E-Book dan Game Gratis

E-book                      Game & Software
Bagi anda yang ingin membaca secara offline, silakan download format e-book-nya di sini!

Cinta Maya [ Bagian I ]


===================================================
CINTA MAYA
===================================================

Sebuah cerita fiksi yang ditulis oleh Bois, penulis copo yang masih harus banyak belajar. Cerita ini hanyalah sarana untuk mengilustrasikan makna di balik kehidupan semu yang begitu penuh misteri. Perlu anda ketahui, orang yang bijak itu adalah orang yang tidak akan menilai kandungan sebuah cerita sebelum ia tuntas membacanya.

Salurkan donasi anda melalui:
Bank BCA, AN: ATIKAH, REC: 1281625336
 ==================================================

Bagian I

Click! Click! Click! Suara mouse terdengar saat Maya sedang mengaktifkan menu status karakter game online miliknya. "Asyik… kini level karakterku sudah memenuhi syarat untuk memasuki dunia gaib," kata Maya bersorak dalam hati.
Sungguh wanita itu betul-betul gembira karena perjuangannya di dunia game selama ini ternyata tidak sia-sia, dan tak lama lagi dia sudah bisa memasuki alam gaib yang lebih seru dan menegangkan. Namun sebelum dia bisa memasuki alam itu, ternyata dia harus mempunyai mantra perpindahan lebih dulu. "Sial… ternyata untuk mendapatkan mantra itu tidaklah mudah," Maya mengeluh.
Maklumlah, syaratnya untuk mendapatkan mantra itu diharuskan mengumpulkan 3 macam jenis bebatuan, yaitu merah delima, jambut, dan safir. Masing-masing harus berjumlah 500 buah. "Huh, ini sih nyiksa diri namanya. Masa harus sebanyak itu. Ampun deh…" Maya lagi-lagi mengeluh.
Kini wanita itu tampak mendudukkan karakternya di bawah pohon yang lebat, saat itu dia mulai putus asa lantaran harus menjalankan tugas yang baginya begitu berat. Di tengah keputusasaannya, tiba-tiba dia mendengar derap kaki kuda mendekat.
"Hmm.. siapa kesatria itu? Sepertinya dia itu level tinggi," duga Maya dalam hati sambil terus memperhatikan karakter kesatria berkuda di layar monitornya.
Tak lama kemudian, si kesatria berkuda itu sudah berdiri di hadapan karakter milik Maya. Dia berdiri dengan gagah sambil memamerkan pedang yang baru didapatnya. "Lihatlah pedangku ini, bagus tidak? Tadi aku mendapatkannya ketika melawan monster Unggara," tanya kesatria berkuda itu.
"Mmm… Bagus juga. Ngomong-ngomong, kakak level berapa?" tanya Maya pada kesatria yang ternyata bernama Harsya.
"Baru 120," jawab Harsya.
"Bohong… Jika melihat dari pakaianmu kau pasti sudah lebih dari 140."
"Hehehe…! Aku level 142. O ya, ngomong-ngomong kenapa tidak berburu?"
"Wah, males…" jawab Maya sekenanya.
"Kok males?"
"Iya nih. Masak aku harus mengumpulkan 1500 buah batu."
"Hehehe…! Syarat untuk mendapat mantra perpindahan kan?"
Maya menganggukkan karakternya.
"Kalau begitu mau kubantu?"
Mengetahui itu, Maya langsung bersorak dalam hati, sungguh kesempatan ditolong oleh level yang lebih tinggi adalah peluangnya untuk lebih mudah mendapatkan mantra perpindahan.
"Tentu saja, Kak. Aku mau sekali," jawab Maya bersemangat.
"Sudah kuduga, kau memang salah seorang kesatria yang manja. Maaf! Aku tidak bisa membantumu, sebab akan membuatmu semakin manja"
Mengetahui itu, Maya langsung memasang tampang geram, "Dasar pembohong… teganya kau mempermainkan aku. Padahal, tadi aku sudah begitu senang karena kau mau menolongku. Sungguh aku membencimu!"
"Kok ngambek…?"
"Sudah sana pergi! Aku tidak mau melihat tampangmu lagi."
"Idih… Ngambek betulan."
"Huh, kalau kau tidak pergi, biar aku yang pergi," kata Maya seraya melangkah menjauh.
"Non…! Mau kubantu tidak?" panggil Harsya tiba-tiba.
Mengetahui itu, Maya langsung menghentikan langkahnya, kemudian segera menghampiri kesatria tampan itu. "Betul kau mau membantuku?" tanyanya penuh pengharapan.
Saat itu Harsya bukannya menjawab, tapi malah cengengesan.
"Huh! Lagi-lagi kau telah mempermainkanku, dasar penipu…" ucap Maya semakin jengkel seraya kembali menggerakkan karakternya untuk melangkah menjauh.
"Eh, Non! Tunggu…!" tahan Harsya tiba-tiba.
Saat itu Maya tidak mempedulikannya, dia terus menggerakkan karakternya melangkah semakin jauh. Mengetahui itu, Harsya segera naik ke pelana kuda dan buru-buru mengejarnya.
"Eh, Non…! Jangan ngambek dong! Tadi itu aku cuma bercanda. Ketahuilah, kalau aku memang mau membantumu."
"Au ah, aku tidak peduli."
"Please, Non! Kau jangan marah padaku! Sungguh aku memang mau membantumu."
Mendengar itu, Maya pun menghentikan langkahnya. "Awas ya…! kalau kau berani mempermainkanku lagi," ancamnya kemudian.
"Hehehe…! Ternyata kau ini wanita yang gampang marah ya. Aku janji tidak akan mempermainkanmu lagi. Ketahuilah, sebetulnya aku tidak mau terlibat dengan membantumu mencari bebatuan itu. Tapi karena suatu sebab, terpaksa aku mau melakukannya," jelas Harsya seraya turun dari atas kudanya.
"Kenapa?" tanya Maya heran.
"Sebab RP-ku bisa turun karenanya."
"Apa itu RP, dan kenapa bisa begitu?"
"Tahu kenapa aku memilih karakter kesatria R-Warrior ini?"
"Tidak. Aku juga heran, kenapa kau memilih karakter itu? Setahuku karakter itu tidak bisa menggunakan atribut sihir, dan karenanyalah tidak banyak orang yang memilihnya, sebab karakter itu tidak akan hebat."
"Siapa bilang tidak akan hebat. Ketahuilah, pada karakterku ini selain ada yang namanya KP (Karomah Point) juga ada yang namanya RP (Religion Point). KP-ku bisa terisi jika RP-ku sudah berada di atas 75%. Kekuatanku sangat bergantung pada RP-ku ini, jika aku mampu mempertahankan RP-ku di atas 75% maka siapa pun sulit untuk bisa melukaiku. Sebab, KP-ku tentu akan senantiasa terisi. Jika sudah begitu, ketika aku sedang terdesak di dalam sebuah pertempuran, maka KP-ku akan bekerja, yaitu dengan mengeluarkan sebuah kekuatan dasyat yang bisa melindungiku. Tapi jika RP-ku lagi turun, maka dengan mudahnya aku bisa di bunuh. Dan untuk mengisi RP ini tidaklah mudah, sebab aku harus sering menolong orang yang mengalami kesusahan. Selain itu, RP-ku bisa juga terisi dengan melakukan berbagai ritual yang sudah ditentukan. Namun RP ini bisa juga turun, tentunya jika aku melakukan tindakan yang bertentangan dengan atribut yang ada di karakterku."
"Hihihi...! Karaktermu itu seperti orang yang beragama saja. Tidak seperti karakterku, yang MP-nya (Mana Point), bisa diisi dengan mudah."
"Ya begitulah. Sebab, atribut R pada R-Warrior adalah singkatan dari Religion. Ketahuilah! Permainan di game online yang satu ini memang agak unik, sebab dibuat oleh seorang programmer muslim yang ulung, dia membuatnya sendiri tanpa bantuan siapa pun, dari pembuatan engine-nya sampai ke-art game-nya, baik itu mesh modelnya, skin texturenya, dan masih banyak lagi. Dia membuat game online ini dengan tujuan untuk memahami arti kehidupan."
"Memahami arti kehidupan? Maksudmu?"
"Subhanallah… Ternyata sistem komputerisasi yang kita kenal sekarang adalah bagian dari skenario Allah guna memberi pemahaman kepada manusia mengenai kitab Lauhul Mahfuzh, dan dengan adanya sistem komputerisasi yang diilhami kepada manusia itu pula, akhirnya manusia bisa memahami berbagai takdir yang mana memang sudah ditetapkan di dalam kitab itu. Karena itulah, si programmer muslim mencoba membuat sebuah perumpamaan yang bisa memudahkan manusia dalam mencerna perihal takdir dengan baik sehingga manusia bisa memahami arti kehidupan. Walaupun aku tahu si programmer tidak mungkin bisa tahu pasti bagaimana dan seperti apa Lauhul Mahfuzh itu sebenarnya, apakah memang bentuk seperti listing pemprograman komputer yang kita kenal sekarang atau tidak. Sebab, listing program yang kita kenal sekarang adalah ciptaan Allah juga, yang mana telah diilhamkan kepada manusia demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Wallahu’alam…

An Naml 75. Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).

Al Hadiid 22. Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Al An'aam 38. Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
[472]. sebahagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul Mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam lauhul mahfudz.

Al An'aam 59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"

Demikianlah kitab Lauhul Mahfuz itu, mirip sekali dengan Listing Program Komputer yang kita kenal sekarang, walaupun Lauhul Mahfuzh itu jelas sangat jauh, jauh, jauh lebih kompleks," jelas Harsya Panjang lebar.
"Duh, aku masih belum mengerti, Kak," kata Maya terus terang.
"Baiklah…" kata Harsya seraya menarik nafas panjang, kemudian dia segera melanjutkan kata-katanya. "Begini saja, untuk lebih mempermudah pemahamanmu, marilah kita bandingkan Listing Program Lauhul Mahfuzh itu dengan Listing Program Game Online yang dibuat oleh si programer muslim ini, yang mana setiap objek yang ada di dalam game online ini jelas sudah ditentukan oleh programmernya. Dari keadaannya dunianya, waktunya, skenarionya, berbagai karakternya, hingga sampai ke berbagai perlengkapan karakternya. Dan si programmer-lah yang mengendalikan sepenuhnya mengenai apa yang ada di dunia game, apakah ia akan menambahkan karakter baru, membuat dunia baru, atau membuat skenario baru. Sesungguhnya banyak sekali yang bisa dilakukan oleh seorang programmer guna bisa membuat dunia game seperti yang diinginkannya.
Karena itulah, sebagai penguasa di dunia game, tidak mustahil seorang programmer bisa mengetahui apa yang sudah terjadi. Sebab, semua yang telah terjadi di dunia game akan selalu tersimpan di dalam data basenya. Selain itu, dia juga bisa mengetahui apa akan terjadi kemudian. Sebab, dialah yang membuat data base skenarionya. Namun sayangnya, seorang programmer tidak mungkin bisa mengetahui isi hati seorang gamer (manusia yang memainkan program game buatannya). Sebab, memang bukan programmer yang menciptakan manusia, sehingga mustahil baginya untuk bisa mengetahui isi hati manusia. Itulah hal mendasar yang membedakan antara Dunia Game Online buatan programmer, dan Dunia Kita ciptaan Allah. Karena itulah kita tak usah heran, kalau Allah itu adalah Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segalanya, termasuk isi hati setiap manusia. Sebab, Allah-lah yang telah memprogram dunia kita beserta isinya, termasuk kita, dan semuanya itu telah ditulis-Nya di dalam sebuah kitab yang bernama Lauhul Mahfuzh," jelas Harsya lagi panjang lebar.
"Wah, jadi si progammer itu seperti Tuhan saja. Tuhannya para gamer di dunia game." Maya berkomentar.
"Ya, seperti itulah. Karena itu, para gamer yang bermain game online pun mirip sekali dengan wujud gaib kita yang bernama Roh. Di dalam dunia game, gamer hanya bisa berkuasa sebatas mengendalikan karakter miliknya guna menaikan level karakter yang dimainkannya, yaitu dengan cara mengemban misi pada setiap skenario yang sudah ditetapkan oleh sang programmer. Begitupun dengan diri kita di dunia yang fana ini, yang mana telah ditugaskan untuk menjadi khalifah guna menaikkan level kemuliaan kita, yaitu dengan cara bertakwa kepada Allah.

Al Anfaal 17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Jelas sekali diterangkan dalam ayat tersebut, kalau manusia memang tak berkuasa apa-apa. Sebab, segala aktifitas manusia memang sudah terprogram, termasuk aktifitas yang ada pada ayat itu, yaitu membunuh dan melempar, yang mana keduanya adalah bagian dari ciptaan Allah. Karenanyalah memang sudah sepantasnya Allah berbicara begitu, dengan maksud agar manusia jangan menyombongkan diri terhadap "kemampuan fisik yang dimilikinya", karena sesungguhnya kemampuan itu semata-mata karena Allah yang menggerakkannya. Selain itu, Allah juga telah membantu memenangkan skenario itu dengan mengirimkan malaikat-Nya lantaran adanya usaha manusia yang telah meminta pertolongan-Nya. Karenanyalah, pantaskah manusia menyobongkan diri padahal kemenangan itu semata-mata karena pertolongan Allah? Untuk lebih jelasnya, coba kau perhatikan karakter milikmu itu. Apakah karakter itu bisa bergerak karena digerakkan olehmu?" tanya Harsya pada Maya
"Tentu saja, sebab jika aku diamkan tidak mungkin karakterku ini bisa bergerak," jawab Maya yakin.
"Aku sudah menduga, orang awam sepertimu pasti akan menjawabnya begitu. Namun bagiku, yang mana telah sedikit memahami dunia pemprograman tentu saja akan menjawabnya bukan, sebab pada kakekatnya bergeraknya karakter itu disebabkan adanya program pergerakan interaktif yang dibuat oleh si programmer. Jika programmer tidak membuat program pergerakan interaktif itu, mustahil gamer bisa menggerakkan karakternya. Karena itulah, di dalam dunia kita ini, kita sama-sekali tak berkuasa untuk menggerakkan seluruh anggota badan kita. Jangankan untuk menggerakkan seluruhnya, membuka kelopak mata saja pada hakekatnya kita tidak akan sanggup. Sesungguhnya kekuasaan yang Allah berikan kepada manusia hanyalah sebatas mengendalikan perangkat akal, yaitu manusia diberi hak istimewa untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan oleh sebab itu pula, hakikat kehidupan di dunia ini hanyalah memilih takdir, yang mana telah ditetapkan oleh Allah sebelum manusia diciptakan. Jadi jelas sekali, apapun pilihan manusia merupakan takdir yang memang harus dijalaninya," jelas Harsya panjang lebar.
"Wah, jadi apa yang kita lakukan di dalam kehidupan sehari-hari ternyata sudah diprogram, dan semua itu tak ubahnya seperti kita melakukan berbagai pilihan di dalam permainan game online ini," komentar Maya atas penjelasan Harsya tadi.
"Ya, begitulah kira-kira. Sebab, kehidupan kita di dunia nyata pada hahekatnya memang sebuah permainan."
"Wah wah wah… Jadi, kehidupanku yang selama ini kuanggap nyata ternyata hanya sebuah permainan yang sudah terprogram, dan Tuhan-lah yang memprogramnya."
"Tepat sekali. Karena itulah, peraturan dalam game online ini pun dibuat menyerupai kehidupan nyata, sehingga setiap karakter yang beratribut R tidak bisa seenaknya bertindak, sebab bisa mempengaruhi RP."
"O, kini aku mengerti kenapa pada mulanya kau tidak mau membantuku. Lalu, kenapa tadi kau bilang mau membantuku?"
"Entahlah... aku juga tidak mengerti. Kenapa aku mau saja membantumu yang dari golongan penyihir. Mungkin itu karena..." Kesatria tampan itu tak melanjutkan kata-katanya, dia malah melangkah menghapiri sebuah pohon besar dan duduk di bawahnya.
"Karena apa, Kak?" tanya Maya penasaran seraya duduk di bawah pohon yang sama.
"Sudahlah, aku tak mau mengungkapkannya."
"Kau menyukaiku, ya?"
"Wuih, GR! Maaf ya! Kau itu bukan tipeku."
"Sudahlah…! Aku tidak peduli apakah kau menyukaiku atau tidak, yang terpenting adalah kau mau membantuku mencari bebatuan itu," kata Maya terus terang.
"Kalau begitu, ayo kita berangkat!" ajak Harsya seraya naik ke atas kudanya. "O ya, biar lebih cepat sebaiknya kau membonceng bersamaku," ajak kesatria itu lagi seraya menjulurkan tangannya membantu Maya naik ke pelana."
"Kita akan pergi ke mana, Kak?" tanya Maya yang kini sudah duduk di belakang Harsya.
"Kita akan pergi ke Lembah Hijau, setahuku di sana banyak terdapat batu zambrut," jelas Harsya seraya menghentakkan kekang kendali kudanya.
Kini kuda yang mereka tumpangi tampak mulai menyusuri jalan setapak yang berada di lereng bukit. Kuda itu tampak begitu bersemangat, terus berlari dengan kecepatan tinggi melintasi tebing yang kian mendaki.
Beberapa menit kemudian, kuda yang mereka tumpangi akhirnya tiba di tempat tujuan. Kini Harsya dan Maya sedang asyik menikmati pemandangan indah yang ada di tempat itu. Sungguh pemandangan di tempat itu memang begitu indahnya. Kabut tipis tampak membayang di sela-sela pepohonan yang menghijau dan membuat suasana terasa begitu menyejukkan mata, sedang di kejauhan tampak aliran sungai yang berkelok-kelok, dengan airnya yang tampak jernih menyegarkan. Ditambah lagi dengan kicauan burung yang bernyanyi riang, semakin lengkaplah suasana yang terasa menentramkan jiwa.
Setelah puas menikmati pemandangan lembah yang indah itu, mereka pun segera turun ke dasar lembah. Beberapa menit kemudian, "Itu dia, para Monbahi! Biasanya batu zambrut di pegang oleh mereka. Kalau begitu ayo kita habisi mereka!" ajak Harsya seraya turun dari atas kuda dan segera membantu Maya turun dari pelana.
Tak lama kemudian, kesatria R-Warrior itu sudah bergerak menyerang Monbahi, yaitu monster batu hijau yang bertubuh tambun. Pada saat yang sama, Maya pun tak mau ketinggalan, dia segera ikut menyerang hingga akhirnya beberapa Monbahi berhasil dibunuhnya. Kedua kesatria itu terus bertarung dengan gagah berani, hingga akhirnya. "Berikan item itu padaku!" pinta Harsya ketika mengetahui sebuah item bagus terlontar dari salah satu monster yang dibunuhnya.
"Enak saja, kan aku yang mendapatkannya,"
"Iya… tapi aku yang membunuh monsternya,"
"Tidak bisa, item ini milikku."
"Dasar… Apa kau tidak tahu etika satu team, kalau item bagus itu harus diberikan kepada leader team."
"Tidak," jawab Maya pura-pura bodoh.
"Dasar… kalau tau begitu mending aku tidak membantumu," ucap Harsya jengkel.
"Hallo manis…!" sapa seorang kesatria tiba-tiba. Dia tampak duduk di atas kuda hitam dengan mengenakan baju zirah berjubah hitam dan perak.
"Hallo kakak!" balas Maya pada kesatria yang kini berdiri dihadapannya.
"Boleh aku ikut denganmu?" tanya kesatria yang ternyata bernama Rider.
"Eng… Memangnya Kakak level berapa?" tanya Maya menyelidik.
"Aku level 150."
"Wah, kalau begitu dengan senang hati, Kak. Dengan ikutnya Kakak, itu artinya pekerjaan kami akan menjadi lebih mudah."
"O ya, leader-nya temanmu itu kan?" tanya Rider.
"Benar, Kak. Leader-nya si Harsya," jawab Maya,
"Kalau begitu, keluar dari teamnya! Biar kau saja yang menjadi team leader-nya!"
"A-aku sebagai leader-nya?"
"Ya, dengan demikian kalau ada item bagus bisa menjadi milikmu. Bukankah itu yang dikatakan temanmu tadi?"
"Kau benar, Kak," kata Maya segera keluar dari team Harsya dan membuat team yang baru.
Setelah memasukkan Rider ke dalam teamnya, lantas ia pun segera memasukkan Harsya ke dalam teamnya. Tak lama kemudian, Maya dan Raider tampak mulai berburu. Entah kenapa, pada saat yang sama, Harsya bukannya ikut berburu, tapi malah melangkah menuju sebuah pohon besar.
Beberapa menit telah berlalu, saat itu Maya dan Rider masih terus berburu dan berburu, mereka tampak bersemangat membantai para monster dengan gagah berani. Sementara itu Harsya masih juga belum ikut berburu, kini dia malah asyik tidur-tiduran di bawah pohon besar tadi. Mengetahui itu, Rider pun tampak jengkel dan tidak tinggal diam. "May, kenapa dengan temanmu itu? Dari tadi kulihat dia itu tidur-tiduran saja, dia sama sekali tidak membantu kita. Kalau begitu, sebaiknya kita tinggalkan dia, biar kita berdua saja. Sebab, percuma saja mengajak orang seperti dia."
"Ja-jadi.. Aku harus bagaimana, Kak?" tanya Maya.
"Hmm… Bagaimana kalau sekarang kau kick dia!"
"Ta-tapi, Kak…"
"Sudahlah! Cepat kick dia! Jika tidak, terpaksa aku yang keluar."
Mendapat ancaman itu, Maya pun takut bukan kepalang. Sebab jika Raider tidak lagi bersamanya, bagaimana mungkin dia bisa mengumpulkan batu dan naik level dengan cepat. Maklumlah, Raider memang lebih jago ketimbang Harsya. Dia itu bisa membunuh tiga monster batu hijau sekaligus hanya dengan menggunakan sekali saja ilmu petir berantai yang keluar dari tongkat sihirnya. Sedangkan Harsya, harus menggunakan tiga kali sabetan pedang untuk bisa membunuh satu monster. Sungguh perbandingan yang lumayan jauh. Karena pertimbangan itulah, akhirnya Maya mau menuruti apa yang dikatakan Raider.
"Baiklah, kalau begitu aku akan kick dia," kata Maya setuju.
Sementara itu, Harsya yang ternyata masih kesal lantaran itemnya di ambil Maya tampak terkejut ketika mengetahui dirinya dikeluarkan dari team. "A-apa! Di-dia memang wanita yang sangat keterlaluan, sudah dibantu bukannya terima kasih malah memperlakukanku begini. Awas kau, jangan mentang-mentang sudah ada kesatria lain yang mau membantu lantas kau bisa memperlakukanku dengan semena-mena," gerutu Harsya dalam hati. Lantas dengan amarah yang meluap-luap kesatria itu menghapiri Maya yang saat itu baru saja berhasil membunuh satu monster dengan 20 kali hujaman panah. "Kenapa, May?" tanya kesatria itu pada Maya.
"Siapa suruh kau diam saja," jawab Maya ketus.
"Aku diam karena…" Harsya tidak melanjutkan kata-katanya.
"Karena apa, Kak?"
"Ti-tidak. Aku tidak mau bilang?"
"Aku tahu, kau pasti masih kesal karena tadi aku mengambil item bagus itu! Iya kan?"
"Eng… tidak kok."
"Sudahlah… ayo mengaku saja!"
"Baiklah… Kau memang benar, May. Aku ini masih kesal lantaran kau mengambil item yang seharusnya menjadi milikku."
"Huh, dasar tukang ngambek, pendendam. Kau itu seperti anak kecil tahu."
"A-apa??? A-ku aku seperti anak kecil. Ketahuilah May! Sesungguhnya kau-lah yang seperti anak kecil. Kau itu betul-betul egois dan tak tahu terima kasih."
"Tuh, kan. Baru dibilangan anak kecil saja sudah sekesal itu."
"Ups…! Iya, ya… jika dipikir-pikir aku ini memang seperti anak kecil. Hmm… Sungguh aku betul-betul tidak mengerti. Kenapa aku bisa seperti itu ya? Padahal aku tahu, kalau semua ini cuma permainan."
"Wajar saja kalau kau kesal, Kak. Sebab, kau itu punya perasaan. Dan menurutku yang membuat permainan ini menjadi mengasyikkan karena adanya perasan itu."
"Ha ha ha…!" Tiba-tiba Harsya tertawa terbahak-bahak. "Kini aku mengerti, hal itulah yang membuat permainan ini menjadi menarik dan membuat kita ingin terus bermain."
"Atau malah kepingin berhenti," Maya menambahkan.
"Ya, kau benar. Jika kita dapat memahami perihal perasaan kita, tentunya kita ingin terus bermain karena bisa menikmatinya. Namun jika tidak, tentu kita ingin lekas berhenti. Hmm… barusan aku bisa tertawa karena sebelumnya aku sudah dibuat kesal olehmu."
"Hihihi…!" Maya ikut tertawa. " Kau itu aneh, Kak. Di buat kesal, eh ujung-ujungnya malah tertawa. Memangnya apa yang lucu sih?"
"Gimana tidak lucu, May. Masa aku bisa kesal hanya gara-gara item yang cuma gambar belaka, dan kau pun begitu ngotot cuma buat item yang gambar belaka."
"Eh, Kak. Biar pun cuma gambar belaka, tapi item itu berguna di dalam permainan ini."
"Ya, kau benar. Tapi, bukan itu yang kumaksud."
"Lalu… Apa, Kak?" tanya Maya penasaran.
"Begini May, seandainya penyelenggara game ini tiba-tiba tutup, lantas untuk apa lagi item yang tadi kita perebutkan tadi? Di bawa pulang juga tidak bisa, semuanya akan hilang begitu saja. Contohnya seperti game online yang sebelumnya pernah kumainkan, saat itu aku sudah menjadi kesatria tangguh yang kaya raya, dan ternyata penyelenggaranya menutup game itu begitu saja, alias game itu sudah dinyatakan kiamat. Katanya sih ada kebakaran yang menyebabkan data gamer tidak bisa diselamatkan. Karena itulah tadi aku tertawa, aku mentertawakan kebodohan kita yang telah begitu ngotot memperebutkan item yang tak ada artinya di dunia kita."
"Kau benar, Kak. Aku pun sebelumnya pernah memainkan game tersebut. Saat itu aku sudah level tinggi dan kesatria kaya pula. Tapi, semuanya hilang begitu saja, tidak ada yang bisa kubawa pulang, melainkan hanya kekesalan belaka."
"Kasian sekali kau, May. Untung saja saat memainkan game itu aku sempat menjadi gamer yang baik, yang senantiasa membantu orang, bahkan tidak segan-segan aku memberikan uangku untuk gamer lain yang membutuhkan. Jadi, ketika tutup masih ada yang bisa kubawa pulang, yaitu perasaan bahagia karena sempat berbuat baik bisa menyenangkan gamer lain."
Mengetahui itu, Maya langsung merenung. "Kak, maafkan aku karena telah membuatmu kesal. Dan ini, aku kembalikan item yang sebetulnya memang menjadi hakmu."
"Sudahlah, item itu untukmu saja. Mungkin kau memang lebih membutuhkannya."
"Be-benarkah! Ka-kalau begitu, terima kasih, Kak."
Pada saat itu, Rider tampak sudah berdiri di dekat mereka. "Weleh weleh… Kenapa kau malah ngobrol dengan dia, May?" tanya kesatia itu pada Maya.
"Maaf, Kak. Eng… boleh ya Harsya aku masukkan kembali dalam team!" pintanya pada kesatria tangguh itu.
"Tidak bisa, May. Biarlah orang malas seperti dia mendapat pelajaran."
"Tapi, Kak…."
"Sudah…! Biarkan saja dia. Kalau kau terus memaksa, terpaksa aku akan meninggalkanmu."
"Baiklah, Kak. Aku tidak akan memasukkannya," kata Maya seraya menghampiri Hasya. "Maaf kan aku, Kak. Aku terpaksa tidak bisa menerimamu kembali," ucapnya pada Harsya.
Saat itu Harsya sempat kecewa. Namun karena dia memahami semua itu cuma permainan, akhirnya dia pun bisa menerima . "Sudahlah, May. Tidak apa-apa, Kok. Sampai bertemu lagi ya, May," ucap Harsya seraya naik ke atas kudanya.
"Kau mau kemana, Kak?"
"Aku mau kembali ke kota membeli beberapa keperluan," jawab Harsya seraya memacu kudanya menuju kota. Pada saat yang sama, Maya sudah kembali berburu bersama Rider. Keduanya tampak bersemangat membantai para Monbahi guna mendapatkan 500 buah batu zambrut.