E-Book dan Game Gratis

E-book                      Game & Software
Bagi anda yang ingin membaca secara offline, silakan download format e-book-nya di sini!

Jaka & Dara - Bagian 7


 Tujuh



Enam bulan kemudian. Sepulang dari latihan band di sebuah studio di Jakarta, Jaka cs mampir di sebuah warung pinggir jalan. Seusai makan mereka tampak berbincang-bincang dengan akrabnya.
"Elo sih, Ka. Kalo suka sama cewek enggak ngaca dulu, hehehe…" kata Jekky seraya ketawa mengejek.
"Dara itu kan cewek matre. Mana mau dia sama loe yang dekil. Biarpun elo orang kaya, tetap aja dia enggak bakalan percaya," timpal Jepri.
"Habis gimana dong, gue kan udah terlanjur sayang," kata Jaka sambil menggaruk-garuk kepala yang emang banyak kutunya.
"Terlanjur sayang? Hahaha… basiiii…" Jepri ketawa.
"Ka, dengar nih! Jatuh… banguuun aaaku mengejaaar muuu…" sindir Jekky dengan mengalunkan sepenggal lagu dangdut.
"Ka, kacian deh loe," timpal Jepri.
"Huh, kalian ini bukannya ngebantu teman. Tapi, malah mengolok-olok terus," ucap Jaka sedikit kesal.
"Tenang, Ka…! Kita-kita akan bantuin elo kok," kata Randy memberi harapan. "Tapi… ada syaratnya. Elo harus mau ngejalanin strategi yang akan gue terapin," sambungnya kemudian.
"Benar, Ka. Randy tu kalo soal strategi mengambil hati cewek emang jagonya," timpal Jekky.
"Tapi, kalo soal praktek, enggak jamin deh... Elo tahu sendiri, siapa si Randy," sindir Jepri.
Saat itu juga Randy langsung melirik Jepri, "Eh, Jek. Selama ini gue tu bukannya enggak bisa dapatin cewek, tapi gue emang belum ketemu aja sama cewek yang pas," belanya kemudian.
"Iya, iya... gue percaya," kata Jepri.
"Eh, Ka. Elo tu sebenarnya keren. Tapi sayang, elo kurang bisa ngurus diri. Gue janji akan ngebantu loe buat ngerubah penampilan loe itu," sambung Randy berjanji.
"Janji ya…! Kalian akan ngebantu gue," kata Jaka dengan wajah berseri-seri.
"Beresss…!" jawab ketiga temannya serempak.
Jaka emang udah menelan ludahnya sendiri. Waktu itu dia bilang enggak mungkin jatuh cinta, eh sekarang malah dia yang tergila-gila. Sementara itu di tempat lain, di sebuah kamar yang cukup besar. Dara cs sedang memperbincangkan Jaka cs.
"Elo yakin, Ta?" tanya Dara.
"Iya, Ra. Kayaknya gue emang jatuh cinta sama Jaka," jawab Dita terus terang.
"Udah deh. Lupaian aja. Cowok dekil gitu aja pake didemenin. Mending elo deketin si Jekky, kalo enggak si Jepri," usul Dara.
"Huss... si Jekky itu inceran gue. Mendingan Randy, kalo enggak si Jepri aja," saran Wita.
"Enak aja. Jangan si Randy! Jepri aja?" jelas Dara.
"O, jadi selama ini elo naksir Randy, Ra?" tanya Wita.
"Eng... gimana ya?"
"Udah deh, terus terang aja!"
"Iya, gue emang suka sama Randy."
"Ra, Wit. Gu-gue mau bilang, ka-kalo gue suka sama Jepri."
"Wah, kalo begitu. Mau enggak mau, Dita emang harus sama Jaka dong," kata Dara pasrah.
"Betul, Ra. Biarpun Jaka itu dekil. Tapi, kalo Dita-nya sendiri suka, kenapa enggak?"
 "Sebenarnya bukan soal itu, Wit. Tapi... aduh, gimana ya… gue sendiri juga bingung."
Saat itu Dara benar-benar bingung. Soalnya, dia tahu benar kalo Jaka enggak mencintai Dita. Waktu itu kan Jaka pernah mengutarakan isi hatinya kepada Dara. "Udah ah, mendingan kita main tissue ramalan aja yuk!" ajak Dara kemudian.
Lantas Dara segera mengambil tissue dan mulai meramal teman-temannya, dia ingin tahu apakah cowok yang mereka pilih itu cocok dengan kepribadian masing-masing. Wita yang sangat percaya dengan ramalan langsung minta diramal lebih dulu. Dengan bersemangat cewek itu menulis beberapa nama cowok yang sedang diincernya pada potongan kertas kecil, kemudian potongan kertas itu digulung hingga enggak seorang pun bisa melihatnya. Selanjutnya setiap gulungan kertas yang berisi nama itu diletakkan di dalam setiap lipatan tissue yang juga digulung sehingga enggak mungkin bisa keluar dari lipatan. Hingga akhirnya Wita menyerahkan lima gulung tissue yang berisi nama-nama itu kepada Dara, dan Dara pun segera menyambutnya seraya berkonsentrasi.
"Ya Allah atas kuasa-Mu tunjukanlah kepada kami siapa di antara nama-nama di dalam gulungan tissue ini yang pantas berdampingan dengan Wita," ucap Dara dalam hati penuh keyakinan.
Ajaib… setelah tissue-tissue itu di buka satu-persatu ternyata nama yang keluar dari lipatan tissue itu adalah Jekky.
Betapa senangnya Wita saat itu, ternyata dia emang enggak salah memilih. Seli yang udah sejak tadi kepingin diramal akhirnya meminta kepada Dara untuk segera diramal juga. Dara yang enggak mau mengecewakan temannya itu lantas segera meramalkannya. Hingga akhirnya nama yang keluar dari lipatan tissue itu ternyata si Jepri. Mengetahui kedua temannya udah diramal, Dita pun enggak mau ketinggalan. Dia kepingin juga diramal apakah dia akan bernasib sama seperti kedua temannya, yaitu sesuai dengan pilihan mereka. Lagi-lagi  Dara melakukan ramalan, dan hasilnya kali ini cukup mengejutkan Dara. Dia benar-benar enggak menduga, kalo Dita ternyata cocok dengan Jaka.
"Tuh, benerkan. Jaka cocok sama gue," ucap Dita senang.
"Iya… iya… Elo emang cocok sama dia, gue doain deh semoga elo bisa jadian sama dia," komentar Dara yang saat ini masih sedikit bingung. Dalam hatinya cewek itu pun masih terus berpikir keras, "Gue heran, kenapa malah Jaka yang keluar. Apa ramalan ini emang udah enggak benar. Padahal selama ini gue udah yakin betul kalo ramalan ini enggak bakal meleset, karena gue kan mintanya sama Tuhan bukannya minta sama setan. Hmm… Apa ini karena tipu daya setan yang sengaja melakukan keajaiban itu sehingga gue jadi sesat."
"Ra, sekarang elo dong diramal!" pinta Dita membuyarkan renungan Dara.
"Emangnya kalian ada yang bisa ngeramal?" tanya Dara.
"Lho, emangnya elo enggak bisa ngeramal diri loe sendiri, Ra?" tanya Dita Heran.
"Enggak bisa, Ta. Waktu itu gue pernah coba, tapi enggak pernah berhasil. Enggak ada satu pun dari nama-nama yang gue tulis bisa keluar dari lipatan tissuenya," jelas Dara.
"Wah, sayang banget ya. Kita-kita jadi enggak bisa tahu apakah Dara cocok sama Randy," ucap Wita kecewa.
"Udalah mendingan kita main kartu aja yuk. Yang kalah, dicoret lipstick!" ajak Dara.
Wita, Seli, dan Dita langsung setuju. Lantas ke empat cewek itu pun main kartu di kamar itu hingga akhirnya Ibunya Dara mengetuk pintu kamar dan mengingatkan kepada cewek-cewek itu untuk segera menunaikan sholat Ashar.



Esok malamnya, Jaka cs terlihat tengah mengantar cewek-cewek Burespang ke tempat kostnya. Sesuai dengan tekad mereka waktu itu, kini Jaka cs udah enggak bersama Boy cs lagi. Selama ini mereka emang lebih suka menjemput Burespang tanpa melibatkan Boy cs, soalnya dengan demikian mereka bisa lebih berkuasa atas cewek-cewek itu. Kini Kijang yang mereka tumpangi mulai memasuki gang yang menuju ke tempat kost.
"Ka, sebelum mengantar Siska dan Lita pulang. Gimana kalo kita main dulu di tempat kost gue?" usul Lola.
"Iya, Ka. Main aja dulu... " timpal Lara.
"Oke deh, kalo itu emang mau kalian"
Setibanya di tempat kost, Jaka cs langsung diajak bermain remi oleh keempat cewek itu. Namun saat itu mereka enggak main dengan uang, tapi mereka main corat-coret wajah menggunakan lipstick. Selama permainan itu, Jaka berkali-kali kena coret dan wajahnya pun terlihat lucu banget.
Sekitar pukul dua pagi, Jekky dan Jepri diminta untuk mengantar Siska dan Lita ke tempat kost mereka, sedangkan Jaka dan Randy menunggu di tempat itu. Maklumlah, kedua cowok itu udah sangat mengantuk dan mau tidur sejenak. Saat itu, Lola dan Lara pun enggak keberatan kalo kedua cowok itu tidur di tempat mereka. Maklumlah, mereka itu emang udah biasa mengajak cowok-cowok tidur dalam satu ruangan. Saat itu Jaka sempat dag-dig-dug ketika melihat kedua cewek itu tidur dengan mengenakan pakaian yang cukup mengundang. Beberapa kali cowok itu sempat menelan ludah karena menahan gejolak nafsu yang begitu menggebu-gebu. Sementara itu, Randy juga mengalami hal serupa. Cowok itu, sampai-sampai malah enggak bisa tidur karena pikiran kotor yang ada di kepalanya. Beberapakali cowok itu sempat memperhatikan kedua cewek itu dengan nafsu bergelora.
Kini cowok itu berusaha menghilangkan segala pikiran kotor yang ada di kepalanya, dia pun berusaha keras untuk enggak memperhatikan cewek-cewek itu lagi. Namun makin dia berusaha, keinginan untuk melihat makin menjadi-jadi. "Aduh! Celaka dua belas. Kalo begini terus bisa-bisa..." begitu cowok itu melihat kepada kedua cewek itu.
"Ja-Jaka..." pemuda itu sempat tertegun ketika melihat Jaka tengah bercumbu dengan salah seorang cewek. Lantas dengan segera pemuda itu menegur Jaka yang kayaknya udah lupa diri. "Ka, elo apa-apan sih!"
"Ah, elo, Ran. Ganggu aja sih. Enggak boleh liat teman senang dikit. Kalo elo mau, sama Lara aja! Kayaknya dia juga lagi horni tuh."
"Ngaco loe! Ayo bangun!" pinta Randy seraya menarik lengan Jaka menjauhi Lola.
"Aduh, Ran. Kenapa sih?" tanya Lola.
"Udah, mendingan elo tidur lagi aja. Gue sama Jaka mau keluar sebentar beli rokok."
Setelah berkata begitu, Randy pun segera mengajak Jaka keluar dari tempat kost untuk menuju ke sebuah warung yang buka 24 jam.
"Ka, elo udah gila ya? Ingat enggak ucapan loe tempo hari kalo elo enggak bakal berbuat macam-macam."
"Sorry, Ran! Gue udah enggak kuat."
"Ka, sejujurnya. Gue juga enggak kuat. Tapi biar gimana juga, kita enggak boleh ngelakuin itu. Dosa, Ka. Empat puluh tahun ibadah kita enggak diterima."
"Iya, Ran. Untung aja ada elo. Kalo enggak, udah kecebur deh."
"Sekarang kita mesti kudu ati-ati. Selama ini kan kita udah sering bikin dosa, terus kalo kita sampe kecebur, terus ibadah kita enggak diterima selama 40 tahun. Gimana cara kita menghapus dosa-dosa kita itu," jelas Randy mengingatkan.
Dan karena Jekky dan Jepri tidak juga datang menjemput, kedua pemuda itu lantas terpaksa nongrong diwarung hingga matahari bersinar.



Sekitar pukul enam pagi, Jekky dan Jepri datang menjemput mereka.
"Kok lama banget, Jek?"
"Sorry, Ran. Begitu tiba di sana gue dan Jepri disuruh mampir sebentar. Eh terus kita disuruh menginap. Elo tahu sendiri kan, kalo gue udah disuruh menginap pasti tuh cewek lagi horni. Ya, kebetulan gue juga lagi horni. Nah, selanjutnya elo tahu sendiri deh..." jawab Jepri.
"Iya, Ran. Habis mau gimana lagi. Eh, Ran! Ngomong-ngomong gimana semalam?" tanya Jekky.
"Brengsek loe, berdua. Elo pikir gue sama Jaka senang-senang ama tuh cewek-cewek... Eh, kalo elo mau tahu. Gue ama Jaka terpaksa begadang di warung sampe pagi lantaran elo kelamaan ngejemput."
"Loh, emangnya kalian di usir sama mereka?" tanya Jekky lagi.
"Enggak, Jek. Gue terpaksa ninggalin mereka karena gue enggak mau sampe kecebur. Gue takut dosa, Jek," jawab Randy.
"Elo, Ran. Dari dulu masih takut aja. Kalo ada kesempatan kayak gitu lagi, sikat aja. Ngapain elo pakai takut segala, emangnya dosa keliatan apa?" jelas Jekky.
"Betul, Ran. Mumpung masih muda, nikmatin aja. Itung-itung cari pengalaman," timpal Jepri.
"Udah ah. Gue enggak mau ngomongin soal itu. Elo berdua emang udah enggak beres," ucap Randy kesal.
Dalam hati Randy merasa kasihan kepada kedua temannya. Dengan alasan karena masih muda mereka melakukan perbuatan yang seharusnya enggak dilakukan. Mereka enggak sadar kalo perbuatan mereka itu berisiko terkena berbagai penyakit, terutama penyakit aids. Dan mereka enggak sadar bahwa umur di tangan Tuhan, dan bagaimana jika ketika ajal menjemput, sedang diri berlumur dosa, apa nantinya mereka bisa selamat dari siksa neraka.



Sejak kejadian di tempat kost, Jaka dan Randy udah mulai menjaga jarak dengan Jekky dan Jepri. Kini keduanya udah enggak mau lagi mendengarkan ajakan mereka untuk nongkrong di Parkit maupun di Jasika. Apalagi jika diajak menjemput burespang, mereka menolak keras. Kedua pemuda itu udah berjanji untuk berhati-hati dalam bergaul, soalnya mereka enggak mau terpeleset sampai keluar jalur.
Hari ini Jaka dan Randy berniat menemui Dara, karena katanya Jaka udah kangen berat bo. Sialnya hari ini mobil Jaka lagi mengalami kerusakan, dan karenanyalah mereka pun terpaksa harus naik bis kota. Saat ini Bis kota tampak penuh, dan mereka pun terpaksa berdesakan. Namun hal itu justru membuat Jaka tampak senang. Bagaimana enggak, saat ini di depannya persis berdiri seorang cewek cantik yang begitu seksi, cewek itu berdiri membelakanginya. Jaka pun merasa senang jika mobil yang ditumpanginya tiba-tiba ngerem mendadak, membuatnya terhuyung dan terpaksa memepet cewek yang berdiri di depannya. Itulah yang dinamakan pelecehan enggak sengaja, alias enggak  bermaksud melecehkan. Hal itu terjadi begitu saja dan tanpa disangka-sangka, rasanya emang sulit buat dihindari. Apalagi Jaka itu cowok normal yang emang lagi masa kritis, alias dara mudanya lagi menggebu-gebu. Katanya, dari pada entarnya nyesel dan penasaran terpaksa dinikmati saja. Begitulah, Jaka lagi ngawur. Sementara itu, Randy juga mengalami hal serupa. Namun begitu, dia berusaha menghindar. Tapi apa daya, cowok itu pun akhirnya pasrah karena sama sekali enggak bisa bergerak akibat sesaknya penumpang. “Maaf ya Mbak!” ucapnya. Setelah Randy berkata begitu, akhirnya si cewek pun enggak lagi mempermasalahkannya, kayaknya dia emang harus pasrah dengan keadaan yang demikian. Dalam hati dia sangat mendambakan adanya bis khusus wanita yang bisa melindunginya dari hal-hal semacam itu, atau adanya perbaikan sistem transportasi sehingga para penumpang enggak harus berdesakan lagi.
Bis yang di tumpangi oleh Jaka dan Randy terus melaju dan melaju, hingga akhirnya cewek ada di depan Jaka turun dari bis. Pada saat itulah, Jaka tampak berusaha keras bergeser ke tengah mengikuti Randy yang sudah bergerak lebih dulu, hingga akhirnya dia bisa bernafas lega. Kini dia tengah berdiri menghadap ke arah seorang cewek cantik yang sedang duduk di kursi penumpang. Tiba-tiba matanya tertuju kepada bagian dada yang tak sepatutnya dilihat, pada saat yang sama wanita itu tampaknya enggak menyadari atau malah enggak peduli.
Semula, Jaka merasa risih jikalau ada yang melihat kelakuannya, namun lama-kelamaan dia cuek juga. Toh di sebelahnya seorang cowok juga tampak serius sedang memperhatikan seorang cewek yang ada dihadapannya. Edan, inilah yang dinamakan rejeki nomplok yang bak buah simalakama. Yang kalo enggak dilihat terus bisa malah kebayang-bayang dan membuat pikiran jadi tambah ngeres. Tapi kalo dilihat terus malah makin ketagihan. Randy yang sempat memperhatikan kelakuan Jaka cuma geleng-geleng kepala, dia memaklumi karena emang susah juga kalo hidup di kota megapolitan seperti Jakarta ini, dimana banyak banget cewek yang berbusana menggoda. Sebenarnya apa maksud mereka mengenakan busana itu, apakah karena emang lebih enak atau emang karena biar bisa diperhatikan lawan jenisnya. Dan jawaban itu tergantung kepada pelakunya masing-masing, apa sebenarnya motifasi mereka mengenakan busana itu.
Bis yang mereka tumpangi masih terus melaju. Namun, sekarang bis itu sudah mulai kosong. Jaka dan Randy pun akhirnya bisa duduk berdampingan. "Ran, besok kita naik bis ini lagi yuk!" ajaknya kepada Randy.
"Lho, emangnya mobil loe belum bisa diambil."
"Udah sih, tapi… Kayaknya enakan naik bis deh…"
"Tumben loe ngomong begitu, Ka. Padahal semula elo paling enggak mau kalo diajak naik bis."
"Semula sih emang iya, tapi sekarang gue udah berubah pikiran."
Saat itu, Randy yang udah bisa menebak pikiran Jaka kembali bicara, "Hmm… rupanya elo tadi begitu menikmati perjalanan selama berdesakan tadi kan?"
"Ja-jadi elo tadi memperhatikan gue ya?" tanya Jaka dengan raut wajah yang berubah merah karena malu.
"Ka, dengar ya. Kalo tadi mungkin Tuhan masih mau memaafkan dosa loe, karena ketidaksengajaan. Tapi, kalo elo udah niatin, kayaknya Tuhan akan memberikan ganjaran yang sesuai buat loe."
"Ah, elo, Ran. Jangan nakut-nakutin gue dong!"
"Gue bukan nakut-nakutin elo, Ka. Tapi emang begitu hukumnya. Selama kita masih bisa menghindar ya emang harus menghindar, tapi kalo kita udah berusaha tapi enggak bisa itu namanya terpaksa. Dan Keterpaksaan itu pun ada tingkatannya, seperti apa yang gue lakukan tadi itu adalah keterpaksaan orang awam. Walaupun gue tahu sebenarnya gue bisa menghindar dengan turun dari bis, namun karena gue takut kita terlambat sampai tujuan akhirnya gue pun memilih enggak turun dari bis. Ka? Kalo gue jadi elo. Gue lebih memilih pake mobil sendiri daripada harus naik bis cuma lantaran kepingin melecehkan cewek."
"Elo benar, Ran. Tapi kayaknya gue enggak bisa ngelupain kejadian tadi. Terus terang, gue kepingin banget kalo hal itu bisa terulang lagi."
"Itulah nafsu. Yang kalo terus diturutin emang enggak bakal ada puasnya, kepingin lagi dan kepingin lagi, hingga akhirnya menjadi kebiasan yang sulit buat dihilangkan. Seperti kebiasaan loe main sabun, sulit kan buat dihilangkan."
"Lagi-lagi elo benar, Ran. Jangan sampe deh hal tadi menjadi kebiasan baru buat gue."
"Bagus deh, kalo elo sadar," komentar Randy seraya memperhatikan dua orang cowok yang baru saja memasuki bis.
Rupanya kedua cowok itu merupakan pengamen yang dalam kondisi mabuk. Kini salah seorang dari mereka tampak mulai memainkan gitarnya, sedangkan yang satunya sudah siap menyanyi. Ketika orang itu menyanyi sungguh sangat enggak enak buat didengar. Suaranya yang fals terdengar enggak harmonis dengan petikan gitar temannya yang juga fals. Dan setelah satu lagu selesai, si vocalist yang fals itu pun segera mengeluarkan bungkus permennya yang akan digunakan untuk mengumpulkan uang. Beberapa cowok yang kesal tampak enggan memberi, termasuk Jaka dan Randy, namun beberapa cewek yang tampak ketakukan segera memberikan uang sekedarnya.
Usai menagih uang, si vocalist fasl tadi kembali mendekati temannya yang masih berdiri di depan. Kedua orang itu enggak segera turun, mereka terus berdiri sambil memperhatikan seorang cewek remaja yang begitu manis dan seksi. Cewek remaja itu tampak berdiri menghadap keluar jendela. Kemudian si vocalist fals tadi tampak mendekati cewek itu dan berdiri di belakangnya. Betapa terkejutnya si cewek ketika menyadari si Vocalist fals itu ternyata telah memepetnya. Si cewek pun segera menghindar, namun sialnya si vocalist fals itu terus memepetnya. Si cewek yang emang menyadari orang yang ada di belakangnya itu sedang mabuk tampak ketakutan.
Kini si vocalist fals itu bukan hanya memepetnya dari belakang, namun sebelah tangannya mulai menggerayangi paha si cewek. Dengan ketakutan yang amat sangat, cewek itu pun segera menyetop mobil tersebut dan beranjak turun. Walaupun cewek itu menyadari kalo dia masih sangat jauh dari tempat tujuan, cewek itu lebih memilih turun dan naik mobil lain ketimbang harus digerayangi oleh seorang cowok mabuk.
Randy yang semula berniat membantu cewek itu mengurungkan niatnya, dia bersyukur karena cewek itu sudah mengambil putusan yang tepat. Jadi, dia emang enggak perlu mengambil tindakan yang dapat membuat keributan. Enggak lama kemudian, naiklah dua orang pengamen lain yang kali ini tampak lebih simpatik. Keduanya menyapa para penumpang dengan sopan dan akhirnya menyanyikan tembang nasyid yang diiringi oleh sebuah rebana. Suaranya yang begitu merdu sungguh sangat menghibur, sekaligus memberi masukan yang positif sehingga membuat hati yang mendengarnya terasa tentram. Seusai menyanyikan dua buah tembang, orang yang memainkan rebana tampak membalik rebananya dan menjadikannya sebagai tempat menampung uang. Pada saat itu, banyak sekali orang yang merasa terhibur dan akhirnya mau menyisihkan sedikit uangnya sebagai ucapan terima kasih. Jaka dan Randy pun enggak mau ketinggalan untuk memberikan uang sekedarnya kepada kedua cowok yang emang pantas diberikan imbalan.
"Ran, kita turun di sini kan?" tanya Jaka tiba-tiba.
Randy pun memperhatikan sekitarnya. "Betul, Ka. Ayo lekas kita turun!"
Enggak lama kemudian, kedua cowok itu pun terlihat menuruni bis dan melangkah menuju ke sebuah gang.
"Elo yakin ini gangnya, Ran?" tanya Jaka ragu, soalnya waktu itu mereka baru pertama kali pergi ke rumah Dara, dan waktu itu pun datangnya malam hari.
"Enggak salah lagi, ini emang gangnya. Lihat tu graffiti di tembok itu. Life is a game. To be a good guy for the winner or to be a bad guy for the loser."
"Yup! Emang enggak salah lagi. Kalo gitu, ayo..!" ajak Jaka bersemangat.
Kedua cowok itu pun kembali melanjutkan langkah memasuki gang yang hanya bisa di lewati oleh satu mobil. Hingga akhirnya mereka tiba di rumah Dara. Saat itu, Dara yang udah menunggu di teras rumah langsung menyambutnya. "Kok baru nyampe?" tanyanya kemudian.
"Ya, maklum aja, Ra. Namanya juga naik angkutan umum, yang kadang-kadang suka ngetem agak lama, ditambah lagi dengan kemacetan yang emang udah menjadi rutinitas," jelas Jaka.
"Iya, Ra. Maafin kami ya! Kami pasti udah bikin kesal elo karena menunggu kelamaan?" ucap Randy.
"Ah, enggak apa-apa, Ran. Gue maklum kok. Ya udah, kalo gitu ayo masuk!"
Ketiga muda-mudi itu pun segera melangkah menuju teras.
"Hallo, Ta! Apa kabar?" sapa Jaka yang melihat Dita lagi duduk sendirian.
"Baik…" jawab cewek itu tersipu-sipu. "Lho kalian cuma berdua?" tanyanya Heran.
"Iya, Ta. Kami udah enggak berteman lagi sama Jekky dan Jepri," jawab Jaka seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan Dita.
"O… kalian lagi marahan?"
"Enggak… kami cuma enggak mau berteman lagi dengan mereka lantaran pergaulan mereka sudah kelewat batas," jelas Randy seraya duduk berhadapan dengan Dara.
 "Benar, Ran. Gue juga udah males main sama Wita dan Seli. Soalnya pergaulan mereka juga udah terlalu jauh. Sejak pesta malam itu, kayaknya Wita udah makin rusak. Kini mereka udah mulai ngajakin untuk melakukan seks bebas dan mendekati narkoba," timpal Dara.
Dita pun segera menimpali. "Iya, Ran. Selama ini Wita sering mengajak kita-kita ketempat yang enggak benar. Pernah waktu itu, Wita nganjurin gue buat ngelepasin keperawanan gue karena alasan persahabatan. Soalnya waktu itu Wita lagi enggak punya uang buat beli narkoba, dan saat itu dia benar-benar membutuhkan pertolongan gue yaitu dengan menjual keperawanan gue. Gue benar-benar enggak habis pikir, apakah persahabatan itu berarti harus mengorbankan sahabatnya sendiri?"
Randy pun segera menanggapi pertanyaan itu. "Elo benar, Ta. Kalo gue pikir itu sih bukan sahabat. Setahu gue sahabat itu justru akan mengorbankan dirinya demi kebaikan sahabatnya. Bukan malah melibatkannya kepada hal-hal yang dapat merugikan sahabatnya. Sahabat adalah teman dekat yang membawa temannya menuju kebaikan, dan dia melakukan semua itu hanya karena Allah semata. Karena sahabat baik adalah orang yang benar-benar mencintai kita. Dia sangat peduli dengan segala kesulitan kita dan akan mengesampingkan kesulitannya sendiri. Betapa ruginya jika kita enggak mempunyai sahabat yang selalu mengingatkan dan mengajak kita kepada hal-hal yang baik. Untuk mencari sahabat baik emang enggak gampang, kita perlu menyelidiki apakah sahabat kita selama ini adalah sahabat yang baik atau bukan, jangan-jangan hanya orang yang cuma mengambil keuntungan dari diri kita. Soalnya sahabat baik itu enggak pernah menghitung-hitung segala kebaikan yang pernah dia lakukan kepada kita. Dengan demikian kita pun juga harus bersikap sama, tentunya jika kita masih mau dianggap sahabat baik olehnya."
"Hmm… pantes waktu itu elo enggak ada di valentine Party. Apa waktu itu karena Jaka enggak mengajak elo, Ran?" tanya Dara.
"Betul, Ra. Waktu itu Gue emang enggak diajak lantaran gue mau menghadiri acara yang emang bermanfaat. Itulah yang gue suka sama Jaka, selama ini dia enggak pernah memaksakan kehendaknya pada gue untuk melakukan hal yang enggak-enggak. Kalaupun dia mau melakukan perbuatan yang enggak benar, dia melakukan untuk dirinya sendiri tanpa pernah mempengaruhi gue. Selama ini, gue pun enggak pernah memaksa Jaka buat ninggalin apa yang gue anggap enggak benar itu, paling gue cuma bisa memberi masukan agar pikirannya bisa terbuka. Soalnya gue masih memaklumi Jaka yang emang belum bisa ninggalin itu semua karena darah mudanya. Selama ini pun, gue sering mengikuti Jaka karena gue peduli sama dia. Terus terang, gue enggak mau kalo Jaka sampe bergaul di luar batas. Namun begitu, Jaka pun enggak pernah lupa buat ngingetin gue jika gue sampe khilaf melakukan hal-hal yang enggak-enggak. Pernah waktu itu gue sampe khilaf karena coba-coba mau meminum minuman keras. Namun saat itu Jaka memberi peringatan kalo gue enggak sepantasnya melakukan itu. Pokoknya kita berdua selalu saling ngingetin, namun enggak pernah saling maksain."
Jaka pun segera menimpali. "I ya, Ra. Randy emang sahabat gue yang terbaik. Itulah kenapa hingga saat ini, gue pun masih mau main sama dia. Enggak seperti Jekky dan Jepri yang selalu ngajakin gue untuk berbuat yang enggak-enggak. Untung aja selama ini ada Randy yang selalu ngingetin gue. Kalo enggak, mungkin sekarang gue udah rusak banget."
"Hmm… Persahabatan seperti itu tu yang gue mau. Enggak seperti si Wita dan Seli yang malah menyuruh gue menjual keperawanan. Untung aja saat itu ada si Dara yang berani mengambil sikap, sehingga keperawanan gue tetap terjaga," ungkap Dita.
Saat itu juga, Dara langsung menimpali. "Ya, untung aja saat itu gue ingat dengan perkataan bokap gue. Kalo kita ini emang masih labil dan gampang terpengaruh. Sekarang gue baru sadar kalo ternyata emang ada orang yang semula kelihatan baik namun pada kenyataannya enggak, begitu pun sebaliknya. Gue benar-benar enggak nyangka kalo orang-orang yang gue anggap baik justru mau menjebak gue dan Dita untuk mengikuti jejak mereka."
"Ya… kita emang masih beruntung karena masih dilindungi oleh Tuhan, yang dengan perantara hamba-Nya melindungi Hamba-Nya pula."
Ke empat muda-mudi itu terus berbincang-bincang dengan akrabnya, hingga akhirnya Dara mengeluarkan kotak teka-tekinya. "Eh, kalian bisa buka kota ini enggak?" tanya Dara kepada Jaka dan Randy.
Jaka segera mengambil kotak itu dari tangan Dara, kemudian dia tampak memperhatikannya dengan seksama. "Wah, ini sih rumit, Ra. "
"Coba sini gue lihat!" pinta Randy seraya mengambil kotak itu dari tangan Jaka. "Wah, ini emang rumit, Ra. Soalnya kombinasinya banyak banget, dan sepertinya emang enggak mungkin bisa dibuka dalam waktu singkat. Ra, terus terang gue enggak mungkin bisa, soalnya butuh waktu lama banget buat mencatat semua kemungkinannya," jelas Randy seraya mengambalikan kotak itu pada Dara.
Setelah puas berbincang-bincang, Jaka dan Randy akhirnya pamit pulang karena saat itu mentari tampak mulai kembali ke peraduan ibu pertiwi.