E-Book dan Game Gratis

E-book                      Game & Software
Bagi anda yang ingin membaca secara offline, silakan download format e-book-nya di sini!

Origami = Poligami


===================================================
KISAH DUNIA PARALEL
===================================================
Sebuah cerita fiksi yang ditulis oleh Bois, penulis copo yang masih harus banyak belajar. Cerita ini hanyalah sarana untuk mengilustrasikan makna di balik kehidupan semu yang begitu penuh misteri. Perlu anda ketahui, orang yang bijak itu adalah orang yang tidak akan menilai kandungan sebuah cerita sebelum ia tuntas membacanya.

Salurkan donasi anda melalui:
Bank BCA, AN: ATIKAH, REC: 1281625336
 ==================================================


Origami = Poligami

Setelah membaca tulisan soal Origami, aku jadi ingat sewaktu masih di SMA dulu, yaitu ketika kami dikunjungi oleh seorang selebritis. Ceritanya begini… Waktu itu, aku dan teman-teman sedang asyik mengikuti pendidikan seks yang diajarkan oleh guru agama kami. Saat itu kami semua cekakak-cekikik, ketawa-ketiwi, malu-malu… tapi mau, terus mendengarkan sang ibu guru dengan penuh antusias. Hingga akhirnya, "Nah, untuk kalian anak laki-laki. Ibu harap kalian bisa bertanggung jawab untuk tidak melakukan hubungan seks diluar nikah, sebab hal itu sangat beresiko dan bisa membuat masa depan kalian hancur berantakan. Kalian masih ingatkan mengenai dampak negatif yang sudah ibu jelaskan tadi?" "Masih Bu!" jawab Rahman seorang diri. Maklumlah, saat itu aku dan teman-teman tampaknya sudah lupa dengan berbagai dampak negatif yang dikatakan ibu guru tadi. Sebab, saat itu kami cuma mampu mengingat berbagai hal yang menurut kami lucu dan membuat kami penasaran. Entahlah… kenapa saat itu pola pikir kami bisa berbeda dengan Rahman yang memang terkenal sebagai anak paling alim di kelas kami? Kenapa ya dia itu bisa selalu mengingat perkara yang menakutkan seperti itu? Padahal, saat itu kami betul-betul sudah melupakannya¾melupakan berbagai penyakit yang kata ibu guru sangat berbahaya, seperti aids dan raja singa misalnya. Juga soal pernikahan dini yang tak terencana karena kecelakaan, yang kata ibu guru bisa berbuntut pada ketidakharmonisan rumah tangga lantaran ketidakkesiapan menikah. Lho… kenapa sekarang aku malah jadi mengingat itu? Hmm… mungkinkah itu salah satu keuntungan menulis, yaitu bisa membuat orang teringat kembali dengan berbagai hal yang pernah terlupakan. Entahlah…? "Nah, untuk kalian anak-anak perempuan," kata ibu guru lagi melanjutkan. "Eng… Ibu berpesan, kiranya kalian bisa menjaga keperawanan kalian hingga menikah nanti. Sebab, keperawanan itu adalah bukti kalau kalian adalah perempuan yang kuat dan terhormat, perempuan baik-baik yang mempunyai harga diri dan tidak murahan bak barang obralan. Selain itu, kalian juga sudah ikut berpartisipasi guna melanggengkan citra perempuan timur yang terkenal sangat beradab. Janganlah kalian meniru kehidupan orang di belahan dunia sana yang sudah tidak lagi menghargai arti sebuah keperawanan, layaknya seperti hewan yang memang tidak beradab. Ketahuilah duhai anak-anakku, sesungguhnya keperawanan itu adalah karunia Tuhan yang tak ternilai harganya, yang dengan penuh kasih sayang telah diciptakan untuk melindungi kalian. Karenanyalah, sekali lagi ibu berpesan kiranya kalian bisa menjaga karunia Tuhan itu hingga malam pengantin kalian kelak. Eng, satu lagi…" Belum sempat Ibu guru melanjutkan, tiba-tiba terdengar ketukan yang cukup keras. Saat itu, Ibu guru langsung beranjak menemui orang yang mengetuk pintu. Tak lama kemudian, beliau sudah berdiri di depan kelas bersama seorang pemuda ganteng yang saat itu langsung disambut dengan teriakan histeris kaum cewek. Dasar… cewek-cewek emang pada ganjen, gak boleh liat cowok ganteng dikit, trus langsung deh pada histeris gitu. Heran… padahal tuh cowok tidak ganteng-ganteng amat, yang jelas masih lebih gantengan aku kena-mana (PD aja dah), pikirku jealous waktu itu. Karena penasaran, aku pun segera bertanya pada teman sebangkuku, "Eh, Lis? Kenapa sih cewek-cewek pada histeris gitu. Memangnya siapa sih tuh cowok, kok bisa bikin heboh gitu?" "Lho kamu ini gimana sih, dia itu kan salah satu anggota F16." "Apa? Anggota F16? Hmm… mungkin maksud kamu, dia itu personil angkatan udara F16. Iya kan? Sungguh aku betul-betul tidak menyangka kalau dia ternyata hebat juga, masih muda sudah bisa jadi pilot pesawat tempur." "Dasar oon… dia tuh bukan pilot tau, tapi anggota boys band." "Lho, masa sih. Memangnya ada boys band yang namanya F16?" tanyaku bingung. "Kamu tuh kuper banget sih. Masa F16 aja tidak tau. Makanya, kamu tuh skali-skali kudu nonton TV, jangan buku mulu diplotoitin. Eh, Bois. F16 itu boys band yang lagi tenar tau. F itu artinya "Freedom" dan 16 itu usia saat mereka membentuk boys band." Mengetahui itu, aku kian bertambah bingung. Dan untuk meredakan kebingunganku, aku pun lantas jadi negative thinking. Wah, si Lisa ini emang sudah edan rupanya. Perasaan selama ini aku sudah sering banget nonton TV, tapi kenapa tidak ada berita soal F16. Wah, kasian juga ini anak… kayaknya kudu cepet-cepet dibawa ke rumah sakit jiwa. Mmm… Belum sempat aku berpikir lebih lanjut, tiba-tiba… "Hai teman-teman semua… Mohon perhatiannya ya!" pinta cowok ganteng tadi seraya mengambil selembar kertas dan kembali berkata, "Nah… teman-teman sekalian. Mungkin di antara kalian masih ada yang bertanya-tanya, sebenarnya untuk apa selembar kertas yang baru dibagikan itu. Karenanyalah, untuk lebih jelasnya saya akan mengemukakan sedikit mengenai hal itu. Eng… sebenarnya kedatangan saya ke sini adalah untuk mengampanyekan perihal bahaya narkoba dan seks bebas, juga mau mengajarkan kalian tentang seni melipat kertas, yaitu sebuah seni yang bisa mengalihkan pikiran kalian dari hal-hal negatif. Karenanyalah, sekali lagi saya mohon perhatian kalian untuk dapat mengikuti pelajaran seni melipat kertas ini dengan baik. Nah teman-teman sekalian… Kini saya persilakan kalian untuk memegang kertas itu, kemudian ikuti saya untuk melipatnya step by step! Oke, skarang mari mulai dengan lipatan pertama!" kata cowok ganteng itu seraya mulai melipat kertas miliknya. Aku pun segera mengikuti apa yang dia lakukannya, yaitu dengan melipat kertasku sesuai petunjuknya, lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… lipat… dan lipat, hingga akhirnya jadilah seekor monyet. Lho kok bisa sih? tanyaku heran. Belum hilang rasa heranku, cowok ganteng yang katanya anggota F16 itu segera memberikan instruksi selanjutnya, "Nah… teman-teman. Sekarang coba deh untuk mewarnai hewan monja yang sudah kalian buat itu. Boleh bermotif loreng, totol-totol, atau motif apa saja yang kalian suka! Pokoke seenae udele dewe." Mengetahui itu, alisku langsung merapat. Lho kok monja sih, ini kan seekor monyet? tanyaku bingung. Wah, ini orang emang tidak pernah makan bangku skolaan rupanya. Masa monyet dibilang monja. Dasar bego. "Eh, Bois. Monja kamu mo diberi warna apa?" tanya Lisa kepadaku. "Wah, ini anak kenapa jadi ikut-ikutan bego?" tanyaku dalam hati semakin bertambah bingung. Ternyata yang bego itu bukan hanya Lisa, tapi juga Wati, Lara, Sinta, dan semua teman-teman di kelasku. Wew, ternyata semuanya sudah ketularan bego, termasuk Ibu guruku yang mengatakan kalau monja yang sudah selesai diwarnai segera dikumpulkan untuk dinilai. "Heran… sebetulnya apa yang telah terjadi, kenapa tiba-tiba orang di kelas ini jadi bego semua?" tanyaku dalam hati seraya memukul-mukul kepalaku sendiri. Belum hilang rasa heranku, cowok ganteng anggota F16 itu sudah kembali berkata-kata. "Nah, teman-teman. Itulah seni melipat kertas asal India yang bernama poligami. Semoga dengan kegiatan melipat kertas tadi, kalian bisa mengalihkan pikiran dari hal-hal yang negatif, dan juga bisa membuat kalian tambah kreatif. Atas segala perhatiannya saya ucapkan terima kasih banyak, sampai jumpa dilain kesempatan," kata cowok ganteng itu seraya buru-buru pamit meninggalkan kelas lantaran dia tahu kalau ada beberapa cewek yang tampak mulai agresif. Saat itu aku tidak begitu mempedulikan cewek-cewek ganjen yang lagi pada agresif itu, yang entah kenapa tiba-tiba saja kembali berteriak histeris dan langsung berlari¾mengejar cowok ganteng anggota F16 itu. Entah mereka mau minta tanda tangan, atau mo minta cium, sebodo teuing lah. Pokoknya aku tidak mau peduli. Kini yang menjadi perhatianku adalah mengenai kata poligami itu. "Sungguh betul-betul mengherankan… Perasaan seni melipat kertas itu bernama origami dan berasal dari Jepang. Aneh… kenapa tadi dia menyebutnya poligami dan berasal dari India?" tanyaku penuh kebingungan. "Eh, Bois? Nanti pulang sekolah temenin aku ke perpus ya, soalnya aku mo cari bahan buat menyelesaikan tugas paper-ku mengenai oriklinik!" pinta Lisa kepadaku. Weleh… weleh… apa pula itu oriklinik? tanyaku dalam hati dengan kepala yang semakin bertambah nyut-nyutan. Nah, pembaca yang budiman. Begitulah ceritaku soal poligami, eh origami. Dulu aku memang sempat bingung dibuatnya, namun sekarang sudah tidak lagi. Sebab, kini aku sudah mengetahui kalau sebenarnya waktu itu aku telah nyasar ke dunia paralel dengan tanpa kusadari, yang mana kalau di dunia kita, seni melipat kertas itu adalah origami yang berasal dari Jepang. Namun di dunia sana, orang menyebutnya poligami dan berasal dari India. Memang seperti itulah yang terjadi di dunia paralel, semua tampak sama, namun ternyata ada yang berbeda. Dunia paralel adalah dunia yang serupa tapi tak sama. O ya, itu bukanlah satu-satunya pengalamanku di dunia paralel. Selain itu, masih ada lagi pengalaman lain yang tak kalah membingungkan. Mau tau ceritanya lainnya, nantikan saja cerita selanjutnya…!