E-Book dan Game Gratis

E-book                      Game & Software
Bagi anda yang ingin membaca secara offline, silakan download format e-book-nya di sini!

Sayap Bidadari Bagian 10 [ Kepakan Sayap Bidadari ]

SEPULUH
Kepakan Sayap Bidadari



Wuss! Wuss! Wuss! Angin sepoi-sepoi berhembus menerpa rambut  Bobby yang sedang duduk di sebuah bangku taman sambil memandang air mancur yang menari-nari. Rupanya dia berniat menemui Angel dan mengutarakan maksud hatinya, yaitu niat untuk segera menikahinya. Bahkan sebuah cincin tanda keseriusan telah dibelinya, dengan tujuan agar Angel yakin kalau dia memang betul-betul ingin menikahinya. Kini dia sedang bingung memikirkan rencana selanjutnya. "Hmm... Bagaimana jika nanti dia menolakku? Apakah aku akan bisa tabah menerimanya. Ah, sudahlah... Aku kan belum tahu jawabannya, jadi tidak ada gunanya jika aku terus memikirkan perkara yang belum pasti itu. Sungguh... Biarpun dia menolakku dengan alasan yang macam-macam, Insya Allah aku tidak akan marah padanya, dan aku pun tidak akan kecewa dengan segala keputusannya. Malah, aku akan senantiasa mendoakan dia agar berbahagia selalu bersama pria pilihannya. Sebab, dia itu adalah cinta sejatiku, yang kebahagiaannya adalah kebahagiakanku juga. Namun, andai dia mau menerimaku, tentu aku akan bahagia sekali. Bahkan aku akan berusaha untuk selalu membahagiakannya dan selalu menjaga perasaannya. Selain itu, apa pun yang dimintanya—selama hal itu memang tidak menyimpang dari tuntunan agama, Insya Allah aku akan senantiasa menurutinya, dan apa pun cita-citanya tentu akan kudukung dengan sepenuh hati. Bukankah dia itu bagian dari diriku. Jika dia sakit, maka aku pun akan sakit, dan jika dia bahagia, tentu aku akan bahagia. Lagi pula, aku percaya.... Jika dia sudah menyadari kalau aku adalah cinta sejatinya, maka dia pun akan bersikap sama.
Tapi... Bagaimana jika dia justru marah padaku karena tidak konsisten dengan perkataanku mengenai sayap bidadari itu. Malah bisa-bisa dia menganggap aku pria yang tak tahu diri karena telah berusaha memiliki cinta sejati sahabatnya sendiri. Bukankah waktu itu dia pernah berkata padaku, kalau dia sudah bertekad untuk terus menunggu Raka. Tidak! Aku tidak mau dianggap seperti itu, walaupun aku berniat mengatakan maksud hatiku ini karena perkataanku itu juga, yaitu aku mau berjuang meraih impianku. Bukankah dia itu cinta sejatiku, salahkah aku jika berusaha bisa mendapatkannya. Hmm... Ini memang sulit, dan aku betul-betul telah dibuat bingung. Sepertinya aku ini memang orang yang egois karena ingin beribadah dan mendapat kebahagiaan di atas penderitaan sahabatku sendiri."
Bobby kembali termenung. Lama juga pemuda itu berpikir keras hingga akhirnya dia bisa mengambil putusan, "Hmm... Kalau begitu, biarlah aku menunggu sampai Raka menikah. Biarlah aku menunggu seperti keinginan Angel pada suratnya, dan juga mengikuti apa yang sedang Angel lakukan sekarang. Sebab, jika Raka sudah menikah, tentunya Angel bisa menerima cintaku. Lagi pula, bukankah aku ini memang pernah singgah di hatinya. Selain itu, aku kan tidak tahu kapan orang tuaku akan menjodohkan aku lagi. Mungkin kini mereka sudah trauma lantaran menyadari kalau ternyata ada juga buah yang jatuh terlalu jauh dari pohonnya. Jika memang benar demikian, memang tidak ada salahnya jika aku terus menunggu Angel hingga kepasrahanku ini mendapat jawaban dari Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Bobby terus merenung dan berusaha menegarkan hatinya yang telah bertekad untuk mempasrahkan semuanya kepada Sang Pencipta. Saat itu angin sepoi-sepoi terus berhembus menemaninya, membuat pemuda itu semakin betah saja berlama-lama di tempat duduknya. Terkadang beberapa burung gereja tampak hinggap di tepian kolam air mancur, layaknya sedang bergembira ria bersama. Sungguh semua pemandangan itu telah menghibur hati pemuda yang kini sedang dilanda kebingungan. Sementara itu di tempat berbeda, Angel terlihat sedang merenung di teras depan rumahnya. Dia duduk di atas sebuah kursi bambu yang beralaskan bantalan yang cukup empuk. Kedua kakinya tampak menyilang dan terkadang saling bergesekan, sedang kedua tangannya tampak bertumpu di atas buku catatan yang dipangkunya. Rupanya saat itu dia sedang memikirkan Bobby yang diketahui malam nanti akan melamar Wanda.
"Ya, Tuhan... Aku tidak tahu, apakah aku harus mengepakkan sayapku untuk meraih impian bisa memiliki seorang suami sepertinya. Seorang suami yang bisa membimbingku menjadi wanita yang shalihah—wanita yang tahu tujuan hidupnya, yaitu wanita yang senantiasa mau bertakwa kepada-Mu dengan penuh keikhlasan?" tanya Angel dalam hati.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Angel bertekad untuk segera menemui Bobby. "Ya, sepertinya aku memang harus berjuang untuk itu, yaitu untuk mendapatkan cinta sejatiku yang hakiki," kata Angel bertekad dalam hati.
Kini Angel sudah menjadi seperti yang sudah disarankan Bobby waktu itu, yaitu dia tidak boleh menyerah kalah, minimal dia harus bisa mengungkapkan isi hatinya kepada pria yang diyakini sebagai cinta sejatinya—walaupun saat itu dia sendiri tidak yakin kalau Bobby akan menerima cinta sucinya itu. Maklumlah, hingga kini Angel memang masih belum mengetahui kalau Bobby sudah putus dengan Wanda.
Kini gadis itu tampak membuka buku catatannya, kemudian dengan perlahan dia mulai menulis berbagai hal yang berkenaan dengan perasaannya. Hingga akhirnya, goresan lembut pena hitam miliknya itu kini tampak semakin memenuhi halaman.
 

Seiring dengan doa, kini aku bulatkan tekad untuk mengepakkan sayap bidadariku demi sebuah cita-cita yang mulia. Sebuah cita-cita yang akan mengikat diriku menjadi seorang pendamping pria yang kupercaya bisa membimbingku dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dan kelak akan menjadi bidadara untukku di surga-Mu.


Begitulah akhir dari rentetetan kalimat yang baru ditulisnya, sebuah ungkapan hati untuk melengkapi novel kisah nyatanya yang dia sendiri tidak tahu apakah akan berakhir dengan kebahagiaan. Kini gadis itu tampak beranjak menuju ke kamar dan segera berkemas untuk melaksanakan niatnya. Tak lama kemudian, Angel sudah keluar dengan mengenakan kaos u can see merah muda berstel celana jeans biru muda yang ketat dan bisa membuat pria yang melihatnya jadi berpikiran yang tidak-tidak. Begitulah Angel, masih juga belum bisa menyadari kalau apa yang dikenakannya itu bisa menimbulkan fitnah. Dalam hati dia hanya ingin terlihat cantik dan seksi, dan dia sangat yakin kalau apa yang dikenakannya itu tentu bisa membuat pria menjadi senang melihatnya. Bahkan dia merasa hal itu justru sebuah ibadah lantaran dia menilai apa yang dilakukannya itu adalah untuk menyenangkan hati kaum pria. Sungguh sebuah pemikiran yang sangat gegabah. Beruntung jika orang yang melihatnya hanya merasa senang saja, namun jika orang itu terpancing birahinya dan menjadi gelap mata lantaran melihat keindahan tubuhnya, bukankah hal itu bisa berbuntut dengan terjadinya memperkosaan terhadap dirinya sendiri maupun orang lain, dan bukankah itu yang dinamakan fitnah karena bisa menimbulkan hal-hal yang membahayakan/menganiaya dirinya sendiri maupun orang lain.
Kini gadis berkaos merah muda itu tampak sudah tiba di ujung gang tempat pangkalan ojek langganannya berada, juga tempat yang sama disaat Bobby mengantarnya waktu itu. Dan karena saat itu tukang ojek yang menjadi langganannya tidak ada di tempat, lantas Angel pun jadi bingung dibuatnya. Maklumlah, selama ini hanya tukang ojek itulah yang biasa mengantarnya hingga ke mana-mana. Sebab memang hanya tukang ojek itulah yang memahami betul keadaannya yang bukan orang berada, dan karenanyalah dia mau saja jika dibayar dengan separuh harga, bahkan jika Angel lagi tidak punya uang, dia mau saja mengantarkan Angel dengan tanpa dibayar. Sungguh tukang ojek itu tidak sampai hati jika melihat Angel sampai berjalan kaki lantaran tidak punya uang. Selama ini saja, tukang ojek itu sering membantu orang tua Angel yang terkadang memang suka meminjam uang demi melunasi uang SPP sekolahnya atau untuk biaya kursus komputernya waktu itu.
"Hmm... Ke mana ya Pak Salim, kenapa sudah selama ini belum datang juga?" tanya Angel resah.
Angel terus menunggu dan menunggu, hingga akhirnya gadis itu terpaksa harus mengambil keputusan. "Hmm... Mungkin Pak Salim sedang mengantar penumpang ke tempat yang jauh. Jika begitu, terpaksa aku memang harus berjalan kaki," kata Angel seraya melangkah pergi.
Kini gadis itu tengah menyusuri jalan yang menuju ke rumah Bobby. Di dalam perjalanan, berkali-kali gadis itu mendapat godaan dari para pemuda yang memang menyukai penampilannya. Saat itu, Angel justru senang karena telah menjadi pusat perhatian dan membuat para pemuda itu menjadi senang dengan penampilannya. Untunglah para pemuda itu menggodanya hanya dengan suitan dan dengan kata-kata yang masih terbilang sopan. Sebab jika tidak, bisa saja Angel menjadi korban pelecehan seksual, yaitu dengan menyentuh bagian tubuhnya yang memang mengundang.
Gadis manis berkaos merah muda itu masih terus melangkah, berlenggak-lengkok bak seorang model yang memamerkan keindahan busananya yang jelas menggoda. Dan karena atribut menggoda itulah, tubuhnya yang memang sudah indah kian bertambah indah saja. Pada saat itu, seorang pemuda yang belum lama menikah, tiba-tiba langsung bergegas menemui sang Istri lantaran dia begitu bergairah melihat penampilan Angel yang demikian. Bukan hanya pemuda beristri itu saja yang menjadi bergairah, tapi juga dua orang pemuda yang saat itu sedang meledak-ledak libodonya lantaran ulah siklus biologis. Saat itu, seorang pemuda yang taat agama buru-buru mengucapkan istigfar sebanyak-banyaknya, kemudian dengan segera dia bergegas mencari kegiatan yang bisa menyibukkan diri sehingga bisa melupakan apa yang baru dilihatnya. Sedangkan seorang pemuda lainnya, yang memang kurang ilmu agama tampak pusing tujuh keliling, bahkan dia sempat berpikiran untuk memperkosa anak tetangga yang memang sering main di rumahnya. Tapi untunglah, saat itu anak tetangganya sedang tidak bermain di rumahnya. Kalau saja niat mesum itu sempat terlaksana, tentu Angel bisa dituntut lantaran menjadi pemicu terjadinya pemerkosaan. Bukankah Allah sudah menurunkan ayat hijab, yang jelas-jelas telah diwajibkan kepada kaum perempuan demi untuk melindungi kaum perempuan juga. Jadi, tidak ada peluang bagi perempuan untuk dapat berkelit dari tuntutan yang dialamatkan kepadanya. Sungguh kasihan Angel, akibat dari pemikirannya yang sangat gegabah itu,  ternyata justru dapat menyebabkan dia dituntut dikemudian hari. Andai saja dia mau belajar dengan sungguh-sungguh dalam upayanya membekali diri dengan pemahaman ilmu agama yang benar, yaitu memahami ayat hijab dengan sebenar-benarnya, tentu dia tidak akan berani berpenampilan begitu.
Maklumlah, biarpun selama ini Angel menyukai hal-hal kerohanian, namun dia masih berat untuk bisa mengamalkan ilmu agama yang didapatnya. Hal itu dikarenakan kurangnya pemahaman dan penghayatan dari setiap ilmu yang sudah dipelajarinya, dan karena itu pulalah kini dia mau berubah, yaitu dengan mencari seorang pendamping hidup yang bisa membimbingnya, mendorongnya, mendoakannya dengan penuh rasa cinta, sehingga kelak dia bisa lebih memahami ajaran Islam dan bisa mengamalkannya dengan penuh kesungguhan. Angel percaya, jika kelak dia dan Bobby sudah dalam ikatan yang suci, dan mereka sudah sama-sama bisa memahami ajaran Islam dengan lebih sempurna, tentu mereka akan senantiasa saling mengingatkan dan saling menguatkan. Bahkan dengan perasaan cinta dan kasih sayang dari keduanya, yang semata-mata karena Allah, maka tidak mustahil mereka akan lebih mudah untuk melewati setiap rintangan yang menghadang dan bisa tabah dalam menerima segala ujian yang diberikan Tuhan.
Sementara itu di taman, Bobby tampak sudah semakin mantap untuk membatalkan niatnya, yaitu dia akan membiarkan Angel untuk mengejar cinta sejatinya sendiri. Bahkan pada saat itu beban di hatinya sudah kian mereda, pertanda kalau dia memang sudah mengikhlaskannya. Kini kedua mata pemuda itu tampak memperhatikan dedauan yang gugur terhempas angin yang kecang. Pada saat itu di angkasa langit sudah semakin gelap, pertanda kalau sebentar lagi bumi memang akan diguyur hujan. Namun saat itu Bobby sama sekali tidak khawatir kalau dia bakal kehujanan, baginya hujan adalah berkah yang tak patut ditakuti. Benar saja, akhirnya hujan gerimis pun turun dan semakin lama berubah menjadi hujan yang begitu lebat dan membuatnya basah kuyup. Kini Bobby tampak tertunduk dengan kedua mata yang terpejam, merasakan kesejukan air hujan yang sudah lama sekali tak menyiram persada. Sungguh terasa sejuk, sejuk sekali—sesejuk hatinya yang kini sudah menerima sebuah ujian dari Tuhan. Ujian perihal cinta yang harus disikapinya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, yang mana akan membuatnya bisa lebih memahami akan makna cinta itu sendiri. Pada saat yang sama, di dalam sebuah gardu tua, seorang gadis tampak sedang berlindung dari siraman hujan yang begitu lebat. Dialah Angel yang kini sedang resah menunggu hujan itu berhenti. Namun sayangnya, hujan itu tak mungkin berhenti dalam waktu singkat. Sungguh saat itu Angel betul-betul bingung, bahkan di kedua matanya terlihat kecemasan yang amat sangat.
Dengan penuh kecemasan, Angel terus memperhatikan keadaan di sekitarnya. Saat itu suasana tampak sudah semakin gelap lantaran terhalang tirai hujan yang begitu lebat, ditambah lagi saat itu hari memang sudah mulai senja. "Ya Tuhan... Kenapa hujan harus turun disaat aku ingin segera bertemu dengan belahan jiwaku? Sepertinya, hujan lebat ini akan lama berhenti. Mungkin akan berhenti selepas Isya nanti—disaat orang tua Bobby mungkin sudah berangkat melamar Wanda. Dan itu artinya, aku tidak mungkin mendapat kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku. Ya Tuhan... Apakah ini sebuah ujian dari-Mu, agar aku tak boleh menyerah kalah oleh hujan yang selebat ini. Apakah itu artinya aku harus terus melangkah kakiku di bawah lebatnya siraman hujan yang mungkin saja bisa membuatku sakit. Hmm... Sakit..? Lebih baik aku sakit atau mati sekalian, dari pada aku hidup sehat namun tak bisa bersanding dengan Bobby. Lagi pula, bukankah sakit karena kehujanan tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan sakit lantaran patah hati. Ya... Aku harus meneruskan perjalananku, walau apapun yang akan terjadi," kata Angel seraya keluar dari gardu dan melangkah di bawah siraman hujan yang membuatnya langsung basah kuyup.
Angel terus melangkah dan melangkah, menyusuri jalan yang seolah dilapisi oleh hamparan kabut putih. Sesekali kilat membias dan diikuti oleh bunyi halilintar yang mengejutkan. Saking takutnya tersambar petir, setiap kali dia melihat kilat yang membias, buru-buru gadis itu berjongkok sambil menutup kedua telinganya. Bukan hanya petir yang membuatnya khawatir, namun juga angin yang terkadang bertiup sangat kencang sehingga membuat dahan pepohonan yang tubuh di sepanjang jalan bergoyang-goyang saling bergesekan. Sungguh gadis itu sangat mengkhawatirkan jika salah satu dahan itu sempal dan menimpanya.
Benar saja, baru juga dia melangkah kaki beberapa meter, tiba-tiba sebuah dahan yang cukup besar sempal dan jatuh tepat di atas kepalanya. Mengetahui itu, Angel langsung panik dibuatnya. Namun bukannya berlari menghindar, gadis itu malah tiarap dengan kedua tangan yang berusaha melindungi kepalanya. Alhasil, ranting sedang dari dahan besar itu telah menimpa kakinya. "Aaacch...! Ya Tuhan... Apakah ini artinya aku memang harus menyerah? Dan apakah ini artinya, Engkau memang tidak menghendakiku menjadi pendamping Bobby?" tanya Angel membatin sambil terus merintih—merasakan sakit pada kakinya.
Sementara itu di taman, Bobby masih belum bergeming. Saat itu tubuhnya tampak sudah menggigil kedinginan, bahkan bibirnya sudah semakin pucat saja. Namun begitu, pemuda itu masih terus bertahan. Lalu dengan kepala yang masih tertunduk, kedua mata pemuda itu lantas terpejam, kemudian dengan khusuk dia memohon kepada Tuhannya. "Duhai Allah, seandainya dia memang bukan jodohku. Aku mohon carikanlah pengganti yang jauh lebih baik darinya. Kini aku hanya bisa pasrah menunggu takdirku selanjutnya, takdir yang harus kujalani demi takwaku kepada-Mu. Duhai Allah, Tuhanku yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang... Kuatkanlah imanku agar peristiwa ini tak menjadikan aku kufur kepadamu, namun jadikanlah peristiwa ini sebagai hikmah yang justru menambah rasa cintaku kepada-Mu."
Dalam siraman hujan yang begitu lebat itu, Bobby tampak menangis haru. Betapa dia sangat bersyukur karena Tuhan telah mengajarkan kepadanya akan sebuah makna cinta, yaitu makna cinta sejati yang hakiki. Bahkan kini makna cinta itu bukan hanya dipahami, namun juga bisa dihayati dengan sepenuh hati. "Duhai Allah, perasan inikah yang dinamakan cinta sejati, yaitu perasaan akan rasa cintaku kepada-Mu, dan rasa syukur yang membahagiakan inikah jawaban dari kecintaanku kepada-Mu."
"Kak, Bobby!" panggil seorang gadis tiba-tiba.
Mendengar itu, seketika Bobby langsung menengadah dan membuka kedua kelopak matanya—memandang seorang gadis yang kini sedang berdiri dihadapannya. "Angel...!" seru Bobby terkejut seraya memperhatikan wajah gadis yang kini tampak memandangnya dengan tatapan penuh harap.
"Kak... Ke-ketahuilah! Te-ternyata... Raka bukanlah cinta sejatiku. Kaulah cinta sejatiku. Aku mencintai Raka karena sekedar mau mendapatkan kesenangan dunia. Berbeda ketika aku mencintaimu, sebab aku mencintaimu atas dasar cintaku kepada Tuhan, yang aku percaya dengan perantaramu bisa membimbingku menjadi seorang wanita yang shalehah. Kak, Bobby.... Ka-kaulah cinta sejatiku, dan aku harap kau mau segera menikahiku," ungkap Angel seraya berlutut di hadapan pemuda itu.
Mengetahui itu, Bobby laksana mendengar nyanyian bidadari yang teramat indah, bahkan saking senangnya pemuda itu hampir tak mampu lagi berkata-kata. "Be-benarkah yang kau katakan itu?" tanyanya hampir tak mempercayainya
Angel mengangguk, kemudian gadis itu tertunduk resah menunggu apa yang hendak Bobby katakan.
"Angel..." ucap Bobby dengan suara yang begitu lembut.
Saat itu jantung Angel langsung berdegup kencang sekali, sungguh saat itu dia benar-benar hampir tak mengusai dirinya.
"A-aku mencintaimu, An. Ketahuilah... Kini aku sudah berpisah dengan Wanda," ungkap Bobby.
Sungguh saat itu Angel tak kuasa lagi untuk membendung air matanya, gadis itu menangis bahagia. "Be-benarkah itu, Kak?" tanyanya seakan tak percaya dengan kata-kata Bobby yang baru saja didengarnya.
"Sungguh, An. Ternyata memang kaulah cinta sejatiku. Malah kini aku semakin bertambah yakin, sebab apa yang telah kau ungkapkan itu adalah bukti bahwa kau sudah betul-betul memahami akan arti kehidupan. Tapi, An..."
"Ta-tapi apa, Kak?"
"Bagaimana dengan Raka? Dia itu kan sahabatku, An?"
"Kak… Sejak awal, Kak Raka memang sudah mengikhlaskannya. Aku yakin sekali, kalau dia bukanlah pria egois yang tega membiarkan gadis yang dicintainya hidup menderita. Ketahuilah, Kak! Jika Raka sudah mengetahui kalau aku mencintainya lantaran cinta buta, tentu dia pun akan segera berpaling. Aaacch...!" tiba-tiba Angel merintih, merasakan sakit pada kakinya.
"Angel...! Kau kenapa?" tanya Bobby khawatir.
"Ti-tidak... Aku tidak apa-apa," jawab Angel merahasiakan.
"Betul kau tidak apa-apa?" tanya Bobby masih saja khawatir.
Angel menggangguk, sedang di bibirnya tampak tersungging sebuah senyum kebahagiaan. Saat itulah Bobby langsung memakaikan Angel cincin tanda keseriusannya. Setelah itu, keduanya lantas berpegangan tangan dengan erat dan saling berpandangan. Sebetulnya saat itu keduanya ingin sekali berpelukan dan berciuman, namun karena mereka tidak mau terlalu menodai cinta mereka yang suci dengan hal-hal yang tak dikehendaki Tuhan, akhirnya mereka pun bisa menahannya. Maklumlah, saat saling berpandangan dan berpegangan tangan saja sudah membuat keduanya merasa begitu berdosa, apalagi jika sampai berani berpelukan dan berciuman. Sungguh mereka akan merasa sangat sangat sangat berdosa. Selama ini saja, mereka hanya berani melakukan hal itu cuma dalam mimpi, yang jelas-jelas tidak akan membuat mereka berdosa.
Begitulah… Akhirnya Angel bisa mendapatkan cinta sejatinya, dan itu karena kepakan sayap bidadarinya yang teramat kuat, yaitu cita-cita untuk meraih impian agar bisa bersanding dengan cinta sejatinya yang hakiki dengan berdasarkan petunjuk Tuhan. Sesungguhnya kebahagiaan yang hakiki itu adalah buah dari segala pilihan takdir yang dipilih dengan berdasarkan petunjuk Tuhan, yaitu Al-Quran dan Hadits Rasul.

==========================================================================
Assalam….

Mohon maaf jika pada tulisan ini terdapat kesalahan di sana-sini, sebab saya hanyalah manusia yang tak luput dari salah dan dosa. Saya menyadari kalau segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, dan segala kesalahan tentulah berasal dari saya. Karenanyalah, jika saya telah melakukan kekhilafan karena kurangnya ilmu, mohon kiranya teman-teman mau memberikan nasihat dan meluruskannya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak.
Akhir kata, semoga cerita ini bisa bermanfaat buat saya sendiri dan juga buat para pembaca. Amin…

Wassalam…


[ Cerita ini ditulis tahun 2006 ]