja dari tadi aku sering menemui kejanggalan yang membingungkan. Tidak salah lagi, pasti kini aku sedang berada di dunia lain. Entah dunia paralel nomor berapa? Dan itu artinya, aku masih suci, kataku senang bukan kepalang lantaran telah menyadari keadaanku yang sebenarnya.
"Apa lagi yang kamu tunggu, Bois? Kenapa kamu masih berdiri saja di situ? Cepat sana pergi!" tanya Lisa membuyarkan pikiranku.
"Lis… aku betul-betul tidak tahu cara membuka pintu aneh itu."
"Huh, kamu itu memang sudah gila rupanya. Baiklah… untuk sementara aku pun akan ikut-ikutan gila, yaitu dengan memberi tahumu cara membukanya. Nah, sekarang dengarkan aku baik-baik, Bois. Untuk membuka pintu itu, kamu tinggal berdiri di depan pintu dan berkata buka pintu"
"Cuma begitu? "
"Ya, cuma begitu. Mudah dan sederhana, bukan?"
"Ya tentu saja, semudah membalik telapak tangan."
Setelah mengetahui itu, aku pun segera melangkah ke pintu dan berkata, "Buka pintu!" Fantastis, saat itu pintu langsung terbuka secara otomatis. Lantas dengan segera, aku pun bergegas meninggalkan kamar Lisa. Dan setibanya di luar, aku betul-betul takjub, ternyata pemandangan indah yang kulihat dari jendela tadi benar-benar nyata. Dalam perjalanan pulang, aku terus terkagum-kagum melihat perubahan yang terjadi pada kompleks permukimanku. Semua posisi rumah masih sama persis dengan di dunia 09, hanya saja arsitekturnya yang jauh berbeda, tampak lebih indah dari yang ada di duniaku.
Hmm… seperti apa ya keadaan rumahku? Mendadak aku teringat dengan ibuku. Duh, gawat! Ibuku pasti marah karena aku pulang pagi. Tapi, apa iya ibuku di dunia ini ibu yang galak? Di dunia 09, ibuku memang ibu yang galak, dan di dunia 101, ibuku adalah ibu yang sangat mencintaiku. Tapi entah di dunia yang satu ini, seperti apa ya ibuku itu? Seketika jantungku pun terasa berdebar kencang lantaran penasaran ingin mengetahuinya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya aku tiba juga di rumah. Saat itu kulihat seorang wanita berbaju hitam tampak berdiri di belakang mobil yang sama sekali tidak mempunyai roda, mobil itu tampak mengambang di atas permukaan tanah. Wew, bagaimana mungkin mobil itu bisa mengambang sedemikian rupa? Tanyaku takjub.
"Bois! Ke sini bantu ibu bawa barang-barang ini ke dalam, Sayang…! Teriak Ibuku perlu bantuan.
Mengetahui itu, lantas aku pun buru-buru mengambil barang-barang yang ada di bagasi dan membawanya masuk. Sambil terus berlalu menuju dapur, kuperhatikan bagian dalam rumahku yang letak ruangannya masih sama, hanya perabotannya saja yang semuanya tampak berubah total. O, ternyata tidak semua. Foto keluarga besar kami yang terpasang di ruangan tengah ternyata tidak berubah secara keseluruhan, hanya posisi, pakaian, dan latar belakangnya saja yang jauh berbeda, namun orang-orang yang ada dalam di foto masih tetap sama.
Setelah meletakkan barang-barang di dapur, aku pun segera kembali menemui ibuku yang kulihat sedang beristirahat di sofa. Aku duduk di samping beliau sambil memperhatikan dandanannya yang menurutku kurang sopan. Terus terang saja, aku tidak suka dengan dandanannya yang tak jauh beda dengan kupu-kupu malam yang sering kulihat di pinggir jalan.
"Sayang…? Tolong ambilkan ibu minum ya!"
"Iya, Bu. Tunggu sebentar!" kataku seraya beranjak mengambilkan minum untuk ibuku. Dan tak lama kemudian, aku sudah kembali. "Ini, Bu?" kataku seraya memberikannya pada beliau, lantas aku pun kembali duduk di sampingnya.
"Terima kasih, Sayang…" ucap ibuku seraya meneguknya hingga setengah.
Hmm… jika kuperhatikan, sepertinya ibuku di dunia ini pun sangat mencintaiku. Namun sayangnya, dandanannya itu sama sekali tidak sesuai dengan keinginanku.
"Sayang…?" panggil ibuku tiba-tiba.
"Ya, Bu," sahutku seraya memperhatikan wajah ibuku yang kulihat tampak bahagia. Bahkan kulihat ibuku tampak tersenyum padaku.
"Selamat Valentine, Sayang," ucap ibuku seraya mencium bibirku.
Deg. Aku sangat terkejut dan cuma bisa terpaku dengan perlakuan ibuku yang demikian.
"Ibu punya hadiah spesial buat kamu, Sayang. Lihatlah…!" kata ibuku seraya memperlihatkan sekotak kado kecil untukku. "Ambil dan bukalah, Sayang…!" pinta ibuku dengan nada yang begitu lembut.
Saat itu aku langsung menuruti keinginannya, dan betapa terkejutnya aku karena isi kado itu sama dengan yang di berikan Lisa padaku. "Bu, kenapa Ibu memberikan benda ini padaku?" tanyaku tidak mengerti.
"Lho, kok kamu bicara begitu sih, Sayang…? Bukankah sekarang ini hari kasih sayang? Dan itu artinya, hari ini kita bisa berhubungan intim?"
"Apa? Itu tidak mungkin, Bu," kataku dengan keterkejutan yang amat sangat. Lantas dengan amarah yang meluap-luap, aku pun langsung mencampakkan hadiah yang ada di genggamanku.
"Kamu kenapa, Sayang? Kenapa sikapmu seperti itu?"
"Bu, Bois betul-betul kecewa sama Ibu. Tidak seharusnya Ibu menginginkan hal yang sangat tercela itu," ucapku kesal seraya berlari ke kamar dan langsung membanting tubuhku di atas tempat tidur.
Saat itu aku benar-benar terpukul, sungguh apa yang baru kualami itu adalah hal yang paling menjijikkan seumur hidupku. Bagaimana mungkin seorang ibu mau melakukan perbuatan itu bersama anaknya, seperti hewan saja, pikirku seraya memperhatikan semua perabotan baru yang ada di kamarku. Hmm… apa ini? Tanyaku heran seraya mengambil sebuah buku tebal yang tergeletak di kepala dipanku. Lantas aku pun segera membacanya. O, ternyata buku tebal itu adalah sebuah kitab suci umat Judatian. Ja-jadi… a-aku yang di dunia ini adalah orang Judatian. Kalau begitu, be-berarti Lisa juga. Hmm… Pantas dia tidak kenal Allah.
"Bois, Sayang…? Boleh Ibu masuk, Nak!" pinta ibuku yang tiba-tiba saja sudah berada di balik pintu.
Saat itu sebetulnya aku enggan bicara dengan ibuku. Namun setelah kupikir-pikir, mungkin saja ibuku telah menyadari kekeliruannya dan mau minta maaf padaku. Karena itulah, aku pun mengizinkannya. "Ya, Bu. Masuk saja," kataku seraya memperhatikan ibuku yang melangkah menghampiriku dan langsung duduk di dekatku.
"Maafkan Ibu, Sayang…! Baiklah… tidak apa-apa jika kamu tidak mau merayakannya bersama ibu. Tapi, ibu betul-betul tidak mengerti, kenapa kini kamu tidak mau merayakannya hari spesial ini. Bukankah setiap tahun kita biasa merayakannya dengan melakukan itu."
Mengetahui itu, aku pun sempat terkejut juga. Gila benar aku yang di dunia ini, masa tiap tahun begituan sama ibu sendiri. Dan karena aku bukanlah dia, lantas aku pun segera menjelaskan perihal incest yang dilarang oleh agama. Sebab, aku yakin tidak ada agama yang membenarkan incest. Saat itu ibuku sempat heran, dan beliau pun menyangka aku gila. Mengetahui itu, aku pun segera menjelaskan kalau aku adalah seorang muslim, dan ajaran yang benar itu adalah Islam. Saat itu ibuku sangat terkejut, kata beliau aku pasti sudah disesatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Dan karena menyangka aku telah disesatkan itulah, lantas ibuku kembali mengingatkanku perihal ayat-ayat yang ada di dalam kitab suci orang Judatian, ibuku menyebutnya kitab Torah. Saat itu beliau pun menceritakan perihal para pelaku incest yang ada di dalam kitab Torah itu. Kata beliau, si pelaku yang ada di dalam kitab Torah justru dimuliakan karena telah melakukan incest. Aku betul-betul terkejut dengan cerita ibuku itu. Karena penasaran, aku pun meminta ditunjukkan perihal ayat yang dimaksud. Lantas dengan senang hati, ibuku pun menunjukkannya padaku. Dan ketika aku membacanya, ternyata benar. Di dalam ayat tersebut diceritakan tentang seorang bapak yang tidur bersama anak-anak gadisnya. Dan mereka semua tidak mendapat ganjaran dosa, mereka justru dimuliakan oleh Tuhan, dan anak dari hubungan incest itu pun lebih dimuliakan lagi. Dialah Valentine, anak yang terlahir dari hubungan insect, yang pada akhirnya menyebarkan agama Judatian. Hmm… pantas saja ibuku mau melakukan perbuatan itu denganku, rupanya di dalam kitab suci itu, Tuhan memang melegalkan perbuatan insect, yang mana pelakunya bisa menjadi mulia. Weleh… weleh… kok bisa ya? Tanyaku tidak habis pikir. Dan aku baru tahu kalau perayaan Velentine di dunia ini pun adalah perayaan keagamaan untuk berhubungan di luar nikah, khususnya insect. Dan jika orang melakukan hubungan intim pada hari Valentine adalah sebuah ibadah yang mendatangkan pahala. Pahalanya dilipatgandakan daripada berzina pada hari-hari biasa. Weleh… weleh… Pantas hari ini perbuatan zina itu menjadi begitu spesial, rupanya karena itu. Bahkan alat pelindung yang berwarna-warni itupun adalah alat pelindung spesial yang mahal harganya, sebab memang khusus di buat hanya saat hari Valentine saja. Sungguh betul-betul negeri yang aneh, komentarku tak habis pikir.
Menyadari ibuku telah menganut ajaran sesat, lantas aku pun berusaha untuk mengajarkan Islam kepadanya. Saat itu aku berharap beliau mau memeluk Islam dan kembali ke jalan yang lurus. Namun ternyata usahaku itu malah di tentang habis-habisan, beliau malah mengira akulah yang sesat karena sudah kerasukan setan. Namun begitu, aku tetap sabar menghadapinya, sebab beliau itu adalah ibuku. Ya, dia memang ibuku. Sebab, walaupun aku tahu kalau sekarang aku bukan di duniaku, namun jika ternyata aku tidak dikembalikan lagi ke dunia 09, maka dunia ini tentu bakal menjadi duniaku. Dan ibuku di dunia ini tentunya juga bakal menjadi ibuku.
Karena kemarahan ibuku itulah, aku pun segera keluar rumah demi untuk menghindari pertengkaran yang semakin memanas. Saat itu, dengan sebuah sekuter yang melayang, aku segera melaju keluar kompleks permukiman. Alamak… aku betul-betul pusing. Maklumlah, selama aku melaju di jalan umum, pemandangan yang kulihat adalah hal-hal yang mengundang birahi. Di sepanjang jalan, banyak sekali billboard ukuran besar yang memperlihatkan iklan yang bergambar porno. Duh, aku betul-betul pusing. Maklumlah, darah mudaku memang tidak mungkin bisa dibohongi untuk tidak bernafsu. Bahkan selama perjalanan aku betul-betul bergairah lantaran sering melihat orang tampak bermesraan tanpa malu-malu.
"Hah, pertunjukan apa itu? Tanyaku setelah melihat ada kerumunan orang yang menyaksikan pagelaran di atas panggung. Alamak… itu kan tarian striptease, kenapa tarian itu bisa disaksikan layaknya orang menyaksikan orkes dangdut. Wedew… lama-lama aku bisa gila juga jika sampai tak mengikuti arus kesesatan di dunia ini. Bayangkan saja, orang bisa seenaknya bercumbu di pinggir jalan tanpa malu-malu dan juga tanpa aling-aling. Dan hal seperti itu tentu saja membuat jantungku berdegup kencang, bahkan dengkulku pun sempat gemetar dan mau copot rasanya. Maklumlah, habis pengen sih. Sungguh apa yang kusaksikan di dunia ini sangat bertolak belakang dengan yang kusaksikan dunia 101, di sini dorongan untuk berbuat dosa begitu kuatnya. Tampaknya aku tidak sanggup lagi untuk terus berlama-lama di sini, sebab apa yang berlaku di sini hampir semuanya bertentangan dengan hati nuraniku. Jika aku melakukannya aku takut sekali mendapat murka Allah, namun jika tidak, tentu aku bisa menjadi gila. Jika aku terus berlama-lama di sini, rasanya tidak mungkin aku mampu bertahan. Di dunia 09 saja, yang kondisinya masih lebih baik dari ini, aku sudah sering pusing lantaran melihat banyak wanita seksi yang bertebaran di jalan umum. Apalagi di sini, yang kondisinya memang sangat mendukung. Bisa-bisa kelak aku pun akan berzinah dengan tanpa merasa berdosa sama sekali.
Karena itulah, aku pun segera pulang ke rumah lantaran tidak tahan lagi. Dan setibanya di rumah, aku langsung masuk kamar. Mulanya sih aku ingin menonton TV, tapi niat itu kubatalkan lantaran aku menduga kalau acaranya juga pasti tidak akan jauh berbeda dengan kebiasaan orang di negeri ini, yang telah begitu mudahnya menuruti nafsu birahi. Sungguh orang-orang di dunia ini adalah hewan paling cerdas yang pernah ada sepanjang sejarah. Ya, orang di negeri ini bukanlah manusia, sebab tidak mungkin ada manusia yang membiarkan dirinya terus dikuasai oleh hasrat primitifnya. Penampilan mereka boleh saja manusia, namun perangai dan jiwanya tetaplah hewan. Sungguh jiwa mereka tak ubahnya seperti jiwa sebuah bangsa pada zaman liar dan kehidupan bebas, layaknya pengembaraan kaum Ibrani pada waktu kenikmatan dan penyelenggaraan percintaan badaniah lebih penting dari rasa takut terhadap Tuhan.
Aku terus berada di kamar hingga akhirnya aku tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi bertemu dengan seorang tua yang berjubah serba putih. Tidak salah lagi, beliau adalah orang yang sama saat memberitahuku perihal dunia 101. Saat itu beliau memberitahuku bahwa aku telah disasarkan lagi ke dunia paralel yang bernama dunia 100. Dia memberitahuku, bahwa dunia 100 pun sebetulnya juga penuh kedamaian, kemakmuran, dan kesejahteraan. Sehingga penduduknya pun bisa hidup tentram, nyaman, dan lapang. Sebab, orang-orangnya adalah orang yang taat kepada aturan Tuhan. Agama Judatian adalah agama yang diridhai Allah di dunia 100, jadi tidak ada yang salah dengan apa yang mereka lakukan. Anak yang terlahir akibat dari hubungan insect sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kode genetika, namun justru sebaliknya, yaitu justru semakin menyempurnakan kode genetika. Di dunia 100, status keturunan tidaklah penting, sebab selain tidak akan mempengaruhi kode genetika, juga tidak ada yang namanya warisan. Di dunia 100 tidak ada virus HIV, tidak ada penyakit kelamin, dan tidak ada istilah cemburu. Karena itulah, standard moral di duniamu tidaklah sama dengan di dunia 100. Perlu kamu ketahui, agama selain Judatian di dunia 100 adalah sesat. Dan agama Judatian itu adalah salah satu agama samawi yang sengaja dibawa oleh orang-orang Yahudi Galed pada saat penyerbuan tentara Romawi ke Judaea lantaran ajaran mereka di nilai sesat. Bahkan orang-orang Yahudi Galed itu juga tidak dikehendaki kehadirannya belahan dunia mana pun, kecuali hanya di Indonesia yang saat itu orang-orangnya adalah para penganut animisme. Dan sejak itulah, agama Judatian terus berkembang pesat hingga akhirnya menguasai dunia. Karena itulah Indonesia di dunia 100 tampak jauh lebih maju, sebab pemerintahan di negeri itu adalah orang-orang yang taat kepada perintah Tuhan. Nama Tuhan mereka di dunia 100 bukanlah Allah, melainkan ‘Eloh’ yang artinya sama juga dengan Allah.
Begitulah Allah dengan kuasa-Nya bisa menjadikan dunia ciptaan-Nya seperti apa yang dikehendaki-Nya, sehingga apa yang menurutmu ideal di dunia 101 sama sekali tidak ideal di dunia 100. Dunia 100 adalah model kehidupan bersosial yang sempurna untuk dunia 08, dan dunia 101 adalah model kehidupan bersosial yang sempurna untuk dunia 09. Karena itulah di dunia 09, hanya Islam-lah agama yang diridhai Allah, yaitu satu-satunya agama yang ajarannya memang paling sempurna dan tidak akan bertolak belakang dengan sistem kehidupan bersosial yang sudah ditetapkan Tuhan. Karena itulah, jika kamu ingin kehidupan bersosial di duniamu tidak bertentangan dengan sistem Tuhan, maka usahakanlah untuk bisa mengikuti modelnya yang sempurna, yaitu dunia 101.
Begitulah mimpiku itu, hingga akhirnya aku bisa mengerti kenapa di duniaku sering sekali terjadi pertumpahan darah, sering sekali terjadi percekcokan sesama saudara, rupanya mereka saling mempertahankan idealismenya masing-masing yang menurut mereka sangat ideal jika diterapkan di dunia 09. Intinya adalah mereka memaksakan model kehidupan bersosial yang tercipta di benaknya masing-masing berdasarkan nafsunya, bukanlah berdasarkan model yang sebenarnya, yaitu dunia 101 yang cetak biru adalah sama-sama Al-Quran. Padahal Rasulullah sudah membuktikan model dunia 101, dan terbukti setelah itu kehidupan manusia pun menjadi jauh lebih baik. Namun sayangnya, kebanyakan orang sekarang sudah melupakan model yang sempurna itu. Sekarang ini mereka justru semakin mengarahkannya mengikuti model dunia 100, yang sistemnya jelas tidak mungkin ideal jika diterapkan untuk dunia 09. Dengan dalih demokrasi, dengan dalih HAM, dan dengan dalih ketidakcocokan zaman, mereka terus berusaha keras untuk menolak Sistem Kekhalifahan yang dengan Syariat Islam-nya justru bisa membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik. Sebab, sistem kekhalifahan dengan Syariat Islam-nya adalah model yang nyata dari cetak biru dunia 09, yaitu Al-Quran. Sebuah kitab suci yang telah disempurnakan agar manusia bisa menciptakan sistem kehidupan bersosial tanpa berdasarkan nafsunya, melainkan berdasarkan petunjuk-Nya.
Di pagi hari saat aku terbangun, aku betul-betul terkejut lantaran mengetahui bed cover alas tidurku berwarna merah jambu. Dan aku semakin terkejut ketika di sebelahku ada seorang gadis manis yang sedang terlelap. Li-lisa… Deg. Detak jantung seakan terhenti, saat itu aku baru menyadari kalau aku dan Lisa sama-sama tidak berbusana. Kuperhatikan keadaan di sekelilingku, dan ternyata aku sedang berada di kamar Lisa yang ada di dunia 09. O my God. Ti-Tidaaakkkk….!!! Teriakku dalam hati.